TJCPP 22

1119 Words
“Kakak memang perhatian ya. Baiklah, Jean. Bagaimana kalau kita mencari makan untuk anak tercinta kita?” balas Luciel yang lalu membawa istrinya pergi. Kini tersisa Kyle saja. Laki-laki itu tengah memilih salah satu anggur yang berada di gelas. Lalu dia melihat ke arah Alvaerelle. “Apa anggur ini aman untuk diminum manusia?” - - - - - - - - - - - - - - - Alvaerelle menelan ludah. Dia juga sebenarnya tidak tahu apakah anggur putih yang pegang oleh Kyle aman dikonsumsi oleh manusia. Namun, ini kesempatannya untuk bicara bersama-sama. Siapa tahu laki-laki ini akan membawanya pergi ke dunia manusia. Dengan begitu dia akan baik-baik saja. Lalu dia akan menemukan akhir bahagiannya sendiri. “Itu ... sebenarnya aku sendiri tidak tahu apakah anggur itu baik untuk dikonsumsi atau tidak bagi manusia,” ucap Alvaerelle seraya matanya melirik ke sisi lain. “Begitukah? Aku rasa aku akan mencobanya saja, lagi pula Kaisar Atha tidak memperingatkan apa pun,” ucap Kyle sambil mengangkat gelas yang diisi anggur putih. “Pesta pertunangan ini benar-benar meriah. Mungkin seharusnya mereka menunjukkan siapa calon tunangan dari Pangeran mahkota kerajaan ini.” Alvaerelle menelan ludah. Orang yang tengah Kyle maksudkan adalah dirinya. Oh ayolah, dia butuh seseorang untuk membawanya kabur ke bumi. Dia ingin tinggal bersama para manusia saja. Tidak mau bersama dengan para elf apalagi menjadi tunangan dari Pangeran Myrin. Dia ingin mencari cara untuk mendapatkan kembali kebebasannya. Bukankah itu hal yang wajar? Saat Kyle akan meminum anggur putih, tiba-tiba ada sebuah tangan yang merebutnya. Alvaerelle refleks melihat siapa yang berani melakukan hal itu. Kemungkinan besar adalah Raja peyihir atau kaisar bumi. Namun, ternyata seorang perempuan berambut putih dengan mata yang ditutup oleh sebuah kain. “Kamu tidak boleh minum-minum saat istrimu bisa berkunjung ke bumi, kan?” tanya gadis itu dan langsung membuat Alvaerelle terpana. Apa yang dikatakan Leia memang benar, rumornya Kyle sudah menikah dengan seorang dewi. Melihat aura yang berbeda dari gadis berambut putih itu membuat Alvaerelle yakin. Dia adalah istri dari Kyle. Cantik sekali. Kalau orang-orang tengah berusaha mendekati Kyle, mereka tidak akan mampu bersaing dengan sang istri. Kecuali masalah waktu. Namun, terlihat dari senyuman dan wajah memerah Kyle, sepertinya dia sudah merasa cukup. “Halo, kamu pasti Nona Alvaerelle yang akan menjadi pasangan Pangeran Myrin. Senang bisa melihatmu,” ucap gadis cantik itu meski tidak dapat memamerkan matanya. Entah kenapa, padahal itu mengganggu kecantikan si pemilik mata. “Tunggu Ellena, tunggu ... apa kamu benar-benar yakin dengan yang kamu katakan? Dia adalah calon tunangan Pangeran Myrin?” tanya Kyle pada sang istri. “Benar, Kyle. Sangat cantik dan unik seperti yang kulihat di Langit. Ah, tapi baju ini terlalu sederhana. Bagaimana jika kamu ikut dengan kami sebentar? Kamu memiliki kecantikan tetapi tidak ditunjukkan sepenuhnya,” ujar Ellena. Sejujurnya Alvaerelle cukup canggung. Terlebih Ellena dan Kyle terlihat saling merindukan. Terlihat jelas bagaimana cara mereka saling menggenggam satu sama lain. Dia merasa kalau dirinya adalah seekor nyamuk. Cukup menyedihkan ketika tahu kalau dirinya hanyalah pengganggu. Namun, tanpa menunggu keputusan, Ellena menarik tangan Kyle dan dirinya ke balkon. Di sana Ellena mengeluarkan sihir yang penuh cahaya lalu mengarahkannya kepada baju yang sedang digunakan oleh Alvaerelle. Dalam sejenak, bajunya berubah dengan dihiasi oleh bunga-bunga mawar di sana. Sangat indah dan dia bisa mencium wangi semerbak dari bunga mawar. Namun, kecantikan ini untuk siapa? Jelas bukan untuk Myrin “Kyle, bukanlah dia terlihat sangat cantik dengan gaun yang kuberikan?” ucap Ellena bersemangat. Kyle hanya tersenyum, tetapi dia langsung memeluk pinggang sang istri. Membuat Alvaerelle malu. Dia tidak tahu akan semanis itu melihat pasangan ini saling melepas rindu. “Ellena, kamu lebih cantik kalau kamu membuka penutup matamu, tetapi aku juga tidak rela kalau kamu malah memamerkan dirimu.” “Oh Kyle, aku bertanya soal Alvaerelle. Kamu tidak boleh membahas hal yang lain,” jelas Ellena yang lalu menatap ke depan lagi. “Kurasa itu kompensasi yang pantas bagi dua orang tamu yang ingin pulang lebih awal.” “Eh, kalian akan pulang sekarang?” tanya Alvaerelle kebingungan. Lalu tiba-tiba tubuhnya ditarik ke belakang. Bersandar dengan d**a seseorang. Perlahan dia pun melirik ke atas dan menemukan laki-laki berambut hitam dengan telinga panjangnya. Oh ya ampun, jika begini dia tidak akan bisa ikut kabur bersama Ellena dan Kyle. “Tentu saja itu boleh, Dewi Langit. Jika kami menahan Anda, mungkin akan buruk akibatnya bagi kami para Elf. Ngomong-ngomong, terima kasih sudah membuat tunangan tercinta dari Pangeran Myrin ini menjadi sangat cantik. Aku tidak sangka jika dia akan jadi secantik ini,” ucap Myrin dengan senyumnya yang menawan. Sayang sekali laki-laki itu tidak baik setiap saat. Lalu untuk apa dia menghampiri Alvaerelle. “Itu bukan masalah. Calon permaisurimu akan jadi sangat cantik jika dipoles lebih dalam lagi. Kamu beruntung memiliki dia,” ucap Ellena yang lalu memegang tangan Alvaerelle. Menggenggamnya dengan erat. Dewi Langit itu pun berbisik pelan, “aku tahu perasaanmu. Jadi coba lebih bersabarlah.” Alvaerelle tidak mengerti kenapa Dewi Langit bicara begitu. Jadi dia mencoba untuk mengabaikan. Sayangnya tidak bisa. Pikirannya kembali lagi ke orang yang sama. Tiba-tiba tangannya digenggam dengan sangat erat oleh Myrin. Oh, apakah laki-laki itu tidak tahu kalau rasanya sangat sakit? Ingin sekali dia membalasnya. Dewi Langit kembali tersenyum. Dia merangkul lengan Kyle dengan erat. Tidak lupa melihat wajah laki-laki dengan senyum yang mengembang. Andai saja Tuhan menakdirkannya untuk menjadi seorang dewi mungkin hal ini tidak akan terjadi. Lalu Myrin membawanya untuk berpamitan dengan pasangan suami-istri itu. Seperti yang dia duga, Myrin tidak akan berlaku lembut. Setelah menghindar dari Kyle dan Ellena, wajah laki-laki itu mulai menyiku. Dia bahkan bisa merasakan kemarahan yang luar biasa dari pangeran ini. Tiba-tiba, Myrin mengajaknya untuk berdansa. Sayangnya dia tidak merasakan sedikit pun rasa nyaman. Pegangan laki-laki ini sangat menyakitkan. Namun, Alvaerelle baru menyadari kalau tangan laki-laki itu lebih halus dari yang dia duga. Padahal seorang elf harusnya jago dalam menggunakan panah dan pedang. “Apa kamu sudah puas dengan mencoba merayu raja para manusia? Bodoh sekali,” ucap Myrin yang lalu mengeluarkan kata-k********r padanya. “Sepertinya kamu sedang salah paham, Pangeran Myrin. Aku sama sekali tidak sedang merayu laki-laki lain. Seberani apa aku mengacaukan pesta pertunanganku sendiri?” ujar Alvaerelle dengan agak kesal. Myrin pun mendengus. Dia semaki mendekatkan wajahnya dengan Alvaerelle. Bahkan sampai orang-orang mengira mereka berciuman. Padahal yang dilakukan Myrin hanyalah menempelkan kedua dahi mereka. “Kamu seberani apa? Memangnya aku tidak bisa melihat bagaimana kamu mengajak Radja Kyle bicara. Bahkan membuat Dewi Ellena membuatmu sangat cantik. Jangan pikir dengan gaun seperti ini kamu bisa membuatku terpesona,” ucap Myrin. Hati Alvaerelle hancur. Dia tidak ingin mendengarkan kata-kata selanjutnya. Siapa pula yang ingin berdandan cantik untuk Myrin? Dia bahkan tidak peduli penampilan. Akan lebih baik kalau dirinya pun dihukum saja ketimbang disiksa secara perlahan-lahan seperti ini. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD