TJCPP 32

1054 Words
“Benar, Filan. Kemungkinan besar begitu. Sebaiknya kita lebih cepat. Alvaerelle Zinsastra tidak boleh mati lebih dulu. Hidup dan matinya ada pada tanganku,” jelas Myrin sambil memacu kudanya lebih cepat. “Filan, siapkan senjatamu. Kemungkinan terburuk kita akan menyerang kelinci berekor merah itu di sini dan sekarang.” - - - - - - - - - - - - - - - Alvaerelle dapat melihat dengan jelas bagaimana telinga panjang dari seekor makhluk dengan mahkluk putih itu menjuntai ke bawah. Menutupi satu-satunya pencahayaan dari sana, sehingga di sekitarnya menjadi gelap. Satu hal yang dapat dia pastikan adalah mata kelinci itu berwana merah terang, seperti warna pada lampu senter untuk power point. Dan dua gigi nya yang menonjol membuat Alvaerelle menelan ludah, bukankah itu gigi yang biasa digunakan untuk memakan sesuatu? Ini kelinci, versi raksasa. Ukurannya berkali-kali lipat dari yang dia duga. Terlalu mengerikan sebenarnya. Dia tidak tahu sama sekali hewan apa di hadapannya. Ataukah ini yang dinamakan kelinci dengan ekor merah? Benar-benar unik dan diluar dugaan, juga mengerikan. Namun, dengan tubuh sebesar ini, apa mungkin kelincinya sangat gesit? Alvaerelle yakin betul jika ukuran kelinci raksasa ini seharusnya dapat mengurangi kecepatan ketika bergerak. Tidak lupa kekuatan dan tekanannya menjadi bertambah. Dan di sisi lain, badan raksasa ini membuatnya takut.sejak tadi hidungnya tidak berhenti mengendus. Apakah itu baunya? Alvaerelle juga tidak tahu. Berbeda dari kelinci biasanya. Monster di hadapannya dapat mengaung dengan suara mirip seperti serigala. Dia mulai ketakutan. Namun, Alvaerelle masih tidak bisa bergerak menjauh. Kakinya benar-benar kaku. Myrin memang berencana untuk membunuhnya di hutan. Itu memang lebih baik daripada ditindas terus-menerus. Namun, dia masih ingin mendapatkan kedamaian. "Pergilah, aku tidak menyakitimu!" ucap Alvaerelle agak keras dan membentak. Dia ingin menangis dan tidak tahu harus berbuat apa. Anak panahnya hanya tersisa tiga. Dia benar-benar tidak bisa menembak dengan asal. Bahkan salah-salah justru akan membuat ajalnya semakin mendekat. Jika dia lihat, kelinci itu tidak bergerak sama sekali. Dia lebih sibuk mengendus sesuatu. Sampai akhirnya wajah kelinci itu mendekat ke wajahnya. Seolah sedang mengendus. Alvaerelle bisa merasakan sensasi hangat dari kelinci tersebut cukup membuat tubuhnya bergetar hebat. Ketakutan yang dimilikinya memuncak dan dia butuh ketenangan sekarang. Dia takut kelinci itu mengiranya makanan. Meski belajar sejak pendidikan dasar di bumi, dia tahu kalau kelinci adalah herbivora. Hanya memakan daun-daun. Namun, ini bukan bumi, ini bagian lain atau mungkin duplikasinya. Dia juga tidak begitu mengerti. Satu hal yang dia pahami soal Fayfault, tempat yang benar-benar berbeda dari bumi dan semua hal bisa saja terjadi kapan pun. Alvaerelle pun kembali menelan ludahnya, seraya dia menutup mata. Dia hanya tidak ingin ketahuan dengan apa yang dilakukannya saat ini. Terus berdoa dan berdoa. Tidak akan ada masalah. Semua akan baik-baik dan kelinci ini tidak akan memakannya seperti camilan. Tidak akan pernah. Lagi pula daging Alvaerelle tidak mungkin enak untuk dikunyah. "ALVAERELLE!" Teriakan menggema dari penjuru hutan pun membuatnya menoleh. Dia melihat seekor kuda dengan laki-laki tengah melaju ke arahnya. Laki-laki itu menaiki kudanya dan buru-buru melompat. Hal itu menyebabkan laki-laki itu dapat menerjang kelinci dengan ekor merah tersebut. Kelinci itu pun mundur beberapa langkah. Aungan kembali terdengar. Lebih pilu dan menyakiti hati Alvaerelle secara tiba-tiba. Dia lalu melihat laki-laki dengan noda yang bersimbah darah. Lalu menggumamkan nama laki-laki tersebut. Entahlah, dia memang tidak percaya betul dengan siapa saja yang berada di hadapannya sekarang. "Pangeran Myrin?" gumam Alvaerelle. Myrin menoleh. "Kamu ini bodoh atau mencari mati? Benar-benar tunangan yang tidak bisa diandalkan. Kamu terlalu berbeda ketimbang dengan Soliana. Dengan tenangnya kamu malah mengundang ketertarikan monster berbahaya!" "Aku tidak mengerti maksudmu, Pangeran Myrin! Bagaimana bisa kamu menuduhku dengan tidak-tidak seperti itu? Padahal kamu sendiri tahu kalau selama ini, aku selalu berusaha menjadi tunangan yang baik!" omel Alvaerelle tidak mau kalah dengan lawan bicaranya. Myrin pun mendengus. Dia kembali menarik pedangnya ketika monster kelinci perah sudah kembali berdiri. Bahkan kelinci itu menerjang tapa ba-bi-bu. Myrin sangat cekatan dalam menyerang dan menghindar. Bahkan menghadapi suatu raksasa seperti tidak kesusahan. Hanya saja, semakin dilihat, Alvaerelle semakin ketakutan. Bukan karena cara Myrin menghentikan lawan. Namun, itu pun dikarenakan dia mengasihani kelinci yang dilukai oleh Myrin. Mungkin pada awalnya dia benar-benar khawatir. Sebelum kelinci itu tumbang dan membuatnya jatuh. Kekuatan sihir pada cincin di dalam dirinya menghilang begitu saja. Tubuhnya lemas. Beda dengan Myrin yang berhasil menghindar dan tetap berdiri tegak. Memang benar-benar bisa diandalkan. Myrin memang tidak salah dalam memiliki ketampanan dan tahta, tetapi tidak dengan cinta, hanya dia yang memilikinya. "Nona Zinsastra apa Anda baik-baik saja?" ucap seorang laki-laki dengan rambutnya yang berwarna pirang ombre merah. Alvaerelle tentu tidak ingin membuat cemas siapa pun, termasuk orang-orang di sekitarnya. Sehingga dia merasa cukup baik-baik saja ketika berada di sekitar sini. Dia pun mencoba untuk berdiri dengan bantuan Filan. Setelah itu mereka kembali menghadap pada musuh. Kali ini Myrin terlihat membabi buat untuk membunuh kelinci dengan ekor merah. "Hentikan, Pangeran Myrin! Itu hanya akan terus membuatnya kelelahan! Lagi pula dia tidak membahayakan kita lagi," ucap Alvaerelle lantang. "Kamu itu banyak sekali bicaranya. Tidak. Aku akan tetap melakukannya. Kamu cukup diam dan perhatikan. Tidak perlu ikut campur dengan apa yang menjadi urusanku," balas Myrin. Alvaerelle pun lekas menjawab, "Aku memang tidak perlu mengatakan ini padamu. Namun, Pangeran Myrin, kelinci dengan ekor merah adalah makhluk hidup!" "Aku tidak memerlukan makhluk seperti mereka untuk hidup. Mereka selalu menjadi mata jahat bagi para elf, dan lagi aku sudah memburunya sejak lama. Jadi cobalah untuk lebih tenang. Kamu tidak berguna dan tidak bisa melawannya.” "Myrin aku mencoba untuk diam di tempat sampai waktu yang tidak diduga. Seperti sekarang. Percayalah aku bisa melihat dia sangat kelelahan," jelas Alvaerelle panjang lebar. Barang sejenak, Myrin cukup tertegun ketika mendengar tunangannya berbicara. Jujur saja dia pun berpikiran serupa. Saat ini satu pertanyaan saja tidak cukup untuknya. Dia harus pergi ke perpustakaan untuk mempelajari segala hal yang ada di dalamnya. Alvaerelle mencoba menempelkan tangannya pada wajah monster tersebut. Lalu secara tiba-tiba, dia pun dapat merasakan ukuran dari kelinci berekor merah berkurang. Dia tidak mengerti kenapa. Namun kelinci dengan ekor merah itu tetap terluka dan banyak darah. Segera dia memangkunya. "Lihatlah, Pangeran Myrin, kekerasan tidak selalu bisa memecahkan masalah. Seperti Sekarang. Izinkan aku untuk merawatnya, Pangeran Myrin!" "Kamu hanya beruntung karena tidak ada p*********n lagi. Ayo sekarang kembali!" ucap Myrin dengan nada menyebalkan. Sementara kesatria Filan yang sedari tadi menyimak pun hanya bisa tersenyum. Entah kenapa interaksi keduanya sangat cocok. Dia berharap, pasangan ini akan tetap sama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD