Amon – Hawysia : Apa kamu masih bisa tahan?
Bola Golf berwarna putih melayang jauh lalu jatuh ke atas tanah dan menggelinding cepat, masuk ke dalam sebuah lubang kecil.
"Sudah mendapatkannya?" tanya seorang laki-laki yang telah berhasil mencetak angka.
Dia tampak sedang membersihkan ujung tongkat golf dengan sapu tangan.
"Hawysia Zwetta. Aku pastikan kali ini dia tidak akan tergila-gila pada anda, Tuan," jawab seorang laki-laki paruh baya yang berdiri di belakang laki-laki itu.
Dan laki-laki itu adalah Amon Nikolas Sergio; seorang laki-laki keturunan Rusia yang memiliki ketampanan luar biasa.
Alis mata yang tebal tampak sepadan dengan warna kulitnya yang putih kemerah-merahan. Bola mata berwarna biru juga menambah ketampanan dari laki-laki yang dikagumi, baik oleh banyak Wanita maupun banyaknya pria. Rahangnya yang kuat, membentuk dagu melengkung bak pahatan yang memiliki nilai jual tinggi, dan bibir yang tipis dan cukup panjang membuat semua mata semakin terpesona hanya dengan sekali memandangnya saja.
Tubuhnya atletis, itu tak perlu lagi diragukan kebenarannya. Dan tingginya yang berada di atas rata-rata kebanyakan tubuh pria, semakin membuat para wanita tergoda, terlebih lagi dengan dadanya yang bidang, hampir semua wanita berkeinginan untuk menyandarkan diri di d**a kekar itu.
Amon menyenangi untuk bermain Golf dan juga balapan mobil. Dengan kekayaannya yang tidak akan habis hingga tujuh turunan, karena mendapatkan seluruh warisan dari Kakeknya yang adalah seorang pebisnis grup software terkenal dan pengusaha mobil-mobil langkah di dunia, maka wajar saja, seluruh waktu dia habiskan hanya untuk bersenang-senang dan memerintahkan pada siapapun untuk mengurusi perusahaan di bawah aturan yang dia buat semena-mena.
Tetapi sayang, meskipun memiliki banyak kesempurnaan, Amon adalah pria yang sangat dingin dan pendendam.
Dia membenci semua wanita tanpa terkecuali
Nenek yang telah meninggalkan Kakeknya saat laki-laki tua itu sedang dalam keadaan susah dan Ibu yang adalah seorang wanita penggila belaian sentuhan banyak pria.
Tidak cukup sampai di sana saja. Ketika dia mulai mempercayai seorang wanita, hatinya kembali dibuat runtuh. Dia melihat wanita itu bekerja bersama dengan Ibunya, untuk mendapatkan hati beberapa pria kaya yang dikagumi oleh banyak wanita, dan menyaksikan sendiri, betapa mudahnya wanita tersebut jatuh bertekuk lutut di hadapan pria kaya dan memiliki segala ketampanan. Lalu, di depan kedua matanya, mereka menunjukan kegiatan gila dengan seluruh tubuh yang telanjang tanpa seutas kain menutupi kulit.
Hari itu, jika saja ayahnya tidak berhasil menemukan keberadaan Amon yang disembunyikan oleh Ibunya, mungkin Amon sudah mengakhiri hidupnya dibandingkan dengan harus menjadi pemuas nafsu para wanita yang haus akan sentuhan pria.
Bagi Amon, untuk sekedar memandang wajah wanita saja terasa sangat menjijikan, apalagi sampai kulitnya menyentuh kulit mereka.
Pasti, emosi laki-laki itu akan datang menguasai pikiran, dia juga akan menjadi pria gila yang bisa kapan saja melukai para wanita.
"Ini kesempatan terakhir bagimu. Kalau sampai mereka muncul di hadapanku lagi maka mundurlah segera dari pekerjaanmu!"
"Ya, Tuan!"
********
"Aku hamil," ucap seorang wanita cantik, rambutnya lurus sepanjang pinggang, tetapi kulit wajahnya tampak sangat pucat dan kedua matanya sangat sayu.
"Nolan?!" tanya seorang wanita lain, cukup terkejut.
Dia adalah Hawysia Zwetta; seorang anak kandung dari Ibu tiri yang dinikahi oleh ayah dari wanita yang sedang hamil itu.
"Kamu pikir siapa lagi?" jawab ketus wanita hamil tersebut, "Aku dan dia akan segera menikah. Aku harap kamu tidak diam-diam bermain di belakangku karena aku tahu, kamu dan dia memiliki hubungan selama ini. Sadar dirilah! Ibumu sudah berani masuk ke dalam keluargaku, jadi kamu juga tidak seharusnya masuk ke dalam rumah tanggaku dengan Nolan nanti,"
"Kalau begitu, berikan kalung berlian itu padaku!" pinta Hawysia, menahan sakit yang menghujam hati.
"Kalung itu sudah diberikan padaku," tolak wanita di depan Hawysia,
"Aku ingat, aku juga membantu mengumpulkan uang untuk membeli kalung itu. Benda itu adalah satu-satunya kenangan berhargaku bersama Nolan selama 9 tahun kami bersama,"
"9 tahun yang tidak ada artinya bagi Nolan. 9 tahun kebersamaan kalian tidak sebanding dengan 4 bulan kebersamaan kami berdua," sela cepat wanita hamil tersebut, sembari menarik kalung dari lehernya sendiri.
"Ada uang asuransi kematian ayahku di dalam kalung itu. Kalung itu juga adalah kalung impianku meskipun Nolan lebih banyak mengeluarkan uang untuk membelinya, jadi kembalikan!"
"Berlian ini langkah, Nolan menghabiskan jutaan dolar demi kalung mahal ini, jadi bagaimana bisa dia memberikan uangnya cuma-cuma untukmu? Akulah yang berhak atas kalung ini… sekarang." jawab wanita hamil di depan Hawysia.
Lalu dia terkejut ketika seorang laki-laki tampak telah masuk ke dalam ruangan dimana kedua wanita tersebut tadinya sedang berbicara.
"Nolan!" panggil wanita yang berwajah pucat itu.
Dia melangkah tertatih menuju laki-laki yang berdiri di depan pintu, dan Hawysia segera berbalik untuk melihat kedatangan laki-laki tersebut.
"Nolan!" panggil Hawysia dengan kedua mata berkaca-kaca, menahan rasa sakit karena laki-laki yang sangat ia cintai sepanjang hidupnya tampak sedang memeluk wanita lain.
"Nolan, dia menarik paksa kalung ini hingga patah. Nolan, bagaimana mungkin dia menendang kakiku padahal aku sedang sakit?" tuduh wanita yang berada di pelukan Nolan.
"Konyol!" cibir Hawysia, " Aku datang hanya ingin meminta hakku kembali jadi berikanlah itu padaku!" pinta Hawysia pada laki-laki yang memandangnya dengan tatapan tajam, "Kamu bahkan sudah menjual semua aset perusahaan kita tanpa memberikan sedikitpun hasilnya padaku, jadi … berikan kalung itu!" bentak Hawysia yang tidak lagi kuat menahan amarah, terlebih lagi ketika mendengarkan tuduhan palsu putri dari ayah tirinya.
"2.000.000$,"
"Apa?"
"2.000.000$ akan menjadi 30 miliar dalam rupiah,"
"Apa kau gila, Nolan?"
"Kalau begitu, tidurlah denganku sebagai gantinya, Wysa!" jawab laki-laki di depan Hawysia, tersenyum meremehkan.
"Nolan!" ucap lirih wanita hamil di dalam pelukan Nolan.
"Bukankah kamu juga setuju kalau aku masih berhubungan dengan Wysa, Anna? Mungkinkah kamu ingin mengingkari janjimu?" tanya Nolan pada wanita yang ia peluk itu, lembut.
"Tidak, Nolan. Aku dan Wysa adalah saudara. Kamu bisa memiliki kami berdua kapanpun kamu mau," jawab wanita yang memeluk laki-laki itu sembari tersenyum lembut untuknya.
"Aku tidak akan pernah mengingkari janjiku," tolak Hawysia,
"Janji konyol!" cibir Nolan,
"Kalau kamu mau menikahiku, maka aku akan memikirkannya ulang!" ucap Hawysia dengan nada teramat sedih.
"Ck, Hahahaha, tinggi sekali mimpimu, Wysa!" tawa Nolan, menggelegar, "Kamu adalah pengecualian. Aku tidak akan menikahi wanita yang tidak memiliki sedikitpun harta kekayaan ataupun warisan. Tidak akan pernah, demi harga diriku dan ambisiku ini. Kamu bisa bersamaku dan memilikku, tetapi tidak dengan statusku. Aku… Nolan, hanya pantas menikah dengan wanita kaya seperti Anna saja,"
"Kalau aku tahu ini, pasti sudah lama aku menyerah hidup bersamamu, Nolan,"
******
"Lakn*t!"
Hawysia tertegun ketika mendengar kata penghinaan yang ia dengar dari balik penutup kain putih yang memisahkan dirinya dengan calon atasan, tempat ia akan bekerja nantinya.
Srukk!
Wanita yang duduk dengan kedua kaki dilipat ke belakang, tampak sedang menundukan kepala. Dia mendengar suara air jatuh ke dalam sebuah gelas dan mencium aroma wangi teh tersebut sampai ke hidungnya.
"Ma– maafkan aku, Tuan!" jawab Hawysia yang gugup.
Dia yang datang untuk memenuhi wawancara kerja, dibuat terkejut karena setelah duduk di atas sebuah karpet merah, wanita itu sontak mendapatkan penghinaan.
"Kamu yakin bisa melakukannya?" tanya suara dari balik penutup kain putih dan Hawysia tidak sedikitpun berani memandangnya.
"Aku yakin, sangat yakin!" jawab Hawysia.
"Kamu sudah tahu peraturan bekerja denganku?"
"Aku siap mati jika berani mengkhianati anda, jika berani menyentuh anda, jika berani memandang anda, dan jika berani mendekati anda, Tuan. Aku hanya perlu bayaran itu; Black Card,"
"Buka!"
Srkkkk!
Hawysia menundukan kepala ketika kain penghalang dibuka oleh salah seorang kepercayaan laki-laki itu.
Laki-laki tersebut adalah Amon, dia memandang sejenak ke arah Hawysia.
Srukkk!
Lalu menyiram kepala wanita yang sedang menunduk itu dengan air teh dari gelas yang ia pegang.
"Apa kamu bisa tahan?" tanya Amon yang telah berdiri,
"Demi Black Card aku akan menahan kebencian anda pada wanita, Tuan. Tidak.. maksudku, padaku,"
"Kerja bagus!"
Sruukkk!
Hawysia menahan rasa itu lagi, rasa hangat pada kulit kepalanya yang sedang disiram dengan air teh dari dalam teko.
Demi kalung berharga itu, demi menunjukan pada mereka bahwa dia tidak akan selamanya menjadi wanita miskin, dia akan menahan kebencian dari laki-laki di depannya itu.
Tidak ada yang disebut dengan harga diri kekal sebelum dirinya melepaskan harga diri.
"Tuan, katakan padaku, apa lagi tugas yang harus kuselesaikan agar kamu merasa puas dengan cara kerjaku?" tanya Hawysia yang perlahan-lahan mulai bergerak mundur, menjauh.
"Hm," Lalu Amon melontarkan senyuman penuh kepuasan, "Berikan Black Card padanya!" Dan memberikan perintah pada orang kepercayaannya yang membuat Hawysia sontak menangis,
Tangisan sedih bercampur dengan kebahagiaan.
"Terima kasih, Tuan!"