Sejenak, Lily bingung hendak mengatakan apa, dia menelan saliva kasar, situasi ini sama sekali tidak pernah dia bayangkan. Berada dalam sebuah kamar hotel berdua saja dengan Archandra Gouw adalah hal tergila yang pernah terjadi dalam hidupnya.
"Lo...kenapa di sini?" Chandra menatap Lily dan membuat Lily yang sedang kebingungan semakin berada dalam titik sikap salah tingkah.
"Ngh...sepertinya, Pak Chandra yang salah masuk kamar. Ini kamar saya...."
"Kamar lo?" Chandra berjalan mendekati Lily dan membuat gadis itu melangkah mundur.
"Lo bilang, ini kamar lo?"
"I-iya...." cicit Lily dengan suara tercekat karena Chandra semakin mendekat. Dia tidak takut pada Chandra, hanya saja situasi sekarang membuat tubuhnya terasa dingin dan tubuhnya gemetar.
"Yang bener aja!" ucap Chandra dengan wajah memamerkan smirk yang mencetak lesung pipi di wajahnya.
"Kenapa lo ke kamar gue?" Chandra menatap wajah Lily, mengamati gadis itu dengan seksama. Lily mengenakan dress hitam, dengan sepatu berhak, sebuah korsase anggrek putih tersemat di dadanya dan membuat Chandra tahu bahwa gadis di hadapannya ini adalah salah seorang dari panitia pesta perusahaan dan menurut Chandra tidak mungkin mereka menginap di salah satu kamar hotel mewah ini apalagi di kamar presiden suit seperti dirinya. Jelas, gadis di hadapannya ini mengikutinya entah untuk alasan apa. Chandra hanya berpikir mungkin, gadis ini sama seperti gadis-gadis nakal pada umumnya yang sering menghabiskan cinta satu malam dengannya. Satu hal yang sedikit membuat Chandra ragu adalah, wajah Lily yang nampak polos, atau...itu hanya tampilan luar? Chandra menjadi penasaran, apa yang diinginkan gadis penguntit ini.
"Lo naksir gue?"
Wajah Lily merah padam saat Chandra mengikis jarak dan menanyakan hal yang begitu tepat padanya.
"Looked, you've caugh red-handed."
Chandra menatap Lily dengan senyum mengejek. "Gue mabuk, gue tahu, tapi jangan meremehkan gue, karena meski mabuk, gue masih cukup sadar ada seseorang yang naksir gue dan menyelinap diam-diam kayak pencuri demi bisa mendekati gue. Am i right?"
Lily mereguk saliva kasar. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Pertama, dia tertangkap basah menyukai Chandra, dan dia merasa sangat malu sekaligus kehilangan nyali meski menyukai seseorang bukan tindakan kriminal, kedua, bukan dirinya yang menyelinap dalam kamar tapi Chandra, sayangnya dia tidak tahu bagaimana menjelaskan pada Chandra yang sangat yakin dan percaya diri menuduh Lily menyelundup dalam kamarnya.
"So, i think, let make it clear...." Suara Chandra terdengar melunak.
"Gue pengen tahu, kenapa lo masuk ke kamar gue tanpa ijin?" Tubuh Chandra condong mendekat pada Lily, dia bisa membaui aroma wine pekat dari tubuh Chandra dan dia juga bisa menatap wajah Chandra secara detail dari dekat, membuat Lily merasa seluruh tubuhnya gemetar.
"Bu-bukan...." Lily hendak menjelaskan bahwa ini adalah kamarnya, kamar tempat dia bersiap sebelum acara dimulai dan Thalita yang menyuruhnya kemari.
"Bukan? Gue nggak tahu alasan apa lagi yang ada di otak lo. Lo kesini karena naksir sama gue dan berharap malam ini lo bisa tidur sama gue kan?" Dengan angkuh, Chandra memaparkan asumsinya.
Mata Lily melebar. Dia memang jatuh cinta dan pemuja rahasia Chandra, tapi dia tidak pernah berpikir bertindak nekat menyelinap dalam kamar Chandra dan menggoda lelaki itu agar menidurinya.
Chandra menatap Lily. Wajahnya tidak cantik sepeti artis atau selebgram yang biasa berkencan dengannya, tapi di bawah temaram lampu kamar dia bisa melihat bahwa Lily punya wajah manis dan juga terkesan polos. Chandra belum pernah menghabiskan malam dengan seorang gadis seperti Lily, dan dia cukup penasaran, bagaimana gadis dengan tampilan polos seperti Lily beraksi di ranjang. Apakah dia akan menurut ataukah sebaliknya bersikap liar saat bercinta? Hal itu menciptakan fantasi bagi Chandra dan membuat hasrat akan kehangatan terpantik.
"Dan lo, beruntung. Malam ini, gue sendirian dan karena lo bersikeras menguntit gue sampai masuk ke kamar gue, gue rasa, nggak ada salahnya kita menghabiskan malam ini bersama, as your wish...." Chandra berbisik di telinga Lily dan membuat seluruh tubuh Lily merinding. Lily belum bisa mencerna apa yang Chandra katakan, saat Chandra meraihnya dan bibirnya yang terasa hangat dan beraroma wine mendarat begitu saja di bibir Lily, membuat Lily terkejut dan merasa bahwa baru saja terjadi big bang dalam dirinya.
Lily berusaha mengenyahkan keterkejutan yang menyerangnya dengan cepat, dan melakukan sebuah upaya untuk membebaskan diri dari kecupan Chandra yang begitu menuntut dan mendesak. Sayangnya, dia tidak bisa bernapas, jantungnya terlalu payah untuk memompa oksigen ke seluruh tubuh dan sentuhan bibir Chandra di bibirnya membuat pikirannya kosong seketika. Meski awalnya merasa takut dan khawatir, tapi dia tidak bisa menolak keinginan dirinya yang terasa bebas dan liar meski dalam benaknya, dia tahu bahwa ini adalah sebuah kesalahan yang akan menjadi titik noda dalam hidupnya. Akan tetapi, cinta adalah entitas yang sulit dipahami saat merasuki, dia hanya ingin berada di sana. Di sebuah titik, menikmati semua yang Chandra lakukan pada dirinya, membiarkan lelaki itu memujanya dan menyeretnya ke dalam sebuah dunia yang tidak pernah dia kunjungi, bahkan, selama ini dia tidak pernah tahu dunia seperti ini ada.
Kecupan Chandra semakin mendalam, mengajarkan pada Lily sebuah sentuhan intim yang tidak pernah dia tahu, selain di film. Dia kira, itu hanya bagian dari akting sampai akhirnya, Chandra mempertemukan bibir mereka. Lily tidak memiliki kata untuk mendeskripsikan bagaimana hal itu terjadi padanya.
Seperti sebuah mimpi yang begitu indah penuh dengan fantasi saat wajah Chandra sangat dekat padanya. Dia bisa merasakan tangan lelaki itu menyentuh kulitnya perlahan dan membuatnya merinding. Chandra dengan lihai menarik retsleting gaunnya, dan membuat gaun itu longgar, hingga dia bisa leluasa menenggelamkan wajahnya di ruas sternum, membuat Lily merasa was-was, apakah detak jantungnya yang berdetak demikian keras bisa didengar Chandra.
Oke, mungkin itu bukan hal yang penting sekarang, apalagi saat dirinya dan Chandra berada dalam satu ruangan tertutup yang sangat privat dan tubuh mereka menempel ketat. Di saat Lily memikirkan tentang berbagai hal, Chandra mendorongnya ke ranjang dan menyeretnya semakin jauh ke dalam labirin libidinal.
Lily menjadi panik, dia merasa sangat antusias saat berada di dekat Chandra dan sayap kupu-kupu terasa menggelitik perutnya saat lelaki itu menciumnya, tapi, saat Chandra mendorong dan menindih tubuhnya ke ranjang, Lily tidak bisa berpikir dan mendadak merasa ketakutan. Meski bukan seseorang yang religius, tapi dia takut dosa. Dia mencoba mendorong Chandra dan menghentikan apapun yang lelaki itu ingin lakukan padanya. Tapi Chandra tidak bergeming, dia menyimpan tangan Lily di atas kepala dan menekan kuat ke ranjang, Lily menatap Chandra dengan gelepar mata panik yang membuat Chandra untuk sejenak merasa heran. Apa sebenarnya yang gadis itu inginkan?