8

1572 Words
Anya masih diam saja karena jujur saja ia masih kaget dan belum bisa menerima perkataan Alga tadi. Alga sama saja memintanya untuk tidak berharap mereka bisa menikah karena ia sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk bisa dimaafkan oleh Adara dan juga Saga. Ia kosong. "Sekarang kita ke rumah sakit, kalo Lo sama Bian udah boleh pulang nanti Lo sama Bian tinggal di apartemen gua." ujar Alga saat masih di jalan. Lagi-lagi perkataan dari Alga mampu membuat Anya menganga tak percaya. "Tunggu, kamu serius nyuruh aku sama Bian tinggal di apartemen Alga? Sekarang kamu ngucilin aku sama Bian? Okay, aku ga papa kamu kucilin tapi jangan Bian. Dia ga tau apa-apa Alga. Kamu ga berhak hukum dia kayak gini Alga. Tolong jangan kayak gini." ujar Anya mencoba bernegosiasi pada Alga. "Lo pikir gua ga tau apa pikiran Lo Nya? Lo pasti mikir kan kalo misalnya Bian sama gua pasti dia bakalan minta Lo juga buat balik ke rumah. Please Anya, gua tahu pikiran Lo. Bian lebih better sama ibunya. Gua akan datang untuk Bian Nya. Lo ga perlu khawatir untuk itu." jawab Alga dengan cepat. "Lagi pula, di rumah sekarang ga ada yang menginginkan Lo kembali Anya. Lo tahu dan Lo paham itu. Biarin Saga, Mama dan Papa sekarang menenangkan pikiran mereka dulu, mereka ga bisa gitu aja maafin Lo yang udah buat anak Saga, dan cucu Mama, Papa meninggal." tambah Alga juga. "Kalo kamu lupa Bian juga cucu mereka Alga, Bian anak kamu, darah daging kamu. Masih ada darah mereka yang mengalir di Bian." ujar Anya. "Keputusan gua udah bulat Nya, please ini yang terbaik buat semuanya. Jangan mengelak lagi, karena harusnya Lo diam dan nerima aja. Lo ga berhak buat minta ini itu sekarang Anya. Sadar diri, tolong. Gua bakalan ngomong juga kok ke Mama sama Papa supaya mereka bisa memaafkan Lo karena bagaimana pun juga Lo Mamanya Bian. Tapi maaf Anya kalo untuk Saga gua ga bisa bantu. Bahkan untuk ngomong sama Saga aja sekarang gua masih malu, gua sangat merasa bersalah sekarang." ujar Alga jujur kepada Anya. Sekarang ini Anya pun menerima itu semua, harusnya tidak seperti ini. Harusnya Alga tidak usah merasa bersalah karena memang Alga tidak salah apa-apa, disini dirinya yang salah. Dia yang bersalah atas semuanya bukan Alga. Ia pun kini menjadi merasa bersalah kepada Alga yang ia cintai itu. Mereka berdua sekarang akan pergi ke rumah sakit, sementara itu sekarang di rumah Adara semuanya masih tampak sedih. Duka itu masih terasa mendalam di dalam kediaman Adara. Adara baru saja bangun dari tidurnya. Sekarang ia sedang berada di toilet bersama dengan Mamanya. Sementara Alex saat ini tengah kebingungan apakah ia harus mengatakan tentang Anya yang merupakan orang yang menyembunyikan handphone Saga kepada Adara atau tidak, tapi kondisi Adara masih buruk sekarang. Ia pun bertanya kepada Abraham, karena untuk sekarang Abrahan yang mengetahui kondisi psikis yang benar-benar terjadi pada Adara tersebut. "Abraham, gua mau tanya sama Lo. Tentang Anya tadi yang gua ceritain ke Lo. Baiknya gua bilang ke Adara sekarang atau besok, atau gua nunggu dari Anya atau Saga aja yang bilang sendiri ke Adara? Jujur aja gua masih bingung sampai sekarang. Gua takut kalo apa yang gua ambil nanti, keputusan gua itu cuman buat situasi jadi semakin memburuk aja nanti itu. Gua takut salah ngomong dan bikin Adara semakin sakit." ujar Alex itu. "Kalo saran saya lebih baik jangan dibicarakan dulu. Lebih baik juga yang membicarakan langsung dari Saga sendiri atau Anya karena mendengar dari yang melakukannya akan lebih bisa diterima. Lagi pula jika membiarkan untuk mengatakan sekarang tidak akan baik bagi kondisi psikis Adara. Nanti malah bisa memburuk." ujar Abraham yang tentunya Alex memahami hal itu. Ia tidak akan mengatakan sekarang, ia akan menunggu Saga atau Anya yang bicara. "Okay, makasih ya Ham. Lo banyak bantu disini. Makasih juga karena udah mau jadi dokter pribadinya Adara. Tolong sembuhin adik gua ya Ham, tolong hilangin luka dia." ujar Alex tampak menatap Abraham penuh harap. Abraham pun kini mengangguk, setelah itu mereka berdua melihat saat ini Adara tampak keluar dari toilet bersama dengan Mamanya. Sekarang Adara terlihat sangat lemas, ia belum mau makan sejak tadi pagi. Bahkan ia tidak mau berbicara dengan siapa-siapa. Jika Adara mengeluarkan suara itu pun hanya tangisan dan hanya meminta Arga untuk kembali ke hidupnya. Adara tampak sangat pucat sekali saat ini, ia belum makan sedari tadi pagi. Ia tidak bisa makan karena bagaimana bisa ia makan jika ia baru saja kehilangan anaknya. Ia bahkan rasanya sudah tidak hidup sekarang ini. Adara benar-benar mengalami depresi karena kehilangan Arga yang merupakan anak yang sangat amat ia sayangi, bahkan Adara seperti sudah kehilangan semangat hidupnya sekarang. Ia seperti boneka sekarang ini, Adara sudah benar-benar mati rasa, ia tak tahu lagi harus menyikapi ini semua. "Sayang, kamu sekarang makan ya sayang. Nanti kalo kamu ga makan kamu sakit. Sekarang makan ya biar kamu kuat." ujar Mama Adara entah yang keberapa untuk saat ini. Ia sudah mencoba berbagai cara tapi Adara tetap tidak mau makan, Papanya tadi juga sudah mencobanya begitu pun juga dengan Alex. Alex bahkan sampai menangis karena ia tidak bisa membuat Adara makan. Disini juga ada Leo dan Brian yang merupakan teman Alex. Mereka tampak sangat khawatir kepada kondisi Adara yang mana sudah mereka anggap sebagai adik mereka sendiri. Adara ini benar-benar berharga bagi mereka, jika Adara seperti ini mereka pun juga ikut hancur dengannya. Sejak mereka bertemu dengan Adara, rasa ingin melindungi Adara begitu besar makanya saat seperti ini mereka juga sangat sedih sekali, mereka ikut hancur akan apa yang dialami oleh adik kecilnya yang kini sudah tumbuh dewasa itu. "Adara masih ga mau makan Lex?" tanya Leo kepada Alex tersebut. "Iya Le, gua khawatir banget sama Adara, gua ga mau kehilangan lagi. Gua sama sekali ga mau kehilangan Adara. Udah cukup gua ga bisa jaga dia dulu, sekarang gua mau jaga Adara Le. Tapi Adara sekarang ga mau makan, terus gua harus gimana sekarang." ujar Alex yang kini sudah menangis. Tentu ini tidak mudah bagi Alex, bahkan Leo dan Brian pun juga tahu bahwa ini tidak mudah bagi Alex. Mereka juga merasakan kesedihan dan kekalutan yang di rasakan oleh Alex saat ini. Sekarang ini Alex benar-benar terlihat sangat hancur, Leo dan Brian pun mencoba untuk menenangkan Alex. "Lex, Lo harus kuat. Adara masih butuh Lo Alex. Dia masih butuh dukungan kakaknya yang hebat ini. Lo belum gagal Lex, Lo harus buat adik Lo kembali lagi menjadi Adara yang semangat. Gua sama Brian bakalan bantu Lo sebisa kita. Lo sekarang semangat ya." ujar Leo kepada Alex, ia mencoba memberikan semangat untuk Alex. Sekarang ini mereka harus saling memberi semangat satu dengan yang lainnya karena mereka harus bersatu untuk Adara. Mereka sama-sama ingin Adara pulih dari kondisi psikisnya sekarang. "Thanks ya Lo berdua udah mau kayak gini, Lo berdua udah kayak saudara gua. Thanks ya udah ikut jaga Adara juga sama gua. Gua bener-bener beruntung banget karena disini gua ada Lo berdua." ujar Alex kepada mereka. Sekarang ini mereka tampak berada di sana, mereka sedikit keluar dari ruangan kamar Adara. Sekarang hanya Abraham yang bisa mereka harapkan agar Adara bisa makan. Mereka sudah kalah dan tidak lagi bisa berbuat apa-apa. Mereka harap Abraham bisa membuat Adara makan, karena Adara akan sakit jika ia tidak makan sekarang. Maka dari itu mereka sangat khawatir juga. Abraham kini tampak mendekati Adara. Ia duduk di kursi yang ada di dekat tempat tidur. Ia kini menatap ke arah Adara yang menatap ke luar dengan pandangan kosongnya itu. Abraham kini tampak prihatin pada Adara. Kenapa bisa saya merasa sesakit ini saat melihat Adara yang seperti ini? Sebelumnya saya belum pernah merasakan hal seperti ini, padahal saya udah beberapa kali menangani pasien depresi seperti ini tapi baru Adara yang yang bisa bikin saya seperti ini. Entah kenapa saya seperti bisa merasakan kesedihan yang dialami oleh Adara secara mendalam. Batin Abraham itu. "Adara, saya tahu kamu sekarang sedih. Tapi Arga tidak akan senang jika Mamanya sekarang seperti ini. Arga tidak akan senang jika Mamanya terus menerus bersedih kayak gini. Apalagi sampai tidak makan seperti ini. Arga diatas sana yang seharusnya sudah tenang, ia melihat ke sini dan melihat kamu kayak gini. Apa yang akan Arga pikirkan? Ia akan sedih Adara. Apalagi Mamanya ga mau makan." ujar Abraham kepada Adara tersebut. Hal itu sangat manjur karena sekarang Adara tampak langsung menatap ke arah Abraham. Ia menatap dengan mata berkaca-kaca dan sekarang air mata itu tampak turun satu persatu, Adara kini menatap Abraham tersebut. "Arga ga boleh sedih, Arga harus bahagia Abraham." ujar Adara tersebut. "Makanya, kalo kamu mau Arga bahagia sekarang makan ya Adara. Karena Arga akan sedih jika kamu tidak makan." ujar Abraham pada saat ini. Adara tampak mengangguk, Abraham tentu saja sangat lega. Ia pun mulai menyuapi Adara sekarang. Adara tampak makan dengan tenang meskipun ia lama sekali dan bahkan ia hanya makan beberapa sendok saja. Tapi itu sudah membuat Abraham dan keluarganya tampak begitu lega juga. "Bagus, Arga sekarang bahagia karena Mamanya sudah makan. Jangan terlalu larut dalam kesedihan ya Adara. Arga akan selalu ada di hati kamu, dan dia selalu melihat kamu dari bintang-bintang yang bertaburan di angkasa. Arga bahagia ketika kamu bahagia dan Arga pun juga akan sedih ketika kamu merasa sedih. Itu yang Arga rasakan Adara." ujar Abraham kepada Adara. Kini Adara tampak mengangguk, ia pun menatap ke arah Abraham lalu menatap ke arah langit di luaran sana. Sekarang langit sedang bertabur bintang dan ia yakin bahwa Agra ada di salah satu bintang terang yang sekarang ini berada di langit angkasa. Ia benar-benar sangat tenang sekali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD