KEJAMNYA ARJUNA

1721 Words
Bagas yang akan ke luar dari dalam lift langsung terpikat melihat wajah cantik Arini. Ia menghampiri Arini yang berdiri terpaku di depan lift dan bertanya kepadanya, “Apakah kamu mau masuk ke dalam lift ini?” Arini menganggukkan kepalanya, kemudian menggeleng. Ia masih ragu untuk masuk ke dalam lift atau naik tangga saja. Ia sangat takut kalau terkurung di dalam lift yang sempit dan gelap. Bagas tertawa melihat kebingungan Arini dan Ia semakin suka melihat senyum malu-malu Arini. “Kamu tidak berani naik lift sendiri?” “Iya.” Sahut Arini pelan. “Ayo!, masuk lah. Aku akan menemanimu masuk ke dalam lift ini dan mengantarkan ke tujuanmu. Kamu akan ke lantai berapa?” Tanya Bagas lagi. “Saya mau ke lantai tiga, Pak!” Sahut Arini. “Ayo, masuk. Saya akan mengantarkan kamu ke lantai tujuanmu dengan selamat,” Sahut Bagas menggoda Arini, yang kembali tersipu malu. Bagas menarik lengan Arini masuk ke dalam lift, “Kamu tidak perlu takut, kalau ada aku yang menemani, kamu pasti akan aman sampai ke tujuan. Memangnya kamu mau ke ruangan siapa?, bukannya seharusnya kamu sudah pulang bekerja.” Arini ragu-ragu untuk mengatakan kalau Ia ada janji temu dengan bos mereka yang sombong dan angkuh. Jadinya Arini hanya mengulas senyum di bibirnya saja untuk menjawab pertanyaan Bagas. “Kamu pasti takut untuk mengatakannya kepadaku, aku bukan orang jahat, kok. Perkenalkan namaku Bagas dan aku asisten dari CEO perusahaan ini. Nama kamu siapa, cantik?, kamu itu cantik sekali, apa lagi kalau tersenyum dan memperlihatkan lesung pipitmu tambah cantik aja. Kamu sudah punya pacar belum?” Tanya Bagas beruntun. Arini tertawa kecil mendengar pertanyaan Bagas yang beruntun dan belum lagi Ia sempat menjawabnya, pintu lift telah berdenting nyaring dan pintu lift pun terbuka. Di depan pintu lift telah berdiri Arjuna dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya. Arjuna menatap tajam Arini dan Bagas, “Bukankah Saya sudah memerintahkan kepadamu untuk langsung ke ruangan Saya begitu jam kerja berakhir dan bukannya merayu asisten Saya.” Sindir Arjuna galak kepada Arini. “Kamu juga, kenapa tidak pulang, malah naik lagi naik ke atas dan merayu karyawati. Kamu tahu bukan, aturan yang baru saja kubuat, sesama karyawan d perusahaan dilarang untuk saling menjalin kasih.” Kata Arjuna dengan emosi kepada Bagas. Sebenarnya, saat berada di ruangannya tadi Arjuna melihat Arini yang berdiri di depan lift dan bagaimana Bagas menarik Arini untuk masuk ke dalam lift. Arjuna merasa tidak senang melihatnya, oleh karena itulah Ia pun ke luar dari ruangannya dan menunggu Arini di depan pintu lift. “Ayo cepat masuk ke ruangan Saya. Kamu membuat saya menunggu lama, seperti kamu orang penting saja.” Sindir Arjuna lagi dengan kesal. Ia menarik kasar tangan Arini dan membawanya memasuki ruangannya, melewati Ana yang menatap marah ke arah Arini. Ana merasa marah dan kesal, melihat Arjuna menarik Arini menuju ke ruangannya. Ia mengenali siapa Arini, karena Ia pernah beberapa kali melewati Arini berangkat dan pulang kerja dengan sepeda tuanya. Ia tidak terima pekerja miskin, seperti Arini bisa dekat dengan bosnya. Kenapa Ana tahu namanya Arini, karena Arini memakai name tag di baju yang dipakainya. Sementara itu, Bagas terpaku di tempatnya melihat kemarahan Arjuna yang masih saja berlanjut dan belum juga reda. Bagas memilih untuk berbalik dan masuk kembali ke dalam lift untuk pulang. Nanti, Ia akan mencari tahu siapakah wanita itu sebenarnya dan ada hubungan apa dengan Arjuna. Arjuna memerintahkan Arini untuk duduk di sofa yang ada di ruangannya. Arjuna ke mejanya dan mengambil sebuah map yang berisikan surat perjanjian yang sudah dibuatkan oleh Juan, pengacaranya. Arjuna duduk di hadapan Arini dan meletakkan map yang dipegangnya di a tas meja, “Baca dan tanda tangani lah isi dari surat perjanjian itu, kalau kau tidak mengerti bisa bertanya langsung denganku.” Arini membuka map yang ada di atas meja dan mengambil berkas yang ada di dalamnya, Ia lalu membacanya dan Arini membolakan matanya melihat isi dari Surat Perjanjian yang sudah dibuat oleh bos nya. “Apa maksudnya ini, Pak?, Saya tidak mengerti sama sekali?” Tanya Arini. “Saya mau, kamu menjadi kekasih pura-pura Saya dan kemudian bertunangan dan bisa saja nantinya lanjut dengan kamu menjadi istri pura-pura saya. Kamu tidak perlu khawatir dan takut, ini hanyalah pura-pura saja untuk mengecoh orang tuaku dan kamu pun akan mendapat bayaran yang tidak sedikit dengan menanda tangani perjanjian itu nantinya.” Terang Arjuna. “Uang kompensasi yang akan saya berikan jumlahnya tidaklah sedikit, kamu bisa tinggal di tempat yang lebihi baik dan bahkan kamu tidak perlu lagi menambah penghasilan kamu dengan menitipkan kue di warung-warung.” Tambah Arjuna lagi. Arini bimbang, satu sisi hatinya Ia mau menanda tangani surat perjanjian yang diajukan oleh bos nya ini. Namun, di satu sisi Ia ragu. Apakah Ia sanggup menjadi kekasih atau tunangan pura-pura dari pria sombong dan arogan seperti bosnya ini. “Bolehkah Saya mempelajarinya dahulu, Pak. Saya tidak dapat mengambil keputusan sekarang ini, Saya akan memikirkannya terlebih dahulu,” ucap Arini. “Baiklah, saya berikan kamu waktu selama satu hari untuk memberikan jawaban, apakah kamu bersedia menandatangani perjanjian kerja sama ini atau tidak. Sampai besok, kamu tidak juga memberikan jawaban, maka Saya akan mengalihkan proposal ini kepada orang lain dan kamu akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh uang yang banyak dengan mudah. Saya tahu, kalau kamu membantu biaya kuliah adikmu di Fakultas Kedokteran yang tidak memerlukan uang yang tidak sedikit.” Arini membenarkan ucapan Arjuna dalam hatinya. Uang yang dijanjikan oleh bos nya memang sangat besar dan bisa digunakannya untuk membantu biaya kuliah adiknya, terlebih lagi beasiswa adiknya terancam dicabut. “Besok pagi, saya akan datang kembali ke ruangan Anda, Pak. Saya, akan mengatakan apa keputusan Saya.” “Baiklah, Saya tunggu besok pagi, kamu di ruangan saya dan kenapa kamu tadi tidak naik lift sendiri, malah merepotkan orang lain. Apakah Kamu takut naik lift?, kalau kamu takut, besok pagi kamu datang bagian security dan minta antarkan olehnya untuk naik ke ruangan saya. Saya akan memberikan pesan bagian scurity untuk mengantarkanmu ke ruangan Saya.” Tutur Arjuna panjang lebar. Saat Arini sudah sampai di depan pintu, Arjuna memanggilnya, “Tunggu, kamu pulang bersama dengan saya. Saya yang akan mengantarkan kamu pulang,” ucap Arjuna. Arini menatap tidak percaya ke arah Arjuna, bagaimana mungkin Arjuna, bos nya akan mengantarkan pulang dirinya yang hanya seorang pegawai biasa. Arini pun menunggu Arjuna yang membereskan berkas surat perjanjian kerja sama yang diusulkannya kepada Arini, lalu menyimpannya di dalam brankas. Arjuna berjalan menghampiri Arini dan bersama-sama mereka ke luar dari ruangan Arjuna. Arini merasa tidak percaya diri berjalan di samping bos nya yang tampan dan gagah, yang secara diam-diam dikagumi oleh banyak para karyawan wanita di perusahannya. Saat mereka melewati meja Ana, Arjuna mengerutkan keningnya melihat dirinya yang masih berada di balik mejanya, “Kenapa kamu belum pulang juga. Saya tidak meminta kamu untuk lembur hari ini?” Tanya Arjuna tidak suka. “Maaf, Pak. Saya tidak mau pulang terlebih dahulu, sebelum bapak pulang. Saya khawatir, saat Saya pulang, Bapak malah memerlukan Saya untuk mengerjakan sesuatu.” Jawab Ana. “Terima kasih, tetapi mulai besok, kalau kamu tidak saya perintahkan untuk lembur pulanglah, pada saat jam kerja sudah berakhir. Saya juga tidak akan memberikan kepada kamu uang lembur, selama dua hari kamu pulang terlambat, karena bukan saya atau perusahaan yang meminta kamu untuk lembur.” Tukas Arjuna dan langsung melanjutkan langkahnya. Arini menganggukkan wajahnya dan menyunggingkan seulas senyum ke arah Ana yang dibalas dengan tatapan kebencian oleh Ana. Melihatnya Arini menjadi takut, belum menerima perjanjian kerja sama yang diajukan oleh bos nya saja, sudah ada yang tidak suka dengannya, apalagi kalau Ia menerimanya. Arjuna yang sudah berjalan jauh meninggalkan Arini, berbalik berkata dengan nada tinggi, “Apakah kamu akan diam saja disitu!, ayo cepat!” Arini langsung melanjutkan langkahnya menyusul Arjuna dan bersama-sama mereka masuk ke dalam lift. Arini merasa canggung dan takut berdua saja di dalam lift dengan bos nya, berbeda saat Ia dengan Bagas tadi, ia tidak merasa takut sama sekali. Apakah, karena aura dingin yang dipancarkan oleh Arjuna, entahlah, yang pasti bersama dengan Arjuna berdua saja di ruangan yang sempit membuatnya tidak nyaman. “Kenapa berdiri jauh-jauh, kamu takut saya akan menggigit. Saya tidak akan macam-macam dengan kamu, asal kamu tahu, ya. Kamu itu bukan tipe saya sama sekali. Saya lebih suka wanita yang terpelajar dan berasal dari keluarga yang harmonis, sementara kamu. Tidak ada sedikit pun yang ada di diri kamu itu memenuhi kriteria wanita yang saya sukai.” Hina Arjuna kepada Arini. Arini mengepalkan kedua tangannya, sekuat mungkin ditahannya air matanya ke luar. Ia tidak akan membuat bos nya yang sombong ini puas dan merasa senang sudah berhasil merendahkan dirinya. “Senang mendengar, kalau Saya bukanlah wanita yang menjadi kriteria Bapak. Saya tidak perlu takut dan khawatir, kalau Saya menandatangani surat perjanjian itu nantinya, Bapak akan berbuat hal yang tidak menyenangkan dengan saya.” Begitu pintu lift terbuka, Arini langsung saja ke luar meninggalkan Arjuna. Ia tidak sudi berada di dalam mobil orang yang baru saja menghina dirinya. Orang yang tidak tahu perjuangan dan kehidupan Arini sesungguhnya. Ia memang sadar, kalau Ia tidak memiliki pendidikan yang tinggi, tetapi tidak seharusnya bos nya itu mengungkitnya dan mengapa Ia memilih Arini yang tidak berpendidikan dan miskin untuk menjadi kekasih pura-pura nya. Arini menghapus air matanya yang menetes, sekuat hati Ia menahannya, akan tetapi jebol juga air matanya. Rasanya menyakitkan saat Kau diingatkan dan dicemooh, karena kekurangan yang ada pada dirimu. Arini berlari kecil untuk menuju ke tempat sepeda tuanya terparkir. Namun, langkah kakinya kalah cepat dengan langkah kaki Arjuna yang panjang. Arjuna dengan mudahnya menyusul Arini dan menarik lengannya, hingga Arini membentur d**a bidang Arjuna. “Sudah saya katakan, kalau kamu pulang dengan Saya. Arini mencoba untuk menepis tangan Arjuna yang memegang tangannya, akan tetapi Arjuna bergeming. Ia malah menarik Arini untuk masuk ke dalam mobilnya dan hari ini Arjuna diantar oleh sopir pribadinya. Arini di dorong masuk ke dalam mobil di jok belakang dan Arjuna menyusul duduk di sampingnya. “Jalan, Pak!” Perintah Arjuna kepada sopir pribadinya. Arini menatap galak ke arah Arjuna, “Kenapa Bapak memaksa Saya untuk masuk ke dalam mobil?” “Saya tidak suka keinginan saya di tolak dan kamu tidak usah baper dengan ucapan saya barusan, kalau memang kenyataan seperti itu kamu harus menerimanya. Untuk menjadi orang sukses itu, Kamu harus siap dan mau menerima pujian dan cacian. Jangan hanya karena ucapan yang seperti tadi saja kamu langsung lemah.” Ejek Arjuna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD