Bab 9 (Dua Benda Pusaka Terkutuk dari Galaksi Andromeda)

1397 Words
Setelah cukup lama bermeditasi, akhirnya Dewa Sihir pun pulih. Dirinya segera bangkit untuk menuju planet di antara Mars dan Jupiter. Yang diberi nama Nevis oleh Dewa Bulan. Yang merupakan tempat mereka berlatih selama satu hari oleh makhluk misterius di masa lalu. Planet itu pun mendapat kutukan akan hancur, karena makhluk misterius itu sudah berani melatih mereka bertiga, yang dikenal sebagai Tiga Legenda Sihir, Dewa Sihir, Dewa Bulan dan Dewa Iblis. Dewa Sihir menatap ke arah planet dibalik Mars itu. Tetapi dirinya tak merasakan pancaran energi dari kedua anak kembar itu sama sekali. Dirinya merasa, jika mereka sudah meninggalkan masa ini. Di mana Bumi menjadi bola salju untuk kedua kalinya. "Gadis Merah, kenapa energi kedua anak kembar itu menghilang begitu saja?" tanya Dewa Sihir kepada Pedang Merah, yang melayang di sampingnya. "Mereka menggunakan batu pengendali waktu. Jadi sesuka hati mereka, ingin pergi ke waktu mana saja," sahut Pedang Merah, dengan entengnya. "Apa kau bisa melacaknya?" tanya Dewa Sihir dengan penuh harap kepada Pedang Merah. "Tentu saja aku bisa. Mereka sudah berada 100.000 tahun dari masa kita berada," tutur Pedang Merah, yang membuat Dewa Sihir begitu terkejut mendengarnya. "Apa! 100.000 tahun yang lalu. Itu masa kami bertiga dilatih oleh guru kami. Jadi planet itu benar-benar mendapatkan kutukannya?" jelas Dewa Sihir. Sembari mengingat masa lalunya itu. "Kalau kita ke masa itu, kita tak mungkin bertemu dengan dirimu di masa lalu. Jadi jangan khawatir, aku tak akan mengetahui, seperti apa wajah dibalik topeng harimau putih mu itu ...," tutur Pedang Merah, menerka jika majikannya itu sangat ketakutan bila wajahnya diketahui oleh siapa pun, termasuk dirinya. "Bukannya wajahku tak ingin diketahui oleh dirimu. Akan tetapi, aku takut nanti kau akan tergila-gila kepadaku ...," sahut Dewa Sihir, lalu tertawa terbahak-bahak. "Aku jadi penasaran dengan wajahmu itu ...," kata Pedang Merah, lalu berdiri vertikal dengan kepala pedang harimau putihnya menatap langsung topeng harimau putih yang menutupi wajah Dewa Sihir selama ini. "Apakah kau mampu melakukannya?" ujar Dewa Sihir, seakan menantang Pedang Merah untuk melihat wajah dibalik topeng harimau putihnya, yang sudah dilapisi oleh sihir tingkat tinggi. "Sayangnya, aku tak mampu ...," sahut Pedang Merah, lalu tertawa terkikik-kikik. Tiba-tiba saja dari Planet Nevis yang merupakan tempat pertarungan Jubah Merah dan Jubah Putih yang sudah berada di masa depan, meledak dengan hebatnya. Dengan pecahan ke segala arah. Yang bergerak dengan kecepatan tinggi. Termasuk ke tempat di mana Dewa Sihir dan Pedang Merah berada. "Sepertinya Planet Nevis sudah meledak. Sekarang, ayo kita ke masa itu," kata Dewa Sihir lalu menggenggam Pedang Merah, dan menghilang dari masa. Di mana Bumi menjadi bola salju untuk yang kedua kalinya. Hanya dalam sekejap mata. Mereka pun sudah tiba di masa 100.000 tahun yang lalu. Kedatangan mereka langsung saja disambut oleh pecahan-pecahan dari Planet Nevis yang mengarah ke arah Bumi dan Bulan, dengan kecepatan tinggi. Dewa Sihir langsung saja memainkan Pedang Merah untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan batu besar yang akan menghantam Bumi. Karena ia percaya, bongkahan-bongkahan batu yang akan menghantam Bumi. Akan berefek buruk di masa depan Bumi. Walaupun menghantam Bumi di masa 100.000 tahun yang lalu. Hingga Dewa Sihir pun melihat lesatan cahaya merah yang menuju Bulan Gelap dengan kecepatan tinggi. Yang ia yakini sebagai Jubah Merah, yang merupakan murid keduanya itu. "Pasti itu, Kala Chandri ...," ujarnya berbicara sendiri, lalu melesat dengan kecepatan tinggi menuju cahaya merah itu Melesat. Cahaya merah itu akhirnya jatuh di kedalaman jurang terdalam di Bulan Gelap, yang di masa depan akan dikenal sebagai Jurang Kematian. Dewa Sihir yang membawa Pedang Merah akhirnya menyusul terjun ke dalam jurang tanpa cahaya itu. Dasar jurang itu begitu gelap. Hingga Dewa Sihir pun menciptakan matahari sihir. Hingga dasar jurang itu menjadi terang, seperti siang di Bumi. Baru saja Dewa Sihir ingin mencari keberadaan muridnya itu. Tiba-tiba saja dirinya mendapat serangan panah-panah sihir berwarna merah. Yang segera dipatahkan oleh Pedang Merah yang dilepaskan oleh Dewa Sihir, hingga benda pusaka itu bisa bergerak dengan sendirinya. "Topeng Bidadari, Jubah Merah. Keluar kau dari tubuh muridku!" teriak Dewa Sihir, dengan suara yang menggema ke segala arah. Mendengar teriakan Dewa Sihir. Jubah Merah dan Topeng Bidadari yang sedang merasuki Kala Chandri yang sedang pingsan itu. Lalu muncul dari dalam dinding jurang itu. "Oh, rupanya salah satu dari 3 Legenda muncul. Ternyata, dia muridmu ya?" sahut Topeng Bidadari lalu tertawa, dengan suara yang mengerikan. Dewa Sihir ingin segera mengambil tindakan. Akan tetapi langsung dicegah oleh Pedang Merah. "Majikan, serahkan mereka pada diriku. Biarkan ini menjadi urusan, sesama benda pusaka ...," kata Pedang Merah, berdiri melayang di samping Dewa Sihir. "Tapi kau jangan sampai melukai murid ku. Apakah kau bisa?" sahut Dewa Sihir. "Tentu saja aku bisa. Lagi pula, murid mu itu sedang sekarat. Maka dua benda pusaka terkutuk dari Andromeda itu dapat menguasainya dengan begitu mudahnya," jawab Pedang Merah. "Kalau begitu lakukanlah, secepat mungkin," ujar Dewa Sihir. "Tentu saja, aku akan melakukannya. Lebih cepat dari yang kau inginkan ...." Selesai berkata seperti itu. Pedang Merah langsung menyerang sosok Jubah Merah dengan begitu agresifnya. Mendapat serangan yang begitu agresif, Jubah Merah dan Topeng Bidadari yang merasuki Kaka Chandri. Tentu saja tak tinggal diam. Mereka tak rela melepaskan Kala Chandri begitu saja. "Pedang gila, berani-beraninya kau menyerang kami. Benda pusaka terkutuk dari Andromeda!" kata Topeng Bidadari. "Dewa Iblis dari Galaksi Andromeda saja aku berani menghajarnya. Apalagi hanya kalian, dua benda pusaka terkutuk Andromeda ...," sahut Pedang Merah dengan entengnya. "Baiklah, kau akan merasakan kekuatan kami yang sesungguhnya!" kata Jubah Merah kali ini. Terlihat tubuh Kala Chandri mengeluarkan aura merah yang begitu terang. Akibat dari kekuatan gabungan dari Jubah Merah dan Topeng Bidadari yang bersatu. "Sayangnya, aku tidak punya waktu untuk bermain-main dengan kalian. Atau majikan ku itu akan segera meluap amarahnya," sahut Pedang Merah. Pedang Merah lalu mengeluarkan aura merah yang lebih terang dari aura merah Jubah Merah dan Topeng Bidadari. Dirinya lalu menggetok kening Topeng Bidadari dengan kepala pedang harimau putihnya itu. Yang membuat Kala Chandri yang sedang kerasukan hanya terdiam. Terlihat dari mulut kepala harimau putihnya itu. Keluarlah cahaya putih yang begitu menyilaukan mata. Cahaya putih milik benda pusaka dari Bima Sakti itu. Lalu menarik Topeng Bidadari dari wajah Kala Chandri dengan paksa. "Kau ingin apa Pedang Gila!" teriak Topeng Bidadari, mulai merasakan tubuhnya tertarik keluar dari wajah Kala Chandri. "Tentu saja, mengeluarkan kalian dari tubuh murid majikan ku," sahut Pedang Merah, akhirnya berhasil mengeluarkan Topeng Bidadari dari wajah Kala Chandri. Gadis Merah berbentuk pedang itu, lalu meniup Topeng Bidadari yang sudah lepas dari wajah Kala Chandri, hingga terpental dan terjatuh sejauh 10 meter. Pedang Merah lalu menurunkan dirinya hingga sedada Kala Chandri yang masih dalam keadaan tak sadarkan diri. "Sekarang giliran mu, Jubah Merah!" Pedang Merah lalu menarik Jubah Merah dari tubuh Kala Chandri dengan mudahnya. Lebih mudah dari Topeng Bidadari. Benda pusaka dari Galaksi Bima Sakti itu. Lalu melemparkan Jubah Merah ke arah Topeng Bidadari. "Bidadari, lebih baik kita kabur dari sini!" kata Jubah Merah yang segera melesat ke angkasa. "Sepertinya itu pilihan terbaik kita!" susul Topeng Bidadari melesat menyusul Jubah Merah ke angkasa dengan kecepatan tinggi. Akan tetapi baru sampai 100 meter melesat ke angkasa. Tiba-tiba saja Dewa Sihir muncul 5 meter di atas dua benda pusaka terkutuk itu. "Apakah kalian kira. Aku akan membiarkan kalian pergi begitu saja. Setelah apa yang kalian lalukan terhadap murid ku!" ujar Dewa Sihir, lalu mengarahkan telapak tangan kanannya ke arah mereka berdua. Terlihat sinar putih menghantam mereka berdua. Hingga terjatuh ke tempat semula. Setelah melakukan hal itu, Dewa Sihir lalu turun dan berdiri di hadapan dua benda pusaka terkutuk yang sudah tak berdaya itu. "Walaupun aku tak bisa membunuh kalian. Tapi aku akan menyegel kalian di tempat ini ...," ujar Dewa Sihir. Lalu menunjukan jari telunjuknya ke langit. Terlihat dari jari telunjuk tangannya. Keluarlah seberkas cahaya putih yang melesat ke angkasa, dan membuat segel pelindung di tempat itu. "s**l! Dewa Iblis pun tak membantu kita saat ini," kata Topeng Bidadari kepada Jubah Merah. "Dia saja sedang terluka olehku. Bagaimana bisa membantu kalian di sini," sambung Dewa Sihir, lalu meninggalkan tempat itu. Menuju ke arah Kala Chandri yang masih pingsan dengan posisi berdiri. "Sepertinya kau kesal sekali?" tanya Pedang Merah. "Gara-Gara kau yang banyak bicara dengan mereka. Sekarang kita kembali ke Gunung Sunda, di masa kita," sahut Dewa Sihir, lalu memegang pundak muridnya. Dan lalu menghilang dari Jurang Kematian bersama Pedang Merah ke masa depan, di mana Gunung Sunda pada dimensi tingkat dua berada. Meninggalkan dua benda pusaka terkutuk dari Andromeda yang sedang sekarat berada di tempat itu. Hingga mereka pun akan terbebas di masa depan nanti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD