Aku memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu. Aku menatap hidangan di depanku dengan lesu. Padahal aku sudah memesankan makanan yang diinginkan Lucy pada Bi Ningsih. Tapi gadis itu malah seenaknya menghilang lagi ini. Sebelum pergi ke kantor, aku kembali menyempatkan diri berkeliling rumah, mencari keberadaan Lucy. Tak biasanya ia menghilang dalam waktu lama seperti ini. Getaran ponsel memaksaku kembali pada kenyataan. Aku segera menggeser ikon berwarna hijau di layar yang menyala itu lalu menempelkan benda pipih tersebut ke telingaku. "Halo," 'Maaf, Pak, sudahkah Anda di perjalanan? Pak Andreas ternyata datang lebih cepat karena siang nanti akan berangkat ke Bangkok,' ucap sekretarisku dari sambungan telepon. Aku memijat pangkal hidungku yang mendadak terasa pening. Ujian macam apa l