Meski semalam hanya tidur sebentar, itu pun dengan tubuh dan jiwa yang luar biasa letih, pagi ini aku harus dihadapkan kembali dengan kenyataan. Pukul setengah tujuh pagi, aku dan Lucy sudah siap di meja makan. Bi Ningsih masih sibuk mengambil beberapa makanan dari dapur. “Tuan semalam pulangnya sangat larut. Apa ada masalah dengan Non Angel?” tanya Bi Ningsih. “Dia sempat pusing, lalu aku membantunya ke rumah sakit.” “Lalu, apakah Non Angel dirawat inap? Mengingat semalam Tuan sampai rumah sampai dini hari begitu,” ujar Bi Ningsih. Aku segera melirik Lucy yang sedang sibuk mengoles selai pada rotinya. Aku tidak tahu, kenapa di antara beberapa makanan yang ada, Lucy malah memilih makan roti pagi ini. Tapi yang paling penting sekarang adalah, apakah Lucy mendengar ucapan Bi