Bab 7. (Kemarahan Pedang Darah Iblis)

1212 Words
Dewa Sihir terus tertarik secara perlahan ke arah kakak seperguruannya. Dirinya tidak pernah menyangka, jika dirinya akan bernasib sesial ini. Tubuhnya akan dimiliki oleh Lubang Hitam. Walaupun dirinya mati, dan masih bisa dibangkitkan melalui duplikatnya. Akan tetapi, dirinya tak rela. Jika tubuhnya harus menjadi tubuh Dewa Iblis. Yang pastinya, akan digunakan untuk berbuat kejahatan. "Andai saja, kekuatanku lebih dari 50%. Tidak mungkin, akan bernasib seperti ini ...," ujarnya di dalam hatinya. Menyesali dirinya membelah diri, dengan 50% kekuatannya. Dewa Sihir terus tertarik ke arah Dewa Iblis. Walaupun dirinya berusaha untuk menahannya. Hingga tiba-tiba dari lubang ruang dan waktu, muncullah pedang berwarna merah dengan gagang berkepala harimau putih. Yang langsung melesat dan menyerang Dewa Iblis dengan begitu agresifnya. Pedang Merah langsung saja memotong tangan kanan Lubang Hitam, yang sedang menarik Dewa Sihir. Tangan yang sekeras berlian itu pun terputus dengan mudahnya. Hingga jurus yang ia gunakan pun pudar. Dan keempat duplikatnya langsung saja masuk ke dalam tubuhnya. Dengan berubah menjadi cahaya hitam terlebih dahulu. Kedatangan Pedang Merah untuk menyelamatkan majikannya. Bukannya hanya membuat Dewa Iblis terkejut. Bahkan Dewa Sihir sebagai pemiliknya pun ikut terkejut. Karena selama ini, ia mengabaikan benda pusaka terkuat di Galaksi Bima Sakti itu. "Dasar Pedang Iblis Darah!" ujar Dewa Iblis dengan penuh kekesalannya kepada pedang merah, dengan sebutan masa lalunya yang sangat dibenci oleh pedang milik Dewa Sihir itu. Yang sebenarnya sangat diinginkan untuk dimiliki oleh Dewa Iblis. Terlihat tangannya yang terputus pun menyambung kembali dengan begitu sempurnanya. Seakan serangan dari Pedang Merah itu tak berarti sama sekali, bagi tubuh berliannya itu. "Kenapa kau datang, Gadis Merah?" tanya Dewa Sihir kepada Pedang Merah yang ternyata dapat berbicara. "Bagaimana aku tidak datang. Kalau dirimu dalam bahaya, Majikan yang selalu mengabaikan ku ...," sahut Pedang Merah dengan suara gadis muda. "Maafkan aku yang selalu mengabaikan mu," jawab Dewa Sihir, sembari memulihkan kekuatannya. "Kalau dia mengabaikan mu. Lebih baik kau ikut denganku, Pedang Iblis Darah ...," kata Dewa Iblis menyebut nama masa lalu Pedang Merah yang membuat dirinya mengamuk. Tak suka dirinya dipanggil dengan sebutan seperti itu. "Aku sangat membenci nama itu!!" teriak Pedang Merah, lalu melesat dan menyerang Dewa Iblis dengan agresifnya. Awalnya Dewa Iblis tak ingin menggunakan senjatanya untuk melawan Pedang Merah. Akan tetapi serangan yang begitu agresif. Telah membuat dirinya mau tak mau harus menggunakan pedang kegelapan yang levelnya masih di bawah pedang merah. "Pedang Darah Iblis, aku akan melayani mu dengan Pedang Kegelapan ini ...," kata Dewa Iblis. Yang sudah menggenggam pedang berwarna hitam pekat di tangan kanannya. "Aku bilang, aku benci nama itu! Kau pikir juga, pedang lemah itu dapat melayaniku!" sahut Pedang Merah, yang membuat Pedang Kegelapan mengeluarkan suaranya. "Hay Iblis Sesat, berani-beraninya kau memanggilku untuk menghadapi Gadis Pemarah itu!" ujar Pedang Kegelapan dengan suara lelaki muda. Dengan penuh kekesalannya. Karena sudah memanggilnya untuk menghadapi benda pusaka yang paling ia takuti selama ini. "Tapi kau harus membantuku menghadapinya ...," sahut Dewa Iblis. Seraya menangkis serangan dari Pedang Merah dengan Pedang Kegelapan. Yang menghasilkan getaran kejutan yang begitu hebat, di ruang hampa udara itu. Pedang Kegelapan bukannya melanjutkan bertarung dengan Pedang Merah, mendengar perkataan dari tuannya itu. Namun benda pusaka dunia iblis itu, malah melepaskan diri dari genggaman tangan Dewa Iblis. Lalu menggetok kening Dewa Iblis dengan kerasnya. "Kau pikir aku mau saja diperintah oleh dirimu, dengan sesuka hatimu!. Dasar, bodoh! Aku tidak mau berurusan dengan Gadis Merah itu. Nanti ia bertambah membenciku!" kata Pedang Kegelapan lalu menghilang begitu saja dari tempat itu. "Ternyata dia lebih takut dengan diriku, daripada dirimu. Dewa Iblis macam apa kau ini?" ujar Pedang Merah, terus menyerang Dewa Iblis dengan agresifnya. "Tanpa bantuan benda pusaka. Aku mampu menaklukkanmu!" teriak Dewa Iblis, lalu menciptakan pedang dari tubuh berliannya itu. Mereka terus bertarung dengan agresifnya. Tanpa mempedulikan keadaan Dewa Sihir yang sedang memulihkan dirinya. "Kau akhirnya kena batunya juga ...," kata Dewa Sihir, sembari memperhatikan pertarungan antara Jubah Merah dan Jubah Putih yang masih berlangsung di planet yang terletak di antara Mars dan Jupiter. Yang begitu terasa benturan kekuatannya akibat dari pertarungan hebat yang mereka lakukan. Inginnya Dewa Sihir pergi ke pertarungan si kembar itu. Akan tetapi dirinya belum benar-benar pulih. Dan ia pun yakin, kakak seperguruannya itu. Tak akan membiarkan dirinya melakukan hal itu. Hingga ia pun melakukan telepati dengan Pedang Merah. "Gadis Merah, apa kau tidak punya cara untuk menghentikannya? Percuma kau menghadapinya, tubuhnya akan tetap utuh," kata Dewa Sihir di dalam telepati nya. "Tenang saja, aku sudah memiliki kartu AS untuk mengeluarkan dirinya dari tubuh makhluk berlian yang sedang ia rasuki itu," sahut Pedang Merah, dengan entengnya. "Bagaimana kau melakukannya?" tanya Dewa Sihir dengan penuh selidik. "Aku diberi sebuah daun oleh pertapa misterius di masa depan. Entah darimana ia datangnya. Tiba-tiba saja ia datang dan memberi daun berwarna merah kepadaku. Dan menyuruh aku menemui mu di masa ini," jelas Pedang Merah. "Pertapa?" tanya Dewa Sihir, berusaha mengenali pertapa yang diceritakan oleh Pedang Merah. "Iya, seorang pertapa muda dan tampan," sahut Pedang Merah. Lalu tertawa dengan penuh kebahagiannya, sembari membayangkan wajah pertapa muda yang menemuinya yang sedang tertidur di masa depan. Andai saja, wajahnya tak tampan. Sudah dipastikan Pedang Merah akan mengamuk seperti saat ini. "Pantas saja kau langsung menuruti keinginannya ...," ucap Dewa Sihir, yang membuat Pedang Merah tertawa lebih lepas dari yang tadi. "Sekarang lebih baik kau keluarkan dia, dari tubuh makhluk berlian itu. Kasihan dirinya, tubuhnya dirampas begitu saja oleh Dewa Iblis," pinta Dewa Sihir kepada Pedang Merah. "Nanti saja aku masih ingin bermain-main dengan dirinya. Kapan lagi aku dapat menghajar dirinya, kalau bukan saat ini. Disaat kekuatannya hanya separuh," sahut Pedang Merah. "Tapi makhluk berlian itu aslinya berwajah tampan loh," Goda Dewa Sihir kepada Pedang Merah. "Masa?" tanya Pedang Merah dengan penasarannya. "Kalau kau tak percaya. Makanya keluarkan Dewa Iblis dari tubuhnya, sekarang" kata Dewa Sihir. "Baiklah! Aku ingin melihat wajah tampannya ...," timpal Pedang Merah dengan genitnya, lalu tertawa cekikikan. "Dasar kau itu. Baru mendengar kata tampan saja, sudah begitu bersemangat," ujar Dewa Sihir, sambil menggeleng-geleng kan kepalanya. Tiba-tiba saja di mata pedang merah muncullah daun berbentuk segitiga berwarna merah, yang bersinar begitu terangnya. Tanpa basa-basi sama sekali. Pedang Merah pun melesat dengan kecepatan tinggi ke arah kening Dewa Iblis yang hanya terpaku, seakan telah terhipnotis oleh daun merah berbentuk segitiga. Yang kini sudah menempel di kening Dewa Iblis, yang terdiam bagai patung. Seperti orang yang sedang tertotok saja. "s**l! darimana dirinya mendapatkan daun penangkal jurus ku ini? itu adalah daun semesta, yang dapat dengan mudah mengeluarkan jiwaku dari tubuh berlian ini," kata Dewa Iblis di dalam hatinya dengan penuh kerisauannya itu. Lalu berbicara kepada Pedang Merah. "Bagaimana kau bisa mendapatkan daun semesta ini?" tanya Dewa Iblis tanpa dapat bergerak sama sekali. Karena sebenarnya, daun semesta itu sudah mengunci seluruh kekuatan Dewa Iblis yang ada pada tubuh curiannya dari makhluk berlian itu. "Aku diberikan oleh seorang pertapa muda tampan, yang terpesona oleh kecantikan ku ini ...," sahut Pedang Merah, lalu ketawa dengan cekikikan nya. "Dasar genit, jangan-jangan pedang kegelapan. Takut terhadap dirimu, bukan karena kekuatanku. Tapi karena kegenitan mu itu," ujar Dewa Iblis. "Dia itu buruk rupa, aku tidak menyukainya. Ia takut terhadap diriku, karena dulu ia pernah ku buat hampir mati. Saat mengucapkan cintanya kepadaku," jelas Pedang Merah. Terus bercerita panjang lebar tentang kasa lalunya dengan Pedang Kegelapan kepada Dewa Iblis. Yang sebenarnya sedang mengulur waktu, untuk lepas dari daun semesta yang sedang mengunci kekuatannya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD