Hidup sendirian dan bisa mengatur segala hal yang dia butuhkan seorang diri merupakan suatu apresiasi besar untuk Cecil.
Sudah lewat satu semester dan semua berjalan baik sejauh ini. Saat inilah saat -saat paling menyedihkan buat Cecil.
Ini akhir tahun dan dia akan melawati tahun ini sendirian. Semua teman-temannya yang kos pada pulang ke rumah orang tua masing-masing.
"Cil, loe nggak pulang?" tanya tetangga kamarnya. Namanya Lince. Lince ini seorang mahasiswa tingkat dua di salah satu universitas dekat daerah ini. Butuh tiga puluh menit naik angkutan umum jika keadaan tidak macet. Cecil pernah ikut sekali ke tempat itu. Maaf jika kali ini Cecil jujur. Itu bukan universitas ternama. Cecil bahkan baru mendengar namanya dari Lince.
Lince memilih kost di pinggiran karena selain lebih murah, Lince bekerja di daerah itu Di sebuah cafe yang buka sampe tengah malam.
Jadi saat jam kerja selesai Lince tidak perlu khawatir dan takut d perjalanan saat pulang ke kost.
"Kemana?" tanya Cecil.
"Ya ke rumah orang tua loe lah. Masa mau tahun baruan disini sendirian."
Cecil tersenyum canggung.
"Nggak ka, Gue disini aja."
"Serah loe deh. Bagus kalo loe disini. Bisa sekalian jagain kosan kita," ucap Lince terkekeh
Ada-ada saja, masa akhir tahun tidak pulang? Atau sudah tidak punya orang tua? Apa tidak punya saudara yang lain?
Biasanya orang-orang menantikan saat-saat akhir tahun. Bahkan orang yang merantau akan pulang hanya untuk bisa berkumpul di malam pergantian tahun.
Cecil termenung. Dulu, saat masih bersama orang tuanya. Setiap akhir tahun mereka ke Jogja atau ke luar negeri bersama-sama sekeluarga. Tahun ini, dia akan kemana?
Apa orang tuanya akan pergi juga seperti tahun lalu?
*****
"Jadi kalian tidak tahu dimana dia sampai sekarang?" tanya Halimah ibunya Hamid.
Beberapa hari lalu saat dia menelepon menantunya dn bertanya apa tahun ini mereka kan ke Jogja atau tidak. Vetty menjawab tidak akan kemana-mana lalu menceritakan soal Cecil yang hilang sudah hampir enam bulan.
"Percuma kalian punya banyak uang. Hanya mencari bocah saja tidak bisa. Apa uangmu sudah tidak ad untuk menggaji orang?" murka nenek tua itu pada anaknya yang menggeleng saat menjawab pertanyaan pertama tadi.
Dua anak lelaki Hamid yang pulang dari luar negeri juga diam dan menatap ayahnya.
Mereka bisa menduga apa yang jadi penyebab adik bungsunya itu pergi dari rumah.
Mereka juga sudah merasakannya. Hanya tidak pernah berani mengambil langkah ekstrim seperti yang Cecil lakukan.
"Bukan tidak punya uang, Bu. Orang-orang Hamid juga udah cari kemana-mana, tapi nggak ketemu."
Hamid sedikit frustasi karena semua keluarganya seperti menyalahkan dia saja. Padahal, istrinya juga berperan dalam kepergian Cecil.
Harusnya, bukankah seorang ibu yang lebih peka pada anak gadisnya? Biasanya para ibu yang ingat setiap tanggal istimewa anak-anaknya. Sekalipun ada sembilan bahkan sepuluh anak.
"Malangnya cucuku.Dimana dia sekarang? kenapa tidak lapor polisi saja?Ibu takut ada orang jahat yang mengganggunya."
Untuk usulan yang satu itu, semua orang tidak setuju. Karena apa? jelas karena nama mereka yang sudah besar.
****
"Kapan pulang, Cil?" tanya penghuni kamar lain saat melihat Cecil naik ke lantai dua sambil menenteng nasi bungkus untuk makam siang sekaligus makan malam. Rappel.
"Hah? Rencana nggak pulang, mbak," jawab Cecil sambil nyengir.
"Idih,.malam tahun baru loh. Sekali dalam setahun aja pun."
Tadi juga saat beli makan.Cecil juga melihat beberapa orang yang berangkat pulang kampung. Daerah perkampungan tempat tinggalnya ini ramai dan banyak tempat kos.
Pemilik warung juga bertanya tadi, rencana pulang kapan.
Akhirnya sambil makan, Cecil searching tempat-tempat yang cocok untuk di kunjungi.
"Baiklah, aku ke singapore saja."
Saat sedang sibuk melihat penjualan tiket, tiba-tiba dia teringat bahwa masih ada kemungkinan dia di dengar oleh keluarga sedang ke singapore melalui no id nya saat.
Beberapa pilihan tempat sudah di cek list dan tinggal memilih mana yang paling cocok dengan dompetnya.
Cecil tertarik ke Medan dan mungkin akan pergi sana saja.
Cecil menikmati nasi kotak itu sambil berpikir.
Benar saja, penghuni kos dari lantai satu sampai tiga, semuanya kebanyakan anak sekolah dan mahasiswa. Mereka semua pulang dalam keadaan baik dan bergembira.
Cecil mengintip saldo tabungan dompet digitalnya. Dan sepertinya masih cukup untuk liburan selama penantian pergantian tahun bahkan jika harus keluar negeri.
Ya, karena takut di lacak. Cecil tidak menggunakan rekeningnya. Dia lebih memilih beberapa dompet digital dan mengisi saldonya.
Untuk hasil penjualan tas dia menyimpannya di koperasi simpan pinjam yang ada di daerah itu.
*****
Juan melihat-lihat list daerah yang bagus untuk menghabiskan malam tahun baru. Tiga tahun terakhir, dia akan pergi bersama Lidya. Tapi tahun ini dia akan pergi sendirian.
Karena penasaran dan belum pernah ke daerah Sumatera. Akhirnya dia check out tiket ke medan keberangkatan besok subuh. Dia akan disana sekitar tujuh sampai delapan hari sesuai liburnya. Tapi, jika daerahnya tidak menarik, maka mungkin hanya tiga hari saja.
"Mudah-mudah seperti yang ada di bayanganku dan berita-berita yang tersebar," gumamnya seraya mulai packing. Tidak banyak yang di bawa. Hanya perlu satu back pack.
"Aku harus terbiasa sendirian. Sama seperti enam bulan ini. Aku bisa melewatinya dengan baik."
Juan selama ini terbiasa dengan Lidya. Bahkan hanya packing seperti ini pun biasanya Lidya yang melakukannya.
Selama enam bulan disini. Juan benar-benar mensterilkan dirinya dari masalah keluarga. Dia menghindari segala pertanyaan yang dia terima melalui media sosial maupun chat biasa. Karena itu, dia log out dari semua akun media sosialnya dan memblokir nomor-nomor keluarganya termasuk mama dan adiknya.
Sesekali di daerah yang baru ini, dia ikut meditasi untuk belajar memfokuskan pikiran.
Di usia yang masih tergolong muda untuk kaum pria. Dia sudah berusaha untuk menyingkirkan perasaan suka dan cinta pada lawan Jenis. Karena dia sudah menganggap semua perempuan akan seperti Lidya.
Tidak tahu berterima kasih karena tidak di rusak, malah berpikir dirinya tidak begitu di sukai. Tidak bertanya pada pasangannya kenapa tidak mau tidur bareng? Apa alasannya?
"Hidup sendiri buatku sudah cukup. Aku tidak ingin terlibat dengan Lidya yang lain," gumam Juan saat teringat masa lalunya bersama Lidya.
"Bahkan jika ada yang baik dan bisa menerimaku dengan baik. Pasti ada maksud tertentu di baliknya. Mereka pasti merasa silau ketika mengetahui apa yang kumiliki," lanjut Juan lagi seraya berdecak.
Penilaian yang salah sebenarnya. Tapi begitulah orang yang trauma akan suatu hal.
Apalagi yang membuat traumanya adalah orang-orang dekatnya.
"Alone is good choice,"