Daisha cukup bosan dengan aktivitasnya di kamar. Setelah makan malam ia nyaris tak bisa bertemu Arafan. Abbas langsung membawa pria itu ke ruangan pribadinya dan bicara hingga cukup lama. Meski ini rumahnya, Arafan sudah berada dalam jangkauannya, tetap saja ia tak punya kesempatan. Namun, ia tak gentar. Tetap menunggu Arafan keluar dari kamar Abbas. “Udah Fan?” tanyanya antusias. Kini ia sudah mengganti gaun berwarna merahnya dengan gaun tidur berbahan satin yang mengkilap. Tak lupa mengenakan sebuah kardigan sebagai pelengkap. “Sudah,” jawab Arafan singkat. Ia berencana langsung turun ke lantai satu. “Gak mau mampir kamarku?” sergah Daisha tak terduga. Ia menghadang langkah Arafan dengan tubuhnya. Melihat sebentar seraya bergumam. Baginya laki