6

1556 Words
Sementara itu sekarang Alga dan Anya masih berada di dalam mobil. Tadi Alga menyeret Anya untuk ke mobil dan mereka memutuskan untuk pergi dari sana. Alga benar-benar malu pada semua orang, ia pun juga sangat merasa bersalah pada semuanya, terutama pada Saga dan juga Adara itu. Alga benar-benar tidak habis pikir kenapa Anya bisa melakukan hal yang seperti ini. Kenapa bangun-bangun dari koma ia mapah mengetahui bahwa seseorang yang sangat amat ia cintai adalah seseorang yang membuat adiknya menjadi kehilangan putra kecilnya yang sangat disayanginya. Kini ia benar-benar tak tahu harus bagaimana, selama ini Saga telah begitu baik memjaga Bian dan Anya, tapi gara-gara Anya, Saga kehilangan Arganya. Sementara itu sekarang Anya tampak menatap ke arah Alfa, ia benar-benar takut pada Alfa. Jika ia ditanya siapa orang yang benar-benar ia takuti sekarang setelah pengakuan yang ia lakukan itu siapa, ia tentu akan langsung menjawab Alga. Karena Alga pasti sangat marah sekali kepada dirinya. Alga memang bukan orang yang keras dan juga main tangan, tapi jika kesalahan yang dibuat oleh Anya sudah sangat fatal, mungkin hal itu bisa saja terjadi. "Alga, aku minta maaf Alga. Aku ga ada niat buat Arga kayak gini. Bahkan aku ga ada niat sama sekali buat Arga sakit bahkan meninggal. Aku ga tau kalo semuanya bakalaj kayak gini Alga. Maaf." ujar Anya pada Alga itu. "Persetan Anya! Aku bener-bener ga tau apa isi otak kamu sampai kamu berani kayak gitu Anya. Saga bahkan baru bahagia belum lama ini tapi kamu udah rusak kebahagiaan dia Nya. Apa sih salah Saga sama kamu? Bahkan dia yang ngurusin Bian, jadi Papa Bian sementara waktu aku ga ada. Dia juga baik sama kamu. Kenapa kamu jahat kayak gini sama dia?" tanya Alga dengan emosi. Anya pun semakin takut sekarang, ia tak tahu lagi harus bagaimana. "Aku ga ada niat Alga, aku sumpah ga ada satu pun niat aku buat nyelakain Arga. Aku ga tau semua ini bakal terjadi." ujar Anya tapi sekarang Alga sudah terlalu malas untuk membalas Anya, ia sudah tidak ingin lagi berbicara dengan Anya. Ia butuh waktu hingga nantinya ia akan berbicara dengan Anya. Membicarakan tentang semua ini, yang pasti sekarang ia masih tidak menyangka bahwa sumber rasa sakit yang sekarang dialami oleh Saga itu adalah Anya orang yang ia sayangi dan merupakan ibu dari anaknya, Bian. Kembali ke makam, saat ini Saga masih berada disana ditemani oleh Sultan dan Zean. Mereka kini tampak menunggu disana hingga Saga memutuskan untuk pulang. Karena akan percuma saja jika mereka meminta Saga untuk pulang sekarang, mereka juga tidak bisa memaksa Saga pulang. Saga tahu, mereka memang tidak mengetahui dengan benar dan pasti apa yang saat ini dirasakan oleh Saga. Mereka hanya tahu luarnya saja, tidak dengan dalamnya. Luarnya saja mereka sudah merasakan sakit yang teramat dalam apalagi jika mereka merasakan dalamnya, mungkin mereka tak kuat. "Sayang Papa sayang sama Arga." ujar Saga kepada makam Arga itu. Hanya kata-kata itu dan kata-kata maaf saja yang terucap dari mulut Saga. Penyesalan itu sangat terlihat kentara dalam mata Saga yang masih mengeluarkan air mata, Saga masih terpuruk dan terjatuh begitu dalam juga. Waktu sudah hampir sore, mereka sudah lama berada disana dan akhirnya sekarang Saga mulai berpamitan pada Arga yang sudah tenang disana. Ia kini mencium nisan atas nama Arga itu. Ia memeluk nisan tersebut. "Arga, Papa pulang dulu ya sayang. Papa janji besok Papa bakalan kesini lagi. Papa sayang sama Arga, sekarang Papa pulang dulu ya nak." ujar Saga. Saga pun berusaha untuk berdiri, tapi ia hampir jatuh jika Sultan tidak memeganginya. Sekarang ini Saga tampak sangat lemas sekali, ia juga terlihat begitu pucat. Kini mereka berjalan menuju ke mobil mereka itu. Sekarang Saga tampak masuk ke dalam mobil dan mereka menuju ke rumah Saga, lebih tepatnya merupakan rumah keluarga Saga. Sekarang Saga tampak memikirkan tentang Anya, ia benar-benar tak menyangka Anya akan seperti itu. Bahkan ia sama sekali tidak punya pikiran bahwa Anya akan sejahat itu. Ia sebenarnya belum siap untuk bertemu dengan Anya, karena kemungkinan Anya di rumah saat ia pulang nanti sangat lah besar. Karena mungkin hanya dia tujuan Anya jika tidak rumah ya rumah sakit. Sekarang ini Bian sedang bersama dengan suster yang menjaganya. Saga tidak tahu apakah Alga akan membawa Anya ke rumah atau ke rumah sakit. Tapi yang pasti ia juga harus menyiapkan dirinya sendiri untuk kemungkinan bahwa ia akan bertemu dengan Anya nanti. Bertemu dengan Anya setelah apa yang dilakukan oleh Anya kepada dirinya itu sangatlah berat, bahkan ia rasanya ingin memaki dan menyakiti Anya saat mereka bertemu, tapi ia harus sabar. Ia tidak boleh melakukan itu, biar kakaknya saja yang memberikan hukuman bagi apa yang telah dilakukan oleh Anya. Yang pasti ia mungkin tak akan pernah memaafkan Anya, bahkan selamanya ia mungkin tak akan bisa. "Adara, gimana Adara?" tanya Saga kepada Sultan dan Zean karena ia baru ingat bahwa tadi Adara pingsan saat dalam pemakaman itu. Zean dan Sultan sebenarnya belum tahu bagaimana keadaan dari Adara pada saat ini. "Kita belum tahu Ga, nanti bakalan gua tanya ke Kak Alex, tapi gua saranin Lo jangan kesana dulu Ga. Jangan deketin Adara dulu, pokoknya jangan berada di tempat yang Adara bisa ngeliat Lo. Adara butuh waktu buat nerima semua ini, begitu pun juga Lo Ga." ujar Sultan kepada Saga tersebut. "Gua tahu, pasti Adara marah banget sama gua, pasti Adara benci banget sama gua. Gua emang ga guna. Gua udah hancurin dia dua kali, gua bener-bener ga tau malu." ujar Saga yang emosinya mulai naik lagi sekarang. Zean tampak menenangkan Saga sekarang sementara Sultan menyetir. Mereka pun sekarang akhirnya sampai di rumah keluarga Saga, saya mereka masuk tak ada mobil Alga. Di dalam rumah juga tidak ada Alga maupun Anya, sepertinya mereka sekarang masih berada di luar atau sekarang mereka sedang ada di rumah sakit. Entah lah itu tidak penting juga. Saga sampai di dalam ruang tamu, ia pun didekati oleh Mama dan Papanya, sekarang Mamanya tampak memeluk Saga lagi. Ia memeluk Saga sangat erat sekaan ia bisa menyalurkan energi positif ke Saga pada saat ini. Ia pun juga kehilangan, ia kehilangan cucu keduanya yang bahkan belum pernah memanggil dirinya dengan sebutan nenek, memanggil Saga dengan sebutan Papa saja ia belum. Apalagi memanggilnya dengan sebutan nenek. "Yang sabar ya sayang, yang tabah. Arga itu anak baik, Arga sekarang udah tenang dan udah ga sakit lagi jadi kamu yang tenang ya sayang. Mama yakin kalo Arga pasti sekarang lagi liat kamu di atas sana. Arga ga mau kalo Papanya nangis karena kehilangan dia. Ingat ya sayang, meskipun Arga sudah ga ada tapi Arga tetap ada di sini. Di hati kamu." ujar Mama Saga tersebut sembari ia menaruh tangannya di d**a Saga. Saga saat ini masih saja menangis. Tidak mudah baginya untuk menerima semua ini, ia rasa semua akan baik-baik saja, Arga akan baik-baik saja disana tapi ternyata tidak. Ternyata ia tidak baik-baik saja bahkan sekarang Arga telah pergi darinya. Saga masih tampak memeluk mamanya sekarang, kehilangan ini begitu menghancurkan dirinya seutuhnya. Jika ia saja seperti ini, bagaimana dengan Adara? Adara mungkin seratus kali lebih sakit daripada yang ia rasakan ini. "Apa salah aku Mah, kenapa Anya tega banget sama aku? Padahal aku selama ini baik sama dia, aku baik sama Bian. Bahkan aku rela jadi Papa sementara buat Bian karena kondisi Kak Alga yang masih ga sadarkan diri. Aku ngelakuin itu ga cuman satu dua tahun Mah. Tapi sampai sekarang, sampai usia Bian 11 tahun. Tapi apa balasan dari Anya Mah?" tanya Saga itu. Ia merasa sangat sakit hati sekali, apalagi ini menyangkut anaknya, anak kandungnya sendiri. Ia benar-benar tak tahu lagi harus bagaimana menjalani hidup setelah ia kehilangan Arga dan pastinya ia akan dibenci oleh Adara juga. Sekarang ini tampak Saga masih ditenangkan oleh Mamanya. Sementara itu di lain tempat, tepatnya di jalanan sekarang tampak Alga masih membawa keliling Anya. Sebenarnya ia pergi tanpa tujuan sekarang, yang pasti ia tidak ingin pulang ke rumah terlebih dahulu. Ia ingin mengobrol bersama dengan Anya. Hanya berdua dengan Anya saja tanpa orang lain. "Alga kita udah muter-muter dari tadi Ga, kamu mau kemana? Mending kita ke rumah sakit aja ya. Pasti Bian lagi nungguin kita." ujar Anya dengan hati-hati karena ia tahu bahwa suasana hati Alga sedang tidak baik-baik saja. "Diam Anya, jangan ngomong lagi." ujar Alga kepada Anya tersebut dan sekarang Anya pun diam, ia tidak berani berbicara lagi. Ia takut kepada Alga. Alga sekarang tampak masih menyetir mobilnya tanpa arah hingga pada akhirnya ia melihat terdapat danau kecil yang ada di dekat sana. Ia pun menepikan mobilnya disana dan sekarang mobil itu sudah berhenti. Hal ini membuat Anya sangat tegang, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Alga. Alga tampak benar-benar berbeda saat ini, ia benar-benar menyeramkan bagi Anya. Setelah Alga terbangun dari koma nya ia belum pernah melihat wajah Alga yang sekeras ini. Jika ia mampu membuat Alga menjadi seperti ini, itu berarti dirinya memang sangat salah. Entah lah yang pasti sekarang ini ia benar-benar sangat takut, ia takut jika Alga melakukan hal yang menyeramkan ksrena dari sorot mata Alga sekarang benar-benar seperti ingin menghardik Anya. Ia pun kini hanya menduduk saja. Ia tak mampu melihat sorot wajah Alga yang sangat seram. "Anya, liat gua Nya. Sekarang liat gua dan bilang kalo itu semua bohong Nya! Bilang sama gua kalo bukan Lo yang ngelakuin itu Anya! Cepat bilang sama gua." ujar Alga dengan berteriak tapi Anya masih menunduk dan ia masih diam saja, kini Anya semakin ketakutan mendengar nada bicara Alga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD