TJCPP 20

1038 Words
"Aku tidak menyangka keluarga Zinsastra seberani itu untuk menampar Ayred. Padahal aku sudah memperingatkan kamu," balas Ayred, "Tapi aku senang." Tunggu, apa yang harus laki-laki ini senangi dari dia yang menampar putra mahkota? - - - - - - - - - - - - - - - Alvaerelle mendengus. Dia tidak mengerti kenapa laki-laki berambut biru itu berada di kamarnya. Memandang dengan tatapan tajam itu. Jujur dia tidak dapat mengatakan kalau Ayred memang tampan seperti bagaimana para gadis memandangnya dengan penuh cinta. Dari pandangannya, Ayred sangat menyebalkan. Tidak suka dengan dengan senyum itu. Pokoknya dia tidak suka. Karena dia tahu kalau Ayred pasti sedang menyimpan sebuah luka. "Mohon maaf, Tuan Ayred. Saya tidak mengerti kenapa Anda senang," ucap Leia membuat kecanggungan di antara mereka berhenti. Tidak ada perkataan apa pun. "Tidak pernah ada orang yang seberani Nona Alvaerelle Zinsastra. Bahkan seorang kesatria perempuan yang paling dihormati pun tidak akan berani melawan, kecuali diperintahkan langsung oleh Myrin. Nona cukup menghibur," jelas Ayred sambil tertawa. Senyumnya yang indah itu membuat Alvaerelle menyibukkan diri dengan menata kembali rambutnya. Dia tahu itu bukan penghinaan untuknya, tetapi juga tidak bisa dibilang masalah kecil. Apa pun yang dilakukan olehnya saat ini cukup berpengaruh untuk ke depannya. Ah, tapi jika itu penindasan pun, itu artinya ultimatum yang diucapkan oleh Myrin sudah terjadi. Ayred lalu mendekati Alvaerelle. Menyentuh tangan gadis itu dan mengecup pelan. "Nona Alvaerelle Zinsastra, aku tahu harimu akan lebih berantakan. Myrin tidak pernah main-main ketika memberikan ultimatum. Jadi aku harap sihirku dapat kamu gunakan di saat-saat terdesak." Alvaerelle bisa melihat bekas kecupan yang diberikan oleh Ayred. Bukan rona kemerahan yang dia lihat, melainkan sebuah simbol berbentuk bunga mawar. Dia baru pertama kali melihatnya. Jika dilihat dengan seksama, ada cahaya biru yang mengalir pada simbol itu. Dia Tidak tahu fungsinya apa. Tidak tahu pula bagaimana cara menggunakannya. Nampaknya Ayred tertawa gemas. Laki-laki itu pun mengangkat tangan Alvaerelle yang tetapi memiliki simbol bunga. Ayred kembali tersenyum dan menatap kedua bola matanya dengan lekat-lekat. Seolah ada kata-kata tersembunyi melalui pandangannya. Alvaerelle lalu melirik kesamping, perasaannya tidak nyaman. Ini satu-satunya yang bisa dia lakukan untuk menghindar. "Kamu bisa mengeluarkan sihir ini dengan menutup tanganmu selama tiga detik. Lalu pikirkan apa yang sangat ingin kamu lindungi," ucap Ayred, "ini hanya bisa digunakan sekali, jadi pikirlah baik-baik." "Sejujurnya kamu tidak perlu memberikanku sihir seperti ini Tuan Ayred," balas Alvaerelle agak tidak senang dengan perlakuan berlebih. Orang lain akan melihatnya seperti sedang memanfaatkan Ayred. Padahal, laki-laki Nini memberikannya. Lalu Ayred tertawa singkat. "Kamu tenang saja. Selain aku dan tiga keluarga bangsawan, tidak ada yang bisa melihatnya. Kurasa Myrin juga tidak akan terlalu memperhatikannya. Dia bahkan tidak memedulikan tunangannya yang hampir mati." Kata-kata terakhir itu sangat menusuk perasaan Alvaerelle. Memang benar. Myrin tidak menyukainya. Bahkan condong ke benci karena dia terlalu tidak menyukai keluarga Zinsastra. Bagaimana pun Gaylia terlibat dengan jelas kalau gadis satu-satunya itu yang sudah membunuh Soliana. Alvaerelle sangat yakin, terlebih ingatan Alvaerelle tentang darah di jubah itu tidak akan hilang. Buru-buru dia pun segera menyadarkan diri. Mengambil tangan dan melihat ke arah Leia yang tengah menutup mulutnya. Entahlah apa yang membuat gadis itu terkesima. Padahal Alvaerelle yakin kalau tidak ada yang dapat ditonton oleh elf lainnya. Ayred itu menyebalkan, tetapi Myrin adalah orang yang paling menyebalkan dari lainnya. "Terima kasih atas bantuanmu, Tuan Ayred. Maaf, tetapi aku harus pergi sekarang. Semoga Anda dalam keadaan yang baik dan kita tidak bertemu kembali," ucap Alvaerelle geram. "Nona Alvaerelle! Apa yang Anda katakan? Tuan Ayred, mohon maafkan Nona," ucap Leia buru-buru bersimpuh. Melihat itu, Alvaerelle agak tidak enak hati. Tidak seharusnya Leia memohon pada orang yang tidak benar. "Tidak, jangan meminta maaf. Berdirilah. Nona Alvaerelle tidak bersikap kasar, hanya sedikit canggung. Ini salahku karena terlalu mendekatinya dengan cara yang salah," balas Ayred dengan senyum yang lagi-lagi menyebalkan. Alvaerelle tidak suka senyum palsu itu. Segera dia pun mengerahkan tenaga untuk menariknya keluar. Leia berulang kali menyerukan namanya, tetapi dia tidak peduli. Dia hanya ingin beristirahat dengan tenang. Walaupun itu hanya sekedar memejamkan mata. Alvaerelle tidak meminta dikasihani. Seluruh hidupnya tidak pernah bergantung pada orang lain, jadi di dunia ini pun dia akan melakukan yang sama. Bahkan meski itu adalah Ayred dan putra mahkota. Selepas agak jauh dari kamar, dia segera melepaskan pegangan pada Ayred. Awalnya dia berniat untuk kabur sekalian. Untuk apa menghadiri pesta tidak berguna seperti itu? Dia lebih suka jika ada orang yang menyukainya adalah orang biasa. Tidak terikat apa pun. Bahkan jika bisa, mereka bukanlah orang-orang tinggi seperti Ayred. "Nona Alvaerelle, kamu tidak perlu menarikku keluar sampai sejauh ini," ucap Ayred. "Aku hanya tidak ingin privasiku diganggu terus menerus oleh Anda, Tuan Ayred. Lagi pula, aku ingin beristirahat sebelum pesta nanti malam," jelas Alvaerelle pada elf berambut biru tersebut. "Mulai malam nanti, penderitaanmu akan dimulai. Aku tidak akan mengetahui apa yang terjadi nanti. Jadi sebagai hadiah dan permintaan maaf, aku berikan sihir pelindung. Apakah itu salah?" tanya Ayred kelas dan Alvaerelle kebingungan dalam menjawab. Dia jelas-jelas mengetahui kalau itu akan terjadi. Penindasan apa saja yang dilakukan, dia tidak peduli. Mungkin Alvaerelle memang tidak mengetahu cara berkelahi dan melindungi diri. Namun ingatannya tidak bisa dibiarkan begitu saja. Saat ini, dia yakin kalau dirinya akan menemukan di mana dan kapan tlwaktu tepat untuk melarikan diri dari masalah. Alvaerelle pun kembali meligat pada punggung tangannya. Mawar biru itu seperti simbol dan dia tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi ke depannya. Apa benar kalau Ini adalah mantra perlindungan? Entah kenapa dia tidak mau percaya. "Nona Alvaerelle, sebenarnya banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu. Sayangnya saat ini aku masih punya janji temu. Sebaiknya kamu beristirahat sekarang. Maaf telah mengganggu waktumu," ucap Ayred dan laki-laki itu pun melangkahinya. "Tuan Ayred!" Ketika Alvaerelle memanggilnya, laki-laki dengan rambut biru itu pun menoleh, "Terima kasih banyak. Aku akan mempertimbangkan menggunakan kekuatanmu atau tidak." "Terima kasih kembali. Sampai jumpa di musim depan," lanjut Ayred. Alvaerelle tahu, saat ini berpura-pura menjadi orang lain adalah keputusan paling tepat. Selain dia sangat tidak mengetahui tempat ini, dia juga buruh seseorang. Buru-buru, Alvaerelle berbalik. Dia kembali berjalan ke kamarnya. Apa pun yang akan terjadi selanjutnya, akan di coba tangani dengan baik. Bahkan jika jadwalnya tidak begitu padat, dia akan mencoba untuk belajar menggunakan pedang dan bela diri. Tentu, dia memerlukan itu sebagai perlindungan diri dan tidak diremehkan oleh orang lain.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD