"Turun!" Suara Chandra membuat Lily teralih dari kesibukan pikirannya. Dia segera turun dari punggung Chandra, sayangnya, dia terjatuh.
"Bisa enggak sih, lo nggak bikin orang repot dan khawatir?" Chandra kembali mengomel membuat Lily kesal.
"Bisa enggak kamu nggak marah-marah terus?" Lily berusaha berjalan dengan menahan sakit di kakinya, dia heran kenapa Chandra terus menerus bersikap menyebalkan. Sepertinya, bertemu dengan Chandra hari ini adalah sebentuk kesialan baginya.
"Makanya, lo jangan ngeselin!" ucap Chandra sambil meraih tubuh Lily dan membantu Lily berjalan sampai di sebuah sofa di ruang hiburan yang terletak sebelum kamar yang dihuni anak-anak panti asuhan.
"Lo tahu nggak obat-obatan disimpen di mana?"
"Obat buat apa?"
"Buat kaki lo lah!"
"Oh...."
"Dimana?" tanya Chandra lagi tanpa keramahan.
"Biasanya di bawah tv ada obat merah sama plester." Lily menunjuk lemari di bawah televisi dan Chandra berjalan kesana begitu saja, lantas kembali membawa obat luka lalu mengobati kaki Lily.
"Aw! Sakit!" Lily menarik kakinya.
"Tahan sebentar, kalau nggak diobati kaki lo bakalan diamputasi."
"Apa itu amputasi?"
"Dipotong. Mau lo?"
"Bohong! Nggak ada orang jatuh kakinya dipotong."
"Ada aja! Orang jatuh yang lukanya nggak diobati bakalan busuk terus terpaksa diamputasi."
"Ngh...emang iya?" Lily mulai percaya omongan Chandra.
"Iyalah! Makanya, lo jangan manja, tahan dikit sakitnya biar bisa diobati."
Lily mengangguk dan membiarkan Chandra mengobati kakinya. Dia menahan rasa sakit yang menjalar, dan matanya menatap Chandra yang terlihat telaten mengobatinya. Dia tidak tahu jika Chandra si anak orang kaya yang terlihat angkuh, dan ya memang begitu kenyataannya karena sejak pertama kali bertemu tadi, Chandra berulangkali bersikap arogan, tapi di balik itu semua, Chandra bisa bersikap baik, setidaknya itu yang Lily rasakan sekarang. Chandra mengobati kakinya dengan telaten dan membuat hati Lily terasa hangat oleh perhatian setelah sekian lama dia merasa sendirian. Sebuah perhatian kecil yang membuat Lily merasa Chandra adalah oase dalam hidupnya yang terasa gersang.
Chandra datang beberapa kali, menepati janjinya membawakan Lily makanan dan mainan yang gadis cilik itu inginkan, sayang, tiba-tiba saja Chandra menghilang. Anak lelaki itu tidak pernah lagi datang dan Lily merasa kehilangan. Pesta ulang tahun pada dua puluh tujuh November juga tidak pernah lagi dirayakan meski, selalu ada makanan enak dan juga hadiah bagi seluruh anak panti pada hari itu, tapi Archandra Gouw tidak pernah terlihat lagi, dan membuat Lily bertanya-tanya di mana Chandra berada. Dia hanya tahu dari pengurus panti, Chandra pindah ke luar negri dan membuat Lily merasa patah hati.
Hingga bertahun-tahun kemudian, salah satu pengurus panti memberitahu bahwa ada lowongan kerja di perusahaan keamanan milik keluarga Gouw dan Lily melamar kerja di sana, lalu, dia kembali bertemu dengan Chandra, tapi lelaki itu tidak lagi mengenalinya, sementara perasaan yang tumbuh dalam hatinya sejak usia muda terus menerus berkembang meski Chandra tidak menyadari keberadaannya. Begitulah, bagaimana awal mula Lily jatuh cinta pada Chandra.
"Haloooo!" Chandra melambaikan tangannya di hadapan wajah Lily saat gadis itu melamun.
"Eh, i-iya. Saya tahu, saya tidak memiliki hak apa-apa di sini. Tapi saya masih ingin bekerja di sini."
"Lo bisa kerja di tempat lain."
"Iya, tapi di tempat lain, saya nggak bisa bertemu Pak Chandra," balas Lily dengan berani kali ini.
"Apa?"
"Saya udah bilang kalau saya jatuh cinta sama Pak Chandra. Saya tahu kalau perasaan saya tidak terbalas, dan mungkin, Pak Chandra nggak sudi dicintai oleh saya."
"Gue paling benci orang yang kebanyakan omong kosong. Cinta itu nggak ada." Chandra nampak marah.
"Kenapa bilang begitu?"
"Ya karena pendapat gue begitu! Dan lo nggak perlu tahu! Gue udah cukup bersabar buat lo dan sebelum gue kesal, lebih baik lo pergi!" usir Chandra pada Lily.
"Tapi saya masih boleh bekerja di sini?"
Kesabaran Chandra terasa habis sudah, dia bergerak cepat dan meraih wajah Lily, membuat gadis itu mendongak dan tatapan Lily bertemu dengan Chandra. "Gue udah bilang, gue nggak suka dipermainkan dan gue paling benci omomg kosong. Lo...udah melangkah kelewat batas, lo bilang, lo jatuh cinta sama gue eh? Lo nggak tahu resikonya ngomong kayak gitu ke gue."
Lily menatap mata Chandra yang menatapnya dengan tatapan tajam dan berkilat penuh kemarahan. Lily tidak tahu mengapa dicintai seseorang membuat Chandra marah. Meski, Lily tahu, cintanya adalah cinta yang tidak pernah Chandra harapkan. Atau mungkin saja, Chandra merasa jijik pada Lily, karena Lily rakyat jelata yang sama sekali tidak sepadan dengannya. Chandra terlihat sinis dan arogan dalam wajah tampannya, dan Lily entah bagaimana tidak bisa merasakan kebencian atas perilaku Chandra. Jantung Lily tetap merasakan debaran yang sama atas nama cinta.
"Oke, kalau lo bersikeras, gue mau tahu sampai sejauh mana lo bisa mencintai gue," ucap Chandra melepaskan cengkraman pada wajah Lily.
Chandra membuka laci mejanya dengan kasar, mengambil sebuah dokumen dan melemparkannya ke hadapan Lily.
"Buktiin kalau lo emang cinta ke gue! Gue perlu pembuktian, semua orang bisa bilang cinta dan gue muak ngedenger itu semua. Semua hal yang harus lo lakukan ada di dokumen itu. Gue nggak yakin lo bakalan sanggup." Chandra menatap Lily dengan seringai, dia yakin Lily akan mundur saat dia membaca dokumen yang ada di hadapannya.
"Di mana saya harus tanda tangan? Saya akan membuktikan bahwa saya mencintai Pak Chandra."
Alis Chandra mengerut, dia tidak menyangka Lily akan memiliki kepercayaan diri setinggi ini dan menandatangani dokumen tanpa membaca isinya terlebih dulu. Chandra bertanya-tanya, sebenarnya, apa yang sedang Lily rencanakan? Apakah dia benar-benar seorang profesional suruhan lawan bisnis keluarganya? Chandra menjadi penasaran, jika Lily memang seseorang yang dibayar lawan bisnisnya maka bayarannya pasti sangat besar, karena tekad Lily untuk mengusik Chandra begitu teguh. Chandra berasumsi, mungkin saja, Lily dibayar lima ratus juta atau lebih, bayaran yang lebih mahal daripada uang yang dia berikan untuk Lily, dan tugas Lily adalah mengacau di perusahaannya. Akan tetapi, Chandra tidak akan tinggal diam, dia akan membuat hidup Lily seperti di neraka karena sudah mengusiknya.
"Apa lo yakin? Lo nggak mau baca dulu isinya? Gue nggak mau lo membatalkan perjanjian. Gue bakalan minta ganti rugi dan lo bisa aja berakhir di penjara. Gue nggak pernah main-main sama omongan gue dan gue nggak pernah mengampuni seseorang yang udah bikin gue jengkel setengah mati."
"Apapun yang Pak Chandra minta untuk membuktikan apa yang saya ucapkan, saya akan melakukannya."
Chandra tertawa sinis. "Gue nggak menyangka lo punya nyali. Bagus, gue juga pengen tahu, sebesar apa cinta lo ke gue. Tanda tangani di halaman belakang di atas materai!"
Lily membuka halaman belakang dan menandatangani halaman bermaterai itu begitu saja.