When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Satu lorong menyimpan dua tatapan saling menghakimi. Yoanna membiarkan air matanya terus mengalir dan ia rutin menekan dadanya yang terasa sesak. "Aku mau melakukan tes DNA, kasih bukti untuk diri aku sendiri kalau aku ini normal." ucap Jee bangkit lalu berusaha menggapai tangan Yoanna, namun dengan kemarahan yang terkumpul Yoanna melerai tangan Jee. "Ada yang lebih penting daripada tes DNA," Yoanna mendongak dengan pandangan jengah. "Kamu nggak mau selesai in pesta kamu? Mubazir 'kan?" Jee membanting tatapannya ke arah lain. Ia tidak tahu harus memulai perbincangan ini dari sisi mana, karena Jee takut Yoanna tidak akan percaya begitu saja dengan apa yang terjadi. Bukan percuma tapi Jee hanya tidak ingin mendengar jika apa yang akan ia katakan adalah sebuah alasan.