Vina menarik napasnya, mencoba untuk tetap tersenyum di hadapan Albert. Meski perkataannya membuat hatinya yang semula terpampang dinding kaca, perlahan kaca itu hancur tinggalkan kepingan kaca yang berserakan, menancap di hatinya, sakitnya tak berdarah tapi semakin sakit saat dia mengucapkan wanita hanya sebagai jaket penghangatnya. Luka yang akan abadi dalam hatinya. "Baiklah, sekarang jadikan aku jaket kamu. Jadikan aku penghangat tubuh kamu." ucap Vina, duduk di samping Albert. "Baiklah, kalau memang itu mau kamu. Tapi jangan pernah menangis jika aku suka dengan wanita lain di depan kamu." Daarrr…. Seperti suara petir tak bertuan menghantam hatinya. Gimana bisa dia pikir aku bisa di duakan. Dan apalagi berhubungan badan di depanku. Lebih baik aku menutup matanya sampai aku meras