13. MENJADI ORANG LAIN

1021 Words
Hidup seorang diri dan di lingkungan yang jauh berbeda dari sebelumnya mengajarkan Cecil banyak hal. Jika dulu saat tinggal bersama orang tuanya dia tidak perlu membersihkan kamar dan merapikan lemarinya. Tidak pernah mencuci pakaian bahkan pakaian dalam sekalipun. Tapi sekarang, dia harus mencuci baju sendiri dan merapikan kamar kost nya sendiri. Soal memasak tidak usah pusing. Dia bisa membeli makanan di warteg-warteg yang bertebaran di sekitar tempat tinggalnya. Untuk urusan minum, dia membeli air botolan per dus. Jadi tidak perlu beli dispenser, galon air dan gelas. Gadis itu sedang berbaring di kasur single nya dan sedang berselancar di sosial media. Dia membuat akun baru dan tidak memfollow siapapun yang di kenalnya. Dia hanya memfollow akun-akun gosip dan artis-artis. "Wah, iya benar. Gue juga butuh ini," ucap Cecil saat melihat ada iklan pemanas air minum. Selama ini, jika dia ingin minum teh hangat atau kopi hangat, dia selalu membelinya ke lantai satu. Salah satu penghuni kos yang jualan berbagai jenis minuman. Tapi setelah di pikir-pikir. Minum air hangat juga perlu. Akhirnya gadis itu menekan tombol beli sekarang di aplikasi belanja online. Saat membuka ponsel seperti ini, sesekali dia melihat berita yang muncul mengenai bisnis papa dan mamanya. Orang tuanya itu masih sama seperti sebelumnya. Gila kerja dan gila bisnis. "Apa kalian tidak khawatir padaku sekarang?" ucapnya sendu. "Aku baik-baik aja disini. Sampai ketemu sepuluh tahun lagi. Saat itu aku akan menjadi wanita karir yang kaya raya. Amin." Sementara di seberang sana, seorang pria masih mempertanyakan akun yang mencoba meretas data milik nya. IP address nya ada di Pujantara Tower. "Kenapa kalian ingin sekali mengetahui data pribadiku?" ucap Juan. Sudah beberapa kali IP ini mencoba meretas datanya dalam satu bulan terakhir. "Aku bukan bagian dari Sudarto group lagi, jangan mencari aku lagi," lanjutnya. Dia meninggalkan laptopnya itu dan bersiap mandi. Sudah dua minggu ini Juan ada di Jogja dan sudah aktif sebagai dosen di salah satu universitas. Meninggalkan keluarganya tanpa pamit. Di kampus dia di kenal sebagai dosen hot dan suamiable. Apalagi di setiap perkenalan Juan selalu jujur mengatakan masih lajang. Banyak mahasiswi yang berlomba-lomba untuk menyapanya dan ada juga yang berani meminta nomor ponselnya. Bukan hanya itu, bahkan ada beberapa dosen perempuan juga yang tebar-tebar pesona padanya. "Cah, mari kita lihat, kenapa kalian mencari aku," ucapnya mulai memegang laptop lagi. Rambutnya masih lembab dan acak-acakan karena belum tersentuh sisir. Wajahnya segar dan napasnya sudah segar. Dia mengotak -atik laptopnya dan menampilkan angka-angka yang sulit di pahami oleh orang-orang yang tidak mengerti retas meretas. "Aku tidak punya urusan apapun dengan kalian," ucapnya seraya keluar dari progam itu. Dia tidak menemukan ada kerja sama dengan Pujantara group. "Mungkin lagi iseng," pikirnya. Juan meraih ponsel dan log in di akun sosial medianya. Dia dengan sadar mengetik nama Lidya C nama akun ige wanita yang sangat dia cintai. Ada beberapa postingan terbaru disana. Juan melihat dengan jelas raut bahagia mantan tunangannya yang sudah berubah menjadi adik ipar nya itu. "Sepertinya kami memang lebih bahagia bersamanya. Aku doakan semoga kmi selalu bahagia darling," ucap Juan seraya mengelus wajah Lidya di layar ponselnya. "Walau aku sangat mencintaimu dan bahkan mendoakan kebahagiaanmu, tapi aku tidak akan memaafkan pengkhianatan mu padaku," lanjut Juan. Salah satu hal yang mendorongnya untuk pergi ke Jogja adalah untuk menghindar dari wanita bernama Lidya itu. Juan khawatir dia tidak bisa menahan emosinya ketika bertemu. ***** "Bagaimana?" tanya Hamid pada anak buahnya yang seorang IT. Dia di suruh untuk melacak data pria yang membawa Cecil ke hotel. "Tidak ada data pak, sepertinya di kunci." "Ya udah lupakan saja, tidak perlu mencari tahu lagi," ucap Hamid. Udah satu bulan sejak kejadian itu dan sampai sekarang belum bisa di ketahui data dari pria itu. Cctv di hotel juga tidak memperlihatkan dengan jelas wajah laki-laki itu. Hamid sudah mencari tau laki-laki itu pada teman-teman Cecil dan mereka bilang mereka tidak kenal. Bahkan Cecil juga tidak kenal. Dari teman-teman putrinya itu Hamid dan Vetty baru tahu bahwa pria itu merayakan ulang tahun putrinya di sebuah hotel. Selebihnya mereka tidak tahu. Saat tanya ke Cecil, Cecil juga mengaku tidak kenal pria itu. Dari penjelasan teman-teman Cecil itu lah akhirnya Hamid memutuskan untuk tidak mencari tahu pria itu. "Mengenai Cecil, apa ada perkembangan juga?" "Maaf, Pak. Belum ada," pria IT itu menunduk karena ketidakbecusannya dalam pencarian Cecil. Hamid mengangguk. Ternyata putrinya itu serius juga dengan pilihannya. "Tidak apa-apa, jangan terlalu di paksakan.Cari sebisa kamu saja." Sangat sulit mencari Cecil sekarang karena belum punya KTP. Yang bisa di lakukan oleh Hamid hanya menyebar anggotanya di sekitar kota tempat tinggal mereka. Meminta anggotanya untuk cek ke club sesekali. Hamid pulang ke rumah dengan nol informasi. Selama satu bulan ini, dia sering sekali berargumen dengan istrinya karena masalah Cecil ini. Vetty memaksa Hamid bertanggung jawab dan mencari keberadaan Cecil sampai ketemu. Hamid juga di pusingkan dengan pesan dari putranya yang menanyakan kenapa nomor ponsel Cecil tidak aktif. "Maafkan papa karena sudah gagal menjadi papa yang baik buat kalian," gumam Hamid sebelum keluar dari mobilnya. Vetty mendengus melihat kedatangan suaminya. Dari tampang dan raut wajahnya itu sudah bisa di pastikan tidak ada informasi terbaru yang di bawanya. "Maaf sayang, aku sudah berusaha," ucap Hamid pada istrinya. ***** Cecil melihat teman-teman satu sekolahnya. Beberapa di antara mereka ada yang mengecat rambutnya dengan warna terang. Haruskah dia ngecat rambutnya juga? Hitung- hitung sebagai penyamaran. Setelah berpikir beberapa jam, akhirnya dia memilih untuk ngecat rambut. Dia juga memotong rambutnya pendek dan memilih menggunakan kaca mata dan kadang-kadang pake softlens. "Wah, kamu benar-benar menjadi orang lain, Cil." Cecil sedang melihat dirinya sendiri di cermin kecil yang tergantung di kamarnya. "Bye Bye rambut panjang," ucapnya meniru bintang iklan dan mengganti kata-katanya. Cecil melihat dirinya, kulitnya yang biasa dia rawat di klinik kecantikan kini mulai gersang karena sudah lewat dari waktu perawatan. Setelah disini, dia hanya pergi ke salon untuk creambath. Masih satu kali. Dia belum pernah ke mall atau ke club. Sungguh, roda kehidupannya benar-benar berputar. Sebenarnya, bukan hanya karena dana saja. Tapi Cecil takut teman-teman barunya mengetahui kebohongannya atau menganggapnya peliharaan sugar daddy kaya raya. Soal dana, masih sangat cukup. Tapi kan Cecil perlu menghemat karena dia berencana melanjutkan kuliahnya di Jogja. Pasti butuh dana sebelum bisa mencari pekerjaan sampingan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD