"Rex!" panggil Keyara membuat Rexvan melompat berdiri. Rex menolehkan kepalanya, ada mama dan papanya. Tanpa dikomando dua kali, Rex langsung menyalami keduanya dengan hormat.
"Rex, kenapa kamu senyum-senyum kayak orang sinting?" tanya Keyara menelisik anaknya.
"Ah itu, anu ma. Kecanduan n****+ online. Gagal move on." jawab Rex merapikan jasnya.
"Gagal move on gara-gara n****+ atau lagi mikirin cewek?" tanya Gerald tersenyum mengejek.
"Ah papa sok tau aja! Rex gak mungkin mikirin cewek." jawab Rex menepuk bahu papanya.
"Papa bukannya sok tau, tapi kelihatan dari raut mukamu."
"Gak usah berlagak jadi dukun deh, pa! papa tuh cococknya jadi CEO, gak usah nyimpang jadi dukun!"
Gerald hanya menghela nafas. Perasaan dia jaman muda tidak absurd, kenapa sekarang bibitnya bentukan kayak Rex? pasti sifat Rex yang hancur kayak gini karena turunan istrinya.
"Mama, Rex capek banget, ma! Rex pusing!" ucap Rex menduselkan kepalanya di ceruk leher mamanya. Keyara sedikit menahan tubuh anaknya karena berat.
"Makanya kamu nikah! kalau kamu punya istri, gak ngusel-ngusel mama terus." omel Gerald dengan sebal.
Gerald masih sama, masih suka cemburu dengan kedekatan istri dan anaknya. Kalau sudah sama anaknya, pasti Gerald akan diacuhkan istrinya. Seperti saat ini, Gerald berusaha menggeret tubuh anaknya agar menjauh dari sang istri.
"Kamu sudah besar, gak usah manja!" ucap Gerald.
"Iri bilang, pa! papa tuh sudah kalah ganteng sama Rex, jadi sadar diri ya!" ucap Rex sinis.
"Heh kalau kamu bukan anak papa, kamu gak mungkin seganteng ini, jadi sadar diri ya!" jawab Gerald tidak mau kalah.
"Yeeey aku itu ganteng karena keturunam kakek Regan, Gen papa itu gak ada apa-apanya."
"Kenapa bibir kamu kalau berdebat pinter banget? harusnya seuisia kamu, bibir itu sudah buat cium kening istri!" sinis Gerald.
Mendengar kata cium, membuat Rex menutup bibirnya seketika. Dirinya masih sama, alergi kata cium. Perut Rex seperti diaduk-aduk, kepalanya pusing dan ingin muntah. Dengan secepat kilat, Rex pergi ke kamar mandi. Memuntahkan semua cairan yang mendesak. Keyara sudah kalangkabut. Matanya berkaca-kaca karena panik.
"Rex, kamu kenapa, sayang?" tanya Keyara khawatir. Perempuan itu mengurut tengkuk Rex dengan sabar.
"Kamu lupa, ya kalau anak kita alergi kata ciuman?" bisik Gerald. Keyara mencubit lengan suaminya dengan keras. Sudah tau kalau Rex akan ayak gini saat mendengar kata ciuman, kenapa tadi suaminya malah bilang.
"Udah Rex?" tanya Keyara saat anaknya sudah membasuh bibirnya. Rexvan mengangguk.
Gerald mendorong tubuh anaknya biar cepat berjalan. Tadi, niatnya ke sini untuk berbicara serius, malah anaknya bertingkah cupu seperti ini.
"Kamu ke psikologi sana, Rex! dasar cowok kok malu-maluin!" ucap Gerald dengan sebal.
"Aku kayak gini juga gara-gara papa. Papa sih kenapa pakai acara makan bibir mama pas Rex kecil? jadinya aku trauma," jawab Rex melampiaskan kekesalannya.
"Itu bukan memakan, tapi me-cipok." ucap Gerlad membenarkan,
Mendengar ucapan papanya, membuat Rex lagi-lagi menutup bibirnya. Pria dua puluh tujuh tahun itu mual-mual kembali. Dan saat dia sedang sakit-sakitnya, malah papanya mengajak mamanya untuk pulang. Mamanya berontak, tapi ada saja cara untuk si papa naklukin istrinya.
"Dia udah besar, dia udah bisa urus diri sendiri. Kita masih ada urusan, ayo pergi!" ajak Gerald pada istrinya.
"Aku mau nemenin Rex dulu. Kalau kamu pergi, ya pergi aja!" kesal Keyara mengurut tengkuk Rex.
"Mama pulang aja! aku sudah tidak apa-apa, ma." ucap Rex.
"Sudah-sudah, ada yang lebih penting kamu urus, ma." ucap Gerlad merangkul Keyara.
"Apa emang?"
"Ini yang di bawah," jawab Gerald mengarahkan tangan istrinya ke bawah perut.
"Dasar stress! udah punya buntut empat gede-gede, masih aja m***m!" omel Keyara uring-uringan.Gerald tergelak mendengar omelan istrinya.
Sebelum pergi, Keyara membuka tasnya. Mengambil minya angin. Namun, belum sempat dia menghampiri anaknya, seseorang mengetuk pintu. "Masuk aja!" titah Keyara.
Seorang karyawati dengan tubuh berisi dan wajah chaby masuk dengan takut-takut. Gerald memandang gadis itu penuh arti. Itu gadis yang beberapa hari lalu dibelikan sepatu oleh anaknya. Senyum setan tersungging di wajah tampannya.
"Ma, itu gadis yang disukai Rex." bisik Gerald.
"Kamu beneran, mas?" tanya Keyara tidak percaya. Bukan maksud Keyara mengejek, tapi rasanya tidak mungkin kalau selera anaknya seperti gadis di hadapannya. Mengingat selera kedua anaknya yang lain sangat tinggi.
"Iya,"
"Syukurlah, Aku kira kalau anak kita tidak suka cewek."
Intan menundukkan kepalanya saat mendengar krasak-krusuk dua orang yang tidak dia kenal. Dan beberapa kali, Intan mendapati wanita di depannya yang sangat cantik tengah melirik ke arahnya.
"Intan! kenapa kamu berdiri di situ?" tanya Rex yang menyentak mereka bertiga.
"Eh ini, pak. Ada laporan yang perlu bapak periksa! bu Dina yang menyuruh saya kemari." jawab Intan.
"Yaudah sini! kamu sukanya buang-buang waktuku saja, Harusnya daripada ngowoh di depan pintu, ya jalan ke sini!" omel Rex dengan bibir pedasnya. Keyara dan Gerald mendelik ngeri menatap anaknya.
"Ih turunan kamu, mas. Pedes banget lambemya." ucap Keyara menyenggol suaminya.
"Iya, yang jelek-jelek kamu limpahin ke aku, Kalau yang bagus-bagus turunan kamu. Dasar cewek!" sinis Gerald.
"Mama papa kenapa masih di situ? katanya mau pulang?" tanya Rex.
"Mama mau menyapa calon menantu mama, ini namanya siapa Rex?" tanya Keyara menghampiri Intan.
Melihat mamanya yang antusias, Rex menyunggingkan senyum setannya. "Wah, belum dikenalin, tapi udah direstuin." bathin Rex tersenyum.
"Namanya Intan, ma. Calon menantu mama." jawab Rex. Sedangkan Intan membulatkan matanya kaget.
"Intan, kenalan dong sama calon mertua!" titah Rex.
"Eh ..." jawab Intan bingung.
"Ayo kenalan sama mamaku!" desak Rex.
"Tapi, pak. Kita kan bukan calon suami istri."
"Aku sudah melamarmu kemarin, dan kamu juga menjawab iya."
"Hah, kapan?" tanya Intan bingung. Rex memelototkan matanya, mengisyaratkan Intan untuk menurut saja apa ucapannya.
"Wah, bibit papa sangat malu-maluin." ejek Gerald seraya bersiul-siul.
Rex mendekati Intan, mencekal lengan gadis itu dengan kasar seraya mencengkramnya. "Bilang aja, iya!" desisi Rex tajam.
"Kamu kan calon istriku, sayang. Jangan pura-pura bodoh begini, aku tidak suka!"
"Bapak apaan sih? bapak cuma mau bohongin orang tua bapak kan? jangan bohong kalau kita calon suami istri, pak. Itu dosa." jawab Intan yang makin membuat Rex melotot. Gerald terbahak-bahak melihat anaknya terang-terangan ditolak.
"Kalau kamu gak mau nurut, nilai magang kamu nol!" bisik Rex.
"Tuh kan! bapak selalu menggunakan nilai magang untuk mengancamku. Tidak boleh begitu, pak! itu namanya semena-mena, tidak boleh! Karena semua manusia mempunyai hak yang sama." jawab Intan.
"Jangan kebanyakan cincong!"
"Sudahlah Rex, kalau Intan tidak mau sama kamu, jangan paksa dia! kasihan anak orang kamu paksa-paksa."
"Dia calon istriku, pa. Hanya saja dia ngambek, jadi pura-pura tidak mengakui."
"Bohong pak, saya sama pak Rex tidak ada hubungan apa-apa. Pak Rex saja yang suka tebar pesona, tapi saya tidak pernah tertarik." jawab Intan langsung mengambil langkah seribu dan kabur menerobos pintu. Rex tidak terima, ia mengejar gadis itu sambil berteriak kencang.
"Intaaaaan!!" teriak Rex langsung membuat karyawan yang kebetulan lewat, menutup telinga mereka yang panas.
Hidung Rex kembang kembis, wajahnya memerah. Harga dirinya sudah diinjak-injak Intan di hadapan papanya. "Huh, hukuman apa yang cocok untuk gadis kurangajar seperti dirimu?" ucap Rex dengan geram. Saking kesalnya, Rex menendang botol sabun pembersih lantai yang tertinggal di tembok sampingnya.
"Ini lagi, kenapa pembersih lantai bisa ketinggalan di sini!" teriak Rex marah.
Rex kembali ke ruangannya, di sana papanya tertawa terbahak-bahak menertawakan keadaan dirinya. "Anak papa ganteng, tajir melintir, tapi cupu. Taklukin satu perempuan saja tidak bisa." ucap Gerald.
"Kita taruhan, pa. Kalau aku bisa naklukin Intan, semua aset yang papa miliku, buat aku semuanya." ucap Rex.
"Dasar anak durhaka! orang tua masih hidup minta pembagian aset!"