TJCPP 24

1099 Words
Laki-laki itu segera mendekatkan wajahnya pada Alvaerelle. Kembali dia mencium gadis itu. Kali ini memaksa masuk, memaksa agar gadis itu mengikuti kehendaknya. Menikmati tiap sensasi dari mulut mereka yang bertaut. Tanpa Myrin ketahui kalau Alvaerelle sudah menangis. - - - - - - - - - - - - - - -                                           Alvaerelle mengembuskan napasnya. Kesal. Entah sudah berapa kali dirinya mencoba untuk melupakan sensasi dari ciuman yang diberikan oleh Myrin. Terlalu menyiksa jika dia harus mengingat kembali segalanya. Walau beberapa kali mengingat, pipinya menjadi merah malu dan kesal. Dia masih berpegang teguh kalau ciuman hanya untuk laki-laki masa depannya. “Nona, apa pestanya sangat menyenangkan atau justru sangat melelahkan? Aku lihat Nona Alvaerelle masih mencoba untuk beristirahat. Biar aku memeriksa keadaan, Nona,” ucap Leia yang mendekat ke arah gadis dengan rambut cokelat dan ma berwarna merah. Alvaerelle mengembuskan napasnya. Dia lalu duduk di samping tempat tidur sambil mengembuskan napas. Terkadang dirinya fokus melihat ke langit-langit, mencoba melupakan sesuatu yang ada di dalam ingatannya. Ya, ciuman itu. Itu adalah ciuman pertama kalinya. Tidak, tidak benar. Seharusnya bukan Myrin yang mendapatkan kehormatan itu. Relfleks Alvaerelle pun segera mengambil bantal dan segera membenturkan dirinya ke benda tersebut. Dia ingin menyembunyikan kekesalannya. Namun, tidak disangka itu malah membuat Leia semakin panik. Elf murni itu pun segera mendekat dan menepuk pelan bahunya. Beberapa kali memberikan ketenangan meski dia sadar perasaannya tidak akan pernah tenang. Seharusnya dia bisa melawan laki-laki itu. Semuanya pasti akan baik-baik saja. “Nona Alvarelle ... apa terjadi sesuatu padamu?” tanya Leia kebingungan. Mata merah menyala milik Alvaerelle pun buru-buru melihat pada pelayannya yang ramah. Leia cemas, bisa dilihat bagaimana pelayan itu memperlakukannya. Lalu, matanya bergulir melihat ke arah cincin yang tersemat di jari manisnya. Benda sialan yang seharusnya dia tidak disematkan untuknya. “Leia, bagaimana reaksimu ketika seseorang memberikan beranda sial secara paksa? Bukankah seharusnya kamu marah?” tanya Alvaerelle yang lalu mendengus sebal. Dia tidak menyangka kalau usahanya saat ini justru membuat dia tertahan dengan cincin terkutuk. Alvaerelle tidak habis pikir, bagaimana caranya mengeluarkan semua keresahan ini pada Leia. “Tentu saja Nona berhak marah jika mendapatkan barang seperti itu,” balas Leia yang menatapnya penuh iba.. Lalu Alvaerelle pun melihat kembali ke arah cincin yang tersemat pada jarinya. “Cincin itu ... diberikan oleh Pangeran Myrin?” “Benar Leia. Si Hitam Menyebalkan itu memberikanku benda ini. Sebagai bukti kami telah bertunangan, padahal sebenarnya ini cincin terkutuk. Andai saja aku bisa melepaskannya, tetapi sejak malam cincin ini terus menempel seperti sudah ada lem yang kuat. Leia lalu tertawa geli. “Nona, aku rasa Pangeran Myrin tidak ingin kehilangan tunangannya. Maka dari itu dia menakut-nakuti Anda dengan mengatakan ada sesuatu yang mengutuk di sana.” “Itu tidak mungkin, Leia. Dia memiliki sikap yang buruk dan sangat menyebalkan. Menuduh kalau aku akan merayu Raja Kyle di hadapan istrinya. Oh ayolah, si Hitam Menyebalkan itu ingin aku binasakan sekarang juga!” geram Alvaerelle yang lalu mengembuskan napas. Sekarang dia malah menarik Leia mendekat dan memeluk tubuh pelayan itu dengan erat. “Nona, tenanglah. Jangan bebankan pikiran Nona dengan hal-hal lain yang tidak begitu penting. Sebaiknya Nona fokus saja dengan bagaimana cara Nona untuk membuat Pangeran Myrin mencintai Nona,” ucap Leia sangat bersemangat. Matanya berkaca-kaca dan dia cukup senang dengan apa yang dilakukannya, menghibur tuannya. Leia merasa dirinya menjadi lebih berguna. Leia lalu bersimpu. Memandang wajah Alvaerelle yang masih murung. Dia tidak tahu apa saja yang terjadi ketika pesta berlangsung. Jika kemarin malam dia memiliki bala bantuan untuk membereskan perlengkapan Alvaerelle, mungkin dia bisa menghadiri pesta. Namun, dia tahu, bahwa tuannya tengah ditindas dan ini berlaku sampai ke depannya. Terkecuali Pangeran Myrin mematahkan ultimatum yang dikeluarkan olehnya. Namun, Leia tidak ingin membuat Alvaerelle semakin tertekan hanya dengan dia yang mengucapkan hal serupa. Cukuplah dia menyimpan perkataan buruk dari orang sekitar agar gadis itu bisa fokus merebut hari Pangeran Myrin. Leia sangat yakin kalau gadis unik itu akan mampu meluluhkan bongkahan es sekali pun. Tidak peduli apa yang menghadang di depannya. “Nona,” panggil Leia. Dia mencoba membuat Alvaerelle tenang kembali. “Apakah Nona baik-baik saja?” “Leia, aku tidak tahu apakah aku baik-baik saja. Terima kasih sudah memperhatikan diriku,” jelas Alvaerelle, “jika kamu tidak meninggalkan Keluarga Zinsastra, aku sendiri tidak akan mengetahui apa yang akan terjadi ke depannya.” “Aku sudah berjanji sejak sebelumnya. Aku akan ada di sini dan mendukung penuh apa saja yang Nona Alvaerelle akan lakukan. Aku berdoa agar Nona segera mendapatkan kebahagiaan dengan Pangeran Myrin,” bisik Leia. “Aku tidak yakin jika masa depanku adalah dia. Namun, sebaiknya aku harus pergi menemuinya. Kamu benar, aku tidak boleh menyerah sekarang. Istri Kyle juga benar. Aku hanya perlu bersabar untuk mendapatkan semua hakku!” seru Alvaerelle. Mata gadis itu pun berbinar. Dia memandang Leia lekat-lekat. “Leia, tolong bantu aku bersiap-siap. Berikan pelayananmu yang terbaik padaku!” Leia tidak tahu apa yang gadis itu pikirkan. Namun, dia tetap harus menurut dengan apa yang dikatakan oleh Alvaerelle. Jadi segera mungkin elf murni itu membantu tuannya untuk bersiap-siap. Berdandan secantik mungkin, sesuai apa yang sudah diperintahkan. Membuat orang menjadi cantik adalah salah satu keahliannya. Leia cukup percaya diri dengan kedua tangannya. Tentu dia akan membuktikan dirinya adalah yang terbaik. Setelah kurang lebih memakan waktu dua jam hanya untuk berdandan, Alvaerelle kembali memantapkan hatinya. Dia harus meyakini tentang apa yang akan dia mulai. Bersabar. Satu hal paling sulit untuk dilakukan baginya di dunia sebelumnya. Myrin adalah orang terburuk yang pernah dia lihat, tetapi dia tidak pernah menyangka kalau itu pula yang akan membuatnya kebingungan. Kata apa yang harus dia ucapkan nanti? “Nona Alvaerelle! Aku sudah mendapatkan letak keberadaan Pangeran Myrin, katanya beliau berada di tempat latihan bersama para kesatria yang sedang berlatih. Apa Nona yakin akan pergi ke sana?” tanya Leia lebih meyakinkan dirinya lagi. Alvaerelle menarik napas. “Aku tidak mau berhenti sekarang. Terima kasih informasinya, Leia. Tolong antarkan aku ke ruang berlatih para kesatria.” “Baiklah, Nona Alvaerelle,” balas Leia. Alvaerelle pun dibawa pergi oleh Leia. Mereka mengitari kerajaan ini. Untung kakinya yang sebelumnya terkilir sini sudah lebih baik. Jadi dia tidak terlalu sakit saat sudah menapakkan kakinya. Ruang latihan lebih ramai dari yang diduga. Bahkan beberapa elf gadis yang berasal dari keluarga atas seperti Gaylia pun tetap ada di sana. Dengan pakaian mereka yang bagus tentunya. Terkecuali Gaylia, gadis dari keluarga Zinsastra itu menggunakan baju latihan seperti prajurit perempuan lainnya. Alvaerelle tidak menyangka jika gadis itu merupakan peserta latihan di tempat ini. Mata Alvaerelle lalu bertemu dengan Gaylia. Mereka saling menatap tajam. Alvaerelle dengan kebencian karena gadis itu sudah memberikan kesialan, dan Gaylia dengan kemarahannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD