TJCPP 35

1085 Words
Alvaerelle melihat cideranya dengan baik. Tidak disangka hanya karena perburuan yang bahkan dia sama sekali tidak ikut menjalaninya saja membuat Alvaerelle harus dirawat selama beberapa hari. Ini karena kakinya terkilir walau tidak begitu parah, tetapi kerajaan memberikan pengobatan yang terbaik untuknya. Dia lalu mengembuskan napas. Membosankan benar-benar membosankan. Saat ini dia sangat berharap jika Leia dalam keadaan yang baik-baik saja. Entahlah mengapa sakit itu selalu membosankan untuknya. Mungkin karena di kehidupan sebelumnya, Alvaerelle juga seorang pekerja keras. Targetnya sekarang hanyalah bertahan hidup, tetapi sebelum itu ada hati yang perlu dia taklukkan terlebih dahulu. Tentunya itu adalah pangeran mahkota alias si menyebalkan Myrin. Terakhir kali, laki-laki itu tidak memberikannya kesempatan untuk memberikannya hadiah atas desakan Ayred tentunya. Dia bersyukur karena salah satu dari keluarga bangsawan para elf masih memiliki hati dan pintar dalam berbicara. Andai saja Alvaerelle bisa memilih siapa tunangannya, dia mungkin akan memilih Ayred sebagai tunangan. Ah, atau seandainya laki-laki itu adalah putra mahkota, dia pasti akan dengan bahagia menjalaninya. “Nona Alvaerelle,” panggilan Leia membuat Alvaerelle buru-buru menoleh ke ambang pintu. Terlihatlah dengan jelas seorang gadis dengan rambut pirangnya tengah membawa nampan dengan sup di atasnya. Makanan yang membosankan. Dia ingin segera mengunyah ayam lagi jika bisa. “Leia, apa tidak ada makanan selain sup? Aku bosan,” rengek Alvaerelle yang lalu merengut melalui bibirnya. Leia hanya tersenyum. “Koki utama akan mempertimbangkannya jika Anda sudah membaik. Namun, tabib sendiri tidak mengizinkannya. Lagi pula, aku tidak habis pikir, bagaimana bisa Nona Alvaerelle terjatuh dari kuda begitu saja? Apa Pangeran Myrin seburuk itu?” “Aku hanya kurang berhati-hati, Leia. Tidak ada hal lain. Ngomong-ngomong, aku hanya terkilir ... tetapi kenapa aku diberikan sup seperti orang yang sedang gangguan pencernaan? Bisa-bisa setelah sembuh aku benar-benar tidak bisa makan-makanan berat lagi,” gerutu Alvaerelle yang lalu mengambil sesuap sup dari koki istana. Sebenarnya sup itu pun tidak kalah enak dengan masakan lain. Hanya saja, Alvamry terlalu bosan dengan makanan yang itu-itu saja. Koki kerajaan memang selalu membuat yang terbaik, tetapi dia tidak menyangka jika koki dan tabib sangat tega. Satu-satunya yang terluka adalah kakinya, bukan hal parah. Kenapa pula harus diberikan sup? Alvaerelle bahkan bisa memakan besi jika perlu dibuktikan. Ah! Ini benar-benar menyebalkan untuknya. “Nona, ada hal penting yang ingin aku bicarakan,” ucap Leia secara tiba-tiba. Alvaerelle lalu meneguk habis sisa supnya. Dia lalu menengadah ke langit-langit. Dia cukup tahu apa yang akan dibicarakan oleh Leia. Namun, dia tidak tahu bagaimana harus menjawabnya. “Katakan saja, Leia. Apa yang ingin kamu tanyakan? Apakah ada hal penting yang membuat kamu sangat panik?” tanya Alvaerelle sambil mencari-cari jawaban atas pertanyaan yang akan diberikan oleh Leia. “Mengapa Nona memberikanku hadiah yang begitu besar? Maksudku, dengan aku menerimanya ... aku akan pergi dari sisi Nona Alvaerelle dalam waktu yang lama. Lalu, siapa yang akan memperhatikan Nona di Kerajaan Irendelle ini?” jelas Leia dengan wajahnya yang begitu tersiksa. Seakan enggan untuk menerima hadiahnya. Hanya saja, Alvaerelle tidak tahu bagaimana dia harus menjelaskannya. Memang benar, dengan memberikan hadiah sebesar itu, Leia tidak akan ada di sisinya. Pelayannya akan menempuh pendidikan di Akademi seperti yang dia harapkan selama bertahun-tahun. Alvaerelle tidak mau mengekang pelayan berbakat seperti Leia. Dia sudah seharusnya bebas. Meski ini adalah satu-satunya hal yang tidak mungkin dilakukan oleh Keluarga Zinsastra. “Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku, Leia. Pikirkan diri kamu sendiri. Bukankah kamu sangat ingin menempuh pendidikan di Akademi? Sekarang kesempatan itu sudah ada dan menunggu kamu untuk mengambilnya. Aku hanya perantara, jika kamu khawatir tidak ada yang melihatku ... Kerajaan ini memiliki banyak pelayan,” jelas Alvaerelle kacau. Leia mendengus. “Maafkan aku. Namun, para pelayan sepertinya tidak ingin melayani Nona. Mereka rata-rata keluarga dari kalangan atas yang tidak mau tersingkirkan dan akhirnya memilih untuk menjadi pelayan istana. Akan sulit mencari seseorang yang tulus untuk menjaga Anda.” “Leia,” panggil Alvaerelle, sambil menarik dan memegang kedua tangan gadis itu dengan erat, “terima kasih karena sudah meikirkan ku terus-menerus. Aku sangat senang dengan perlakukan yang kamu berikan. Namun, cukupkan sampai di sini. Kamu punya kebebasan sekarang. Aku bukan Tuan dan Nyonya Zinsastra, tidak ada Gaylia juga yang akan menghentikanmu.” “Nona bisa menggunakan ini untuk lepas dari Pangeran Myrin jika Anda mau. Namun, Nona Alvaerelle tidak menggunakannya sama sekali. Aku tidak dapat memahami apa yang dipikirkan oleh, Nona,” jelas Leia sambil mengembuskan napas. Tidak dapat dipikirkan lebih banyak lagi. Alvaerelle bukannya menyesal, dia malah tertawa dan melihat pelayannya dengan seksama. Permohonan itu tidak akan dikabulkan sama sekali oleh Myrin. Bagaimana bisa dia lupa ketika laki-laki itu salah paham dengan hanya karena dirinya mengatakan permohonan. Bahkan hal itu saja sudah membuat Myrin panik dan salah menerka. “Aku tidak setuju! Aku tidak akan mau kalau kamu mengambil keuntungan dengan memutuskan pertunangan kita. Ini harga yang harus kamu bayar atas pembunuhan kekasihku, tunanganku.” Alvaerelle mengembuskan napas. Kenapa dia malah mengingat kembali apa yang dikatakan oleh laki-laki itu? Menyebalkan sekali. Tidak seharusnya dia mengingat itu. Padahal ketika itu, dia hanya ingin meminta kebebasan Leia dan membuat pelayannya pergi ke akademi. Tidak lebih. Meski dia pun berharap jika permohonannya untuk memutuskan pertunangan ini bisa dikabulkan, tetapi ... Myrin sudah mengucap bahkan sebelum dia menjelaskan. Dia tidak bisa melakukan apa pun selain membuat laki-laki itu jatuh cinta. Ya, itu adalah hal paling sulit untuk di lakikan olehnya. “Nona Alvaerelle benar-benar tidak menyesal dengan Keputusan Nona?” tanya Leia lagi. Alvaerelle buru-buru mengangguk. “Aku tidak akan pernah menyesal dengan keputusanku. Saat ini, apa yang ingin kulakukan hanyalah belajar menerima kenyataan. Kamu sudah cukup banyak membantuku. Dengan menceritakan kisah Permaisuri Olive dan Dewi Langit sangat memotivasiku.” “Nona, aku benar-benar tidak sanggup jika harus meninggalkanmu. Apa tidak sebaiknya Nona mengganti permintaan itu dengan hal lain?” ucap Leia lagi. Alvaerelle menggeleng. Lalu tiba-tiba, Leia menerjangnya dengan pelukan. Dia bisa merasakan jika pundaknya sekarang sangat basah. Sepertinya gadis ini baru saja menangis. Alvaerelle pun menepuk pelan bahu gadis itu. Dia juga tidak suka berpisah, tetapi ini sangat diperlukan sekarang. “Leia, aku yakin kamu akan segera menyelesaikan studimu di Akademi. Sewaktu-waktu berkunjunglah. Aku bahagia bisa mengenalmu dan aku bersyukur karena kamu mau mengajukan diri sebagai orang yang mendampingiku sampai saat ini. Lusa nanti, jika aku tidak bisa mengantarmu, mohon maafkan aku, Leia.” “Bagaimana mungkin aku tidak memaafkan Nona? Tidak ... tidak. Aku akan terus berterima kasih padamu, Nona Alvaerelle. Ah tidak ... Nona Alvaerelle. Anda selalu berkata untuk memanggil dengan nama itu bukan?” - - - - - - - - - - - - - - -
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD