Satu Alasan

1267 Words
Chandra adalah direktur di perusahaan ini dan memecat Lily, karyawan yang menyebalkan baginya adalah sesuatu yang sangat mudah. Satu hal yang membuat Lily tidak ingin pergi dari perusahaan ini adalah karena dia tidak ingin berpisah dengan Chandra, meski Chandra sudah pasti tidak pernah merasa ada keterikatan di antara mereka sekalipun mereka sudah pernah menghabiskan malam berdua dengan sangat intim dan bahkan Chandra menjadi lelaki pertama yang membuat Lily melangkah ke dalam sebuah kenikmatan raga. "Pak Chandra memecat saya?" tanya Lily spontan. "Iya. Sekarang lo baru bisa ngomong? Telat! Lo bener-bener bikin gue kesel dan pusing!" "Tapi saya nggak mau berhenti kerja di sini." "What?" Chandra cukup terkejut dengan protes yang dilayangkan Lily. Dia tidak menyangka gadis yang nampak polos itu memiliki keberanian menolak keputusannya. "Sayangnya, lo nggak punya hak untuk menolak keputusan gue. Sekarang, keluar dari ruangan gue!" Chandra mengusir Lily. "Pak, Bapak nggak bisa memberhentikan saya. Saya tidak melakukan kesalahan apa-apa yang merugikan perusahaan, kenapa Bapak mengusir dan memecat saya? Ini tidak adil!" Lily tidak tahu memiliki keberanian dari mana untuk menentang Chandra. Satu hal yang pasti, dia tidak bisa kehilangan momen menatap Chandra setiap hari dan memuja lelaki itu dalam diam. Dia jatuh cinta pada Chandra dan Lily tidak merasa hal itu adalah tindakan kriminal sekalipun perasaannya bertepuk sebelah tangan dan sebuah cinta yang terbelenggu ketidakmungkinan. Tentu saja Lily tahu, dia dan Chandra tidak akan pernah bisa bersama. Chandra tidak punya perasaan apa-apa padanya, keluarga Chandra adalah konglomerat, sementara dirinya hanya rakyat jelata, ada jurang yang begitu luas dan dalam memisahkan dirinya dan Chandra, tapi tetap saja, cinta yang bersemi dalam hati Lily tidak akan pernah layu begitu saja. "Tidak merugikan?! Lo itu, merugikan gue!" "Merugikan Bapak?" Lily menatap Chandra dengan tatapan mata jernih tapi membuat Chandra jengkel setengah mati. "Jelas lo merugikan gue! Lo sedang berusaha menjebak gue karena gue sama lo one night stand dan lo sedang berusaha memeras gue dengan bikin narasi bahwa lo dilecehkan." "Saya nggak melakukan hal itu!" "Nggak? Lo nolak duit yang dikirim Ben karena apa? Pasti karena lo berencana memeras gue lebih banyak. Sorry, lo salah milih target. Gue nggak bakalan bisa lo peras. Gue masih berbaik hati ngasih lo tiga ratus juta, take it, or leave it, gue udah ngasih tahu lo, better, lo ambil duit itu dan pergi, sebelum gue melakukan apa yang seharusnya nggak perlu gue lakukan." "Saya nggak berencana memeras Bapak." Chandra mencebik. "Trus, apa alasan kamu nolak duit tiga ratus juta? Cuma orang bego yang nolak duit sebanyak itu, atau, otherwise, lo sedang menyusun rencana untuk mendapatkan duit lebih banyak dari gue dengan paksa." "...." "Nah, diem kan? Rencana lo udah kebongkar. Berhenti sekarang dan lo masih punya kesempatan buat hidup tenang." "Alasan saya nggak menerima uang itu, karena saya...mencintai Pak Chandra...." Lily berkata begitu saja setelah Chandra bicara. Senyap sejenak sesaat setelah Lily bicara, Chandra berusaha mencerna apa yang baru saja Lily katakan padanya. Suatu hal yang tidak pernah dia duga. "Lo apa?" tanya Chandra pada Lily, menatap gadis itu intens. Tanggapan Chandra membuat Lily merasa jantungnya berdebar semakin cepat saat lelaki itu menatapnya dan memberikan semua perhatiannya. Dia merasa sangat gugup dan dia menunduk, tidak berani balas menatap Chandra. "Tahu nggak? Lo tuh orang paling ngeselin di dunia! Lo nggak kenal gue tapi lo bisa-bisanya bilang kalau lo cinta sama gue? Bullshit! Sebenarnya, apa sih mau lo? Berapa duit yang lo mau? Lo harusnya inget, malam itu, lo juga mau. Semua terjadi bukan cuma keinginan gue! Dan sekarang lo bersikap seolah semua adalah kesalahan gue? Denger ya, gue udah berbaik hati dengan ngasih lo duit, tapi lo malah ngelunjak!" Chandra memukul meja dan membuat Lily terlonjak kaget. "Sekarang, better, lo ngomong apa sih mau lo?" "...." "Jawab!" Chandra kembali memukul meja dan membuat Lily kaget. "Berani-beraninya lo bilang cinta ke gue! b******k!" Sikap kasar Chandra membuat Lily takut. Dia kerap mendengar sikap buruk Chandra, tapi baru kali ini dia benar-benar menghadapinya, dan rasanya, Lily takut pada Chandra. Dia tahu, perasaannya seperti serpihan debu bagi Chandra, tapi bukankah hal itu bukan suatu kesalahan ataupun dosa? Mengapa Chandra semurka ini? Apakah dia sama sekali tidak layak bagi Chandra, bahkan jika hanya memendam rasa sekalipun. Lily merasa harga dirinya terluka, dia merasa terhina, tapi dia tidak punya daya apa-apa. Chandra memincingkan mata saat melihat Lily menunduk ketakutan. Lily adalah sosok yang membingungkan di matanya. Sebelumnya, gadis itu nampak pongah dengan tekadnya, menolak uang yang dia berikan dan menyanggah perintahnya, bahkan, Lily juga mengatakan jatuh cinta padanya. Lalu, sekarang, Lily tertunduk, nampak ketakutan dan badannya terlihat gemetar. Chandra sedang berpikir, apakah Lily sedang bersandiwara? Jika benar demikian, sangat hebat permainan watak gadis itu. Chandra merasa harus berhati-hati pada Lily. Mungkin saja, Lily memiliki latar belakang tersembunyi yang gagal diketahui Ben. Mungkin saja, Lily adalah seorang profesional yang diperintahkan untuk menjebaknya dan meruntuhkan bisnis keluarga Gouw. Semua bisa saja terjadi, dan Chandra sangat penasaran, siapa sebenarnya Lily dan apa target gadis itu sebenarnya. "Lo takut sama gue eh?" Lily menggigit bibir bawahnya, menahan tangis keluar dan mengangguk lemah. Sementara Chandra mengawasi dengan waspada, dia sama sekali tidak percaya bahwa Lily sedang tidak berpura-pura. "Kalau lo takut sama gue, bagaimana lo bisa bilang lo mencintai gue? Takut dan cinta, itu bukan perasaan yang bisa beriringan bersama. Kalau lo takut, seharusnya, lo menerima apapun yang gue tawarkan dan pergi sejauh mungkin dari gue. Gue ngasih lo kesempatan, paling terakhir, gue harap, lo bisa gunakan otak lo dan mengambil keputusan yang baik dalam hidup lo. Pergi, ambil uang yang udah gue kirim dan jangan pernah muncul mengusik gue lagi." Lily menggeleng. "Tolong, Pak Chandra, saya hanya ingin berada di kantor ini. Saya berjanji tidak akan mengusik Bapak. Saya akan berusaha tidak pernah terlihat, tapi tolong jangan pecat saya." Suara Lily terdengar sangat pelan. "What the hell...." Chandra mengusak wajahnya. "Kenapa lo sangat ingin bertahan di kantor ini? Ada ribuan kantor di Jakarta, lo bisa kerja di tempat lain atau lo bisa buka bisnis atau apapun dengan duit tiga ratus juta itu!" Chandra berujar kesal. Pembicaraannya dengan Lily terasa sangat alot dan melelahkan, melebihi pembicaraan bisnis dengan nilai investasi miliaran. "Kasih gue alasan masuk akal kenapa gue harus nggak mecat lo, setelah lo bikin gue pening seharian ini?" "...." "Jangan diem aja woy!" Chandra mencondongkan wajahnya mendekati Lily dan menggebrak meja di depan Lily, membuat gadis itu berjengit kaget, wajahnya memucat dan Chandra berkata pada dirinya sendiri, jika ini hanya akting, Lily benar-benar patut dianugerahi Oscar. "Kasih gue satu alasan masuk akal kenapa gue nggak harus mecat lo!" Lily menelan saliva membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Kemarahan Chandra begitu terlihat jelas dan sepertinya lelaki itu bisa saja menelannya bulat-bulat, dan mungkin saja, sekarang adalah kesempatan terakhir baginya mengatakan bagaimana perasaannya secara jelas meski, penolakan akan menjadi balasannya. "Lo denger gue nggak sih?!" Chandra berkata penuh kekesalan dan membuat Lily mengangguk. "Kalau denger, jawab pertanyaan gue! Dari tadi diem melulu kayak keong racun lo!" "I-iya...." "Iya apa?" "Iya...Pak Chandra nggak bisa mecat saya karena saya masih pengen kerja di sini." Chandra tertawa sarkastik saat mendengar ucapan Lily. "Lo masih pengen kerja di sini dan itu berarti gue nggak bisa mecat lo? Lo nyadar nggak sih, lo itu lagi ngomong sama siapa dan apa posisi lo?" Lily mengangguk. Dia tahu siapa dirinya dan siapa Chandra. Memang agak tidak tahu diri jika dia menentang keputusan Chandra sekarang. Dia tidak punya hak untuk menolak apapun keputusan Chandra karena dia hanya karyawan di perusahaan ini, sementara Chandra adalah direktur dan sekaligus cucu pemilik perusahaan. Tapi, kehilangan kesempatan melihat Chandra setiap hari adalah hal yang tidak Lily inginkan. Ada alasan mengapa Chandra menjadi poros perhatian seluruh kehidupan Lily dan membuat Lily melakukan hal-hal di luar logika.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD