Ceraikan istrimu, aku akan memberimu anak laki-laki!

1044 Words
Melihat anaknya Hanin yang sudah terlelap di atas karpet bulu tebal yang ada di depan televisi, Ella terlihat bangkit dengan susah payah dari dudukannya. Kerongkongannya terasa sangat haus, dan kering dalam waktu seperkian detik saat ini. Tapi, sebelum Ella beranjak ke dapur. Ella terlebih dahulu, dengan hati-hati, dan pelan-pelan mengambil remot yang di peluk anaknya di depan dadanya. Mengecilkan volume tv lalu mematikannya. Lalu Ella beranjak dengan tak sabar menuju dapur dengan langkah tergesanya. Dua gelas Ella menghabiskan air dingin yang wanita itu ambil dalam kulkas tanpa tersisa sedikit'pun. Dan saat ini, wanita yang sedang mengandung itu terlihat sedang mengupas mangga muda di meja makan. Wajahnya yang sebisa mungkin di ceriakan, di buat normal seakan-akan tidak ada hal yang terjadi tadi, antara anaknya dengan suaminya di depan anaknya tadi, kini sudah kembali terlihat mendung, dan sedih. Tatapan memelas anaknya yang ingin ikut melihat adiknya tadi, kembali mengiang di kedua mata, pikiran, dan hati Ella saat ini. Ternyata suaminya bukan hanya menolak permintaan mudah anaknya, bahkan suaminya diam-diam tanpa sepengetahuannya main tangan pada anaknya Hanin. Tega sekali suaminya... Perut anaknya Hanin sedikit membiru tadi. Dan sudah ia obati dengan hati teriris, sesak, dan sangat sakit di dalam sana. Semakin terasa sesak, dan sakit di saat kedua telinganya harus mendengar ringisan, dan rintihan sakit yang keluar dengan menyedihkan dari mulut anaknya. Ia benar-benar ibu yang bodoh, anaknya selalu berada di sampingnya, tapi bahkan ia tak tau kalau anaknya Hanin harus terluka fisiknya karena papa kandung anaknya itu tadi. "Tapi kamu Mas yang lebih bodoh, dan jahat. Benar apa yang di katakan Hanin. Kamu jahat. Sangat jahat. Bukan jahat sama aku, tapi kamu jahat sama anak kamu sendiri, Mas."Bisik Ella pelan. Air mata dengan perlahan sudah meluruh, jatuh membasahi kedua pipinya. Tangannya tanpa berhenti, masih mengupas dengan tak fokus mangga yang sudah bersih dari kulitnya sekitar 40%. Ella terlihat terkekeh dengan raut wajah pahit. Ella...Ella merasa berdosa. Suaminya sangat menyayanginya, mencintainya, memanjakannya selama ini. . Tapi, anaknya Hanin? Mungkin hanya 35% rasa yang ia dapatkan dari suaminya di atas di dapatkan oleh anaknya Hanin dari papanya. "Aku harus apa, Mas? Aku nggak punya kuasa, dan kekuatan untuk bisa menentukan jenis kelamin anak kita yang akanku kandung?" "Apa yang harus kulakukan, agar kau bisa berlaku selayaknya seorang ayah yang sangat mencintai, dan menyayangi ana-- Auhw!"Ucapan Ella harus terpotong oleh jeritan kecil yang keluar dari mulutnya, di saat besi tipis tajam menyayat jari telunjuknya di bawah sana. Dengan pelan-pelan, dan takut-takut karena phobia darah, Ella melirik kearah jari telunjuk yang terlihat menganga lebar di sana. Darah segar menetes lumayan banyak dari tangannya, membuat pandangan Ella hampir meredup, tapi wanita itu sebisa mungkin menahan kesadarannya dengan wajah yang menahan rasa sakit, dan takut. Dan tiba-tiba, bayangan wajah suaminya, menyapa telak kedua mata Ella, pengelihatan Ella. Suaminya menatapnya dengan wajah datarnya, dingin, marah semua membaur menjadi satu, membuat kedua mata Ella yang redup, dan terlihat lelah, terbuka lebar dengan spontan. "Mas..."Panggilnya pelan. Tapi, tak ada jawaban. Karena suaminya tak ada di depannya, ia... ia hanya halusinasi? **** Tak ada pertemuan dengan Pak Ridwan! Tidak ada tender besar yang harus ia menangkan hari ini! Tidakk ada! Semuanya hanya kebohongan yang di ciptalan oleh Serkan dalam waktu singkat apada isterinya dengan anaknya Hanin tadi. Ya, bohong. Semuanya bohong, ia benar menelpon sekertarisnya tadi, tapi pertemuan penting dengan pak Ridwan itu hanya bualannya semata yang ia ciptakan dalam waktu yang sangat singkat, di saat kata-kata yang tak pantas untuk di dengar oleh isterinya yang sedang hamil, anaknya Hanin yang masih kecil sudah berada di ujung lidahnya. Kata-kata tajam, menyakitkan karena... karena isterinya lagi-lagi mengandung anak perempuan. Sedang Serkan? Demi Tuhan, Serkan sangat ingin memiliki anak laki-laki. Dan pertemuan dengan Pak Ridwan sudahia lakukan pagi tadi, dan ia menang, dan berhasil membujuk, serta merayu pak Ridwa agar bekerja sama dengannya. "Huh! Aku nggak terlalu berdosa karena sudah membohongi kalian tadi."Bisik Serkan pelan dengan raut wajah yang sangat frustasi. Kedua tangannya yang kekar mengacak kasar rambut hitam legamnya, membuat rambutnya yang tersisir rapih jadi berantakan, dan tak tertata. Dan Serkan tak peduli. "Lebih baik bohong bukan? Dari pada amarahku di semburkan pada kalian yang tak tahu apa-apa karena keinginan kecilku tak terwujud?" "Lebih baik aku bohong, kan? Dari pada kalian. Melihat wajah dingin, datar, dan marahku tadi? "Jerit Serkan tertahan, dan kedua tangannya memukul dengan frekuensi yang lumayan kuat pada meja kerja yang ada di depannya. "Ya, keputusan suami, dan papamu ini tepat. Aku yakin, aku pasti tidak akan bisa mengontrol lidahku untuk tidak menyakiti kalian dengan kata-kata pedas, dan kejamku tadi. Kebohongan yang aku lakukan tadi, nggak terlalu melukai hati kalian. Aku yakin itu."Bisik Serkan pelan. Tapi, ternyata bisikan pelan Serkan dapat di dengar dengan jelas oleh seseorang yang barusan masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu sedikit'pun. Bahkan orang itu, sepertinya mendengar semua ucapan yang keluar dari mulut serkan sedari tadi, mendengar kata-katanya yang keluar untuk Serkan saat ini. "Menurutku, Kamu tetap salah, dan berdosa. Kamu sudah membohongi anak, dan isterimu. Aku yakin, sejak kamu mengetahui kabar yang tak ingin kamu dengar, wajahmu sudah datar, dan dingin. Jadi, kamu tetap berdosa. Dosa yang kamu lakukan besar tadi. Melukai hati isterimu yang sedang mengandung anakmu, melukai hati kecil anakmu, hanin."Ucap suara itu dengan nada lembutnya. Kakinya yang panjang, dan jenjang, terekspos sempurna hingga di atas kedua lutut putih mulus wanita itu, menjadi pusat perhatian Serkan saat ini, tapi hanya beberapa detik Serkan menatap dalam pada kedua kaki jenjang yang barusan mengeluarkan kata panjangnya yang menurut Serkan benar, dan tepat. "Perempuan lagi?"Bisik wanita itu lembut, bahkan wanita cantik, dan berpenampilan elegant, menarik, dan sempurna khas penampilan seorang sekrataris sudah mendudukan dirinya di atas pangkuan Serkan yang terlihat menegang kaku saat ini. Keda mata yang menatap melotot kaget pada Sekertarisnya, Sharon. Karena berani duduk di atas pangkuannya! Bahkan Sharon, saat ini terlihat membelai lembut rahang tegas, dan kokoh Serkan membuat Serkan bahkan memejamkan matanya untuk beberapa saat. Tapi, kedua mata Serkan harus terbuka lebar, di saat Sharon kembali berkata-kata lagi, dan kata yang keluar dari mulut wanita itu, berhasil membuat tubuh Serkan sangat-sangat menegang kaku. "Kalau kamu mau. Aku bisa memberimu seorang anak laki-laki. Bagaimana? Aku... kamu tau, kalau aku memiliki anak seorang anak laki-laki. Gimana? Aku akan memberimu seorang anak laki-laki Serkan."Bisik Sharon pelan, tepat di depan wajah Serkan yang terlihat diam membeku saat ini. tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD