3. KENYATAAN PAHIT

1874 Words
“Apa yang anda lakukan, anda sudah gila. Nona!” Pekik Rhysand terkejut ia langsung bergerak mundur ditempat tidur kayu itu. Entah apa yang merasuki, tiba-tiba saja wanita cantik pemilik gubuk tua itu merangkak naik ke ranjang, matanya bersinar dalam tamaramnya tempat itu. "Kau mau apa? Jangan lakukan apapun!” Wanita itu terus merangkak seperti siap menerkam Rhysand sembari membuka kancing-kancing pakaian yang ia kenakan. Dia tampak menyeringai seperti sangat bernafsu sekali menggagahi Rhysand. “Apa yang akan anda lakukan, nona!” Rhysand terus berteriak. Wanita itu tidak sekalipun menjawab sampai tubuh indahnya sudah terekspos membuat netra Rhysand membola, seorang wanita asing nan misterius tanpa sehelai benangpun ada dihadapannya. “JANGAAAAAAAN!” Rhysand memekik, namun tubuhnya seperti kehilangan kekuatannya untuk bertindak. Sampai kemudian wanita itu berhasil mengukungnya. “Layani aku.” ucap wanita itu santai, tangan lentiknya sudah menekan kedua d**a Rhysand, membuat laki-laki itu meremang sekali. Hasrat Rhysand seketika meningkat namun rasa takut juga tidak bisa di tutupi dari sorot mata Rhysand. Rhysand tidak tahu harus bersikap apa, dia menjadi pasrah saja saat wanita itu mengukungnya. Tubuh yang begitu indah, wajah cantik yang langsung membuat Rhysand tidak berkedip menatapnya. Wanita itu melepas begitu saja pakaian Rhysand, merobek begitu kuat hingga semuanya begitu cepat terbuka, wanita lalu menggerakkan tubuhnya, dia seperti kehausan dan butuh pelampiasan. ARGGGH... Rhysand kesakitan, paha dan dadanya sakit sekali, tapi kenapa rasanya seaneh ini. “SAKITT HENTIKAN!” Teriak Rhysand kuat. Nyit.... Nyit.... “PERGI! PERGI Milo!” Tiba-tiba suara seorang wanita terdengar sangat jelas disana, membuat semuanya berubah, Rhysand terjaga kembali ke alamnya. Rhysand membuka mata menyadari ternyata dia hanya mimpi. “MONYET? Hey apa-apaan ini?” Rhysand sangat terkejut. Ada dua ekor kera diatas ranjangnya, satunya duduk dengan santai di pahanya menekan lukanya dan satunya lagi ada si dadanya memainkan sebuah perban serata duduk dengan santainya menyantap makanan. “Milo, Jimi pergi! Pergi!” “MENYINGKIRLAH! SIALAN!” Hempas Rhysand membuat kedua monyet itu terjatuh ke lantai. “Jangan kasar dengan hewan! Milo Jimi, ayo pergi!” Perintah wanita itu. Kedua monyet itu langsung turun tanpa melepaskan makanannya, wajah merah mereka seakan mengejek Rhysand membuat laki-laki begitu kesal. “MONYET SIALAN!” “Milo,Jimi ayo pergi!” Rhysand langsung menatap bodoh pada wanita di hadapannya yang entah darimana itu. Benar-benar sebuah mimpi terkutuk, bagaimana bisa Rhysand bermimpi wanita itu memaksanya b******a dan ternyata yang menggagahinya ternyata monyet-monyet sialan. Pandangan Rhysand langsung kotor melihat tubuh disebalik gaun lusuh yang wanita itu kenakan. “Kenapa menatapku seperti itu? Sudah sore, bagaimana bisa seseorang tidur dari menjelang pagi sampai sore hari.” “Sudah sore?” Rhysand terkesiap, dia perlahan turun dari ranjang tua itu. “Awwwwhh!” Rhysand merintih sakit. Wanita yang sedang merapikan guci tanah yang ia pegang itu menatap Rhysand dingin. “Jangan manja, hanya luka ringan! Dan akan sembuh setelah dedaunan obat itu mengering.” Rhysand bahkan tidak sadar kapan wanita ini memberikan obat-obatan berbentuk dedaunan yang dihaluskan ini ke tubuhnya. Rhysand lalu menatapi kaki tangannya yang penuh dengan dedaunan pantas saja monyet-monyet itu mendatanginya. “Kau mengobati ku?” “Supaya kau tidak mati disini dan menyusahkanku. Aku akan ke sungai menaburkan abu nenek, ada makanan disana. Makanlah jika kau sudi dan tidak ingin mati.” Wanita dengan gaun lusuh itu memeluk gucinya lalu pergi dari sana. Sunggu fikiran kotor masih belum bisa menyingkir dari otak Rhysand, entah apa maksud mimpi itu, nyatanya wanita itu tidak seperti yang ada di mimpinya. Dia lebih kurus dan tubuhnya nyaris tidak terlihat bentuknya. “Apa yang kau fikirkan, Rhysand!” Rhysand lalu turun dan terpincang-pincang, “TUNGGU!”katanya ia lalu mengikuti wanita itu keluar dari sana. Rhysand terus berjalan terpincang-pincang mengikuti wanita itu, namun wanita itu tidak sedikitpun peduli atau bersedia menunggunya. Jika malam tadi hanya gelap yang bisa Rhysand lihat kini ia sudah bisa melihat ternyata gubuk tua itu tidak jauh dari aliran sungai. Jalanan setapak disana tampak terawat, banyak tanaman sayuran dan bunga, beberapa hewan ternak juga terlihat berkeliaran di sana. Dari jarak yang jauh Rhysand melihat wanita itu berinteraksi dengan para hewan-hewan yang dia lewati, sungguh ini seperti tidak nyata masih ada kehidupan seperti ini saat biasanya dia melihat para wanita cantik berdandan serba sempurna dan melanggak-lenggok di hadapannya. Tidak lama kemudian wanita itu berhenti di sebuah bagan kayu, ia membuka penutup gucinya. Wanita itu hening menatapi gucinya itu, ia tampak berkaca-kaca dan bermonolog sendiri. Sampai kemudian tangannya menuangkan abu itu ke aliran sungai bersamaan dengan putik bunga yang juga dia bawa. “Terimakasih untuk semua hal indah yang sudah nenek berikan.” Rhysand berdiri di belakangnya, ia ikut merasakan keharuan yang sedang berlangsung. Namun wanita itu tampak tidak ingin berlarut-larut ia lang bangkit dari sana setelah selesai menabur abu neneknya. “Mandi di sungai, tidak ada air dirumah itu.” kata wanita itu. “Mandi di sungai ini?” “Terserah, di ujung hulu ada yang lebih dalam jika kau ingin mandi sambil tenggelam, permisi!” “Ah tidak maksudku— baiklah aku mengerti.” Rhysand mengumpat dalam hati bagaimana bisa dia mandi di sungai yang berbatu itu, sedangkan kakinya saja sulit berjalan. *** Malam merangkak naik, lampu-lampu penerangan tua kembali menyala setelah sebelum akan mati sebelum menjelang pagi, Rhysand baru saja kembali dari sungai dengan susah payah dia turun dan mandi. Sesampainya di gubuk tua itu Rhysand berhenti dipintu, ia lihat wanita itu sedang merapikan banyak buku-buku dan tumpukan surat. “Dari mana kau berasal? Mintalah saudarimu menjemputmu, aku keberatan membantu orang asing teralu lama.” Ucap wanita itu tanpa menoleh masih sibuk dengan tumpukan surat-surat usanganya. “A... Aku.” “Sebuah helikopter membuangmu ke aliran air, itu dengan sadar bukan tanpa sengaja, ada bekas tusukan pisau di bahumu. Kau seorang penjahat?” “Aku bukan seorang penjahat, ya aku ingin pulang.” “Silakan secepatnya.” “Tapi, tapi aku mohon berikan aku waktu, aku akan membayar untuk tinggal disini.” Rhysand yang terpincang-pincang lalu mendekati wanita itu. “Kenalkan namaku Rhysand, aku adalah seorang pengacara, mungkin jika kau ke kota semua orang tahu siapa aku. Tapi akhir-akhir ini sedang terjadi hal buruk dikeluargaku, aku butuh sebuah tempat untuk bersembunyi dari hal buruk yang terjadi di keluargaku.” “Sayangnya aku tidak membuka kotak pelayanan masyarakat, aku tidak peduli keluhanmu, pergilah dari sini secepatnya. Banyak hal yang harus aku kerjakan.” Wanita itu berbalik badan mengacuhkan Rhysand wanita itu mendapatkan surat-surat yang ia cari dan selama di simpan nenek. Ternyata selama ini neneknya menyimpan semua kenyataannya, ini adalah surat-surat peninggalan Noah suaminya yang menghilang dan dikatakan meninggal 11 bulan lalu. Isara langsung membacanya tidak menunggu, ia langsung merobek kertas yang nyaris menguning itu. Kedua tangan Isara bergetar hebat, mata indahnya langsung membasah, akhirnya semuanya terungkap dan dia ketahui, Noah tidak meninggal dalam kecelakaan itu. Noah tidak mati, lelaki itu memang tidak ingin kembali lagi kepada Isara, dengan jelas di surat itu Noah menjelaskan sudah lelah menjalani kehidupan sulit dan penuh perjuangan bersama Isara. Noah kembali bersama mantan kekasihnya kala dibangku kuliah, Angela Willian Levi putri konglomerat kaya raya yang dulu pernah berselingkuh dari Noah, Angela yang menyelamatkan Noah di kecelakaan saat perjalanan kerja diluar kota itu. "Noah?" ‘Maafkan laki-laki yang pernah berusaha menjadi teman hidup terbaikmu ini Isara. Dengan ini aku juga lampirkan surat perceraian kita, semuanya sudah aku persiapkan kau tidak akan kesulitan lagi, semoga kau juga mendapat kehidupan lebih baik di hidupmu.’ Isaea meremasi dadanya yang begitu sesak, air matanya semakin tumpah ruah, wanita itu lalu terjatuh dari tempat duduknya. Dia bersimpuh dan seketika ia meremasi semua surat-surat itu. “Kau berengsek, Noah!” Hancur, Isara marasa hancur berkeping-keping, pria yang sangat ia cintai, ia tangisi setiap waktu dan membuat dia tidak ingin hidup lagi ternyata selama ini berdusta. Pantas saja nenek menyembunyikan semuanya, pantas saja nenek tidak pernah mengizini Isara membuka surat apapun yang nenek bawa dari desa dengan alasan agar Isara tetap baik-baik saja sebab itu hanya surat dari keluarga ayahnya yang jahat. Tapi nyatanya nenek sedang menutupi semuanya, nenek menutupi ini agar Isara tidak terluka. Rhysand di ujung pintu menjadi khawatir. “Nona anda baik-baik saja?” Isara tidak mengindahkan dia kembali membuka lembaran surat yang ia buat rusak oleh remasannya tadi lalu mencari nama wanita yang sudah bersama Noah saat ini. “Angela Willian Levi.” Baca Isara pelan lalu mengemasi cepat surat-surat itu. Isara bertekat akan membuat perhitungan, hidupnya tidak mudah setelah kabar kematian Noah. Isara merasa di sangat bodoh dan buta oleh cinta, bagaimana bisa ternyata selama ini Noah membuatnya sangat telak seperti ini. “Nona, ada yang bisa saya bantu?” Isara menyeka Air matanya lalu berbalik melihat pada Rhysand. “Jaga tempat ini, tempatilah sampai kau sudah cukup aman, aku harus pergi menyelesaikan masalahku. Jika aku tidak pernah kembali artinya aku gagal atau sudah mati.” “A-apa?” Isara tidak mengindahkan dia kemudian mengemasi beberapa barang-barangnya lalu membuka kotak perhiasan peninggalan nenek yang cukup banyak. Dahulu Isara dan keluarganya cukup mapan, mereka memiliki usaha perhiasan sampai kedua orang tua Isara meninggal semuanya berubah. Dan inilah sisa peninggalan kedua orang tua Isara itu yang sengaja di simpan nenek sebagai bekal hidup mereka yang tidak akan habis mungkin beberapa tahun kedepan. Tidak Isara sesali menjalani kehidupan bersama Noah nyatanya pria itu benar-benar memperlakukan dia sangat baik. Beberapa tahun bersama sampai akhirnya mereka menikah Noah sangat membahagiakannya, hanya saja memang beberapa bulan sebelum kecelakaan Noah kehilangan pekerjaannya membuat laki-laki itu sedikit frustasi dan lelah mencari pekerjaan kesana kemari. Namun Isara tetap ingin membuat perhitungan, dia tidak terima dibuat seperti ini. Isara menyeka kembali air matanya, teringat bagaimana saat mereka pertama kali bertemu tanpa sengaja di toko bunga, kala itu Noah adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan besar dan Isara seorang pemilik toko bunga. Sebuah pertemuan yang sangat manis, Isara membantu Noah menyiapkan sebuah pesta di perusahaannya yang bertema garden party. Lalu tidak sengaja Noah menjatuhkan bunga-bunga yang sudah Isara tata dengan rapi, mereka bertabrakan dan disanalah mereka berkenalan. “Omong kosong! Kau membohongiku, kau pembohong!” Teriak Isara. Pantas saja saat mendapatkan kabar kecelakaan kala itu Isara tidak diizinkan pergi melihatnya, dia hanya mendapatkan kabar saat Noah sudah tidak ada dari kedua orang tua Noah lalu semuanya menghilang begitu saja, sangat mengganjal namun Isara tidak bisa berbuat apapun kota tempat Noah kecelakaan itu cukup luas dimana dia bisa mencarinya. "b*****h! kau jahat!" Isara terus berteriak histeris, ia menjatuhkan semua barang-barang disana, Isara membuat Rhysand sangat takut. Sampai dimana Isara nyaris membuat rumah terbakar dengan membuat lampu-lampu itu jatuh. “Hey nona!” Teriak Rhysand dia lalu menarik tubuh Isara. “Tenangkan dirimu!” Isara terdiam menatap pria yang memegangi tubuhnya mencoba menenangkan, seketika saja Isara mendekatan wajah mereka dan menangkup kasar wajah Rhysand. Isara melumat bibir Rhysand sangat agresif. Sontak saja Rhysand terlonjak kaget, sedetik kemudian Isara mendorong kuat tubuh Rhysand. “Kau berengsek! Kau berengsek Noah!” Rhysand terjatuh dikursi lalu Isara memukulinya sekuat tenaga tidak berhenti, tatapan wanita itu penuh amarah dia benar memukuli Rhysand tanpa ampun, membuat laki-laki itu berteriak kesakitan sebab tubuh Rhysand penuh luka-luka yang parah. "Aku bukan Noah!" Rhysand berhasil menahan kedua pundak Isara dan membuat wanita itu berhenti memukuli namun tidak menyurutkan tangisannya. “Tenanglah!” kata Rhysand. Isara mendorong Rhysand lagi dia sadar sudah salah sasaran, “Maaf aku harus pergi. Malam ini ada perahu terakhir menyebrang ke desa, perjalananku sangat panjang.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD