PROLOG
"Ibu apa yang dilakukan paman itu?"
Antonio terkejut mendengar suara gadis kecil didekatnya sedang menunjuk kearahnya dan Cathriona. Ia segera melepaskan ciuman panjang itu. Dan pergi berlalu meninggalkan Cathhriona yang masih terkejut dengan sikap Antonio yang begitu saja meninggalkannya.
"Antonio!" Cathriona mendengus kesal.
"Maaf!"
Rasa kesal Cathriona hilang seketika, ia kini ingin tertawa melihat wajah Antonio. Wajah pria itu memerah dan gugup. Cathriona tak bisa pungkiri kalau ia juga merasa sangat gugup namun ia tak menyangka kalau sosok dingin Antonio bisa berubah seperti itu juga.
"Kita kesana saja! Cathriona menunjuk sebuah tenda berwarna hitam.
Mereka melangkah bersama namun Antonio memberikan jarak diantara tubuhnya dengan tubuh Cathriona.
"Sudahlah jangan canggung seperti ini! Banyak pasangan yang melakukan hal seperti itu disini. Lihat saja itu!" Cathriona menunjuk pasangan yang sedang berciuman panas diatas kursi dekat penjual makanan. Cathriona mati-matian berusaha menutupi rasa canggungnya dan ingin membuat Antonio merasakan hal yang sama setelah kejadian ciuman tadi namun ternyata hal itu lebih sulit dari perkiraannya.
***
Cathriona melihat sekeliling benda yang berada didalam tenda hitam dengan pencahayaan minim yang baru saja ia dan Antonio masuki itu. Matanya melihat sosok wanita berambut keriting hitam dengan dresola berwarna senada dengan rambutnya itu. Mata wanita itu menatap tajam Cathriona dan Antonio seperti sedang menyelidiki sesuatu.
"Ambilah...!" Ujar wanita itu menatap ke 9 kartu tarot yang berjajar rapi diatas meja berkain merah miliknya.
Tanpa ragu Cathriona mengikuti permintaan wanita itu lalu mengambil salah satu kartu tarot yang berjajar terbalik didepannya. Ia memilih sebuah kartu yang berada diurutan ke-3 dari ujung kanannya, lalu memberikannya pada wanita yang sangat terkenal di Deluxia karena ramalannya itu.
"Kau..." wanita itu tiba-tiba berbicara dengan cukup keras dengan tatapan yang sangat tajan kepada Cathriona saat kedua mata mereka bertemu. Ia lalu melihat kartu yang diberikan Cathriona padanya.
"Kau bukan wanita sembarangan! Kau punya kekuasaan! Hal besar berada di tanganmu! Kau bisa membuat hal besar itu semakin besar! Namun, ada hal yang harus kau korbankan! Hal yang berarti untukmu! Hal yang tak bisa didapat dengan kekuasaan ataupun dibeli bahkan dengan harta sekalipun!!"
"Maksud madam apa?"
Cathriona mencoba mencari tahu ucapan yang tak ia pahami itu.
"Ada kebahagian dan ada kehilangan! Kau harus memilih dengan bijak. Dunia tidak selalu dipenuhi terang, kau akan melihat kegelapan. Semuanya berada ditanganmu, namun kau tak bisa memiliki semuanya." Ucapan wanita itu terhenti lalu memandang Antonia tanpa berkedip. Ia tersenyum tipis penuh misteri lalu meminta Antonio mengambil kartu dihadapannya.
Cathriona masih sibuk dengan pemikirannya sendiri saat Antnio menyerahkan kartu pilihanya kepada peramal itu. Sebenarnya Antonio tak ingin masuk ketempat ini, ia tidak pernah percaya pada ramalam dan hal-hal yang tak dimasuk akalnya. Kalau bukan karena wanita disebelahnya ini, ia pasti akan menghindar dari tempat seperti ini.
"Kau terlahir dengan penuh kebahagiaan dan berkah." Wanita peramal itu tersenyum lagi kepada Antonio, lalu melanjutkan ucapannya.
"Masa lalumu akan menjembatanimu mendapakan kebahagiaanmu! ASALKAN! Kau bisa melewati kegelapan tak berujung untuk kedua kalinya, karena kalau kau tidak berhasil melewatinya, kau akan kehilangan semuanya..."