“Wah, gak nyangka ternyata ini tontonan elu.” Elang menggeleng kepala ketika melihat adegan di drama Asia itu. Terlihat vulgar bagi yang memandang ciuman sebagai sebuah adegan sensual, apalagi sudah sampai pada tahap tindih menindih di atas ranjang meskipun tetap tersensor karena yang terlihat hanya sebagian ke atas dan tidak full. “Jangan su’udzon ya!” Pipi Liana memerah. Bukan karena dia ke semsem, melainkan malu terciduk sedang menonton film yang tak pantas baginya. Maklum saja, selama ini dia selalu berkoar-koar agar Elang tak menonton video plus-plus yang dikirim oleh Rafan, tapi sekarang malah dirinya yang menonton. “Su’udzon gimana? Itu buktinya.” Elang menunjukkan layar TV dengan dagunya. “Di nafkahi gak mau, giliran adegan orang ditonton.” “Belajar dulu, buat referensi,” celetu