Aksi

1412 Words
Bibir yang membiru, keringat dingin terus bercucuran. Kelvin semakin menderita akibat kecanduan terhadap obat-obatan. Sungguh tidak daya untuk bertahan. Tangan semakin memar akibat pukulan ke dinding setiap kali dia harus melampiaskan rasa sakitnya serta kekesalannya. Hari demi hari keadaan Kelvin semakin memprihatinkan. Berkali-kali Feri harus mengikat tangan dan kaki Kelvin ketika sudah hilang kendali. Sungguh dia menjadi orang yang beruntung memiliki teman seperti Feri. Feri adalah satu-satunya teman Kelvin yang mau menampung serta merawat dia saat ini. Feri mengorbankan banyak uang, bahkan nyawanya untuk membantu Kelvin ketika kecanduanya untuk obat-obatan kembali mengamuk. Kelvin yang tak bisa lagi menahan rasa sakit ketika candunya datang mempertimbangkan tawaran Yuda tempo hari lalu. Dia harus mengambil resiko karena kebutuhan yang sangat besar. Terbiasa hidup foya-foya serta mengkonsumsi obat-obatan membuat Kelvin tidak bisa bertahan lama dengan kondisi keuangan yang semakin mencekik itu. Hari itu, Kelvin bangun di saat matahari telah tepat diatas kepala. Seperti biasanya feri sudah tidak ada lagi di kos. Meskipun sedikit liar dan ugal-ugalan Feri termasuk rajin menghadiri kelas di kampusnya. Setelah terbangun, tidak seperti biasanya. Kelvin langsung bersiap-siap pergi. Dia akan berjalan beberapa kilometer seorang diri untuk menemui Yuda dan menerima tawaran dari Yuda. Sengatan matahari terlalu panas hari ini, Kelvin sudah cukup lama tidak bercengkrama dengan matahari. Sinar matahari begitu menyilaukan siang itu. Tidak seperti biasanya, sinar matahari ditepis oleh kaca mobil Kelvin yang selalu berkilau itu. Keringat bercucuran, hampir seluruh kaos oblong merah itu telah basah. Dia terus berjalan ke tempat dimana biasanya Yuda berada. Langkah Kelvin sempat terhenti beberapa saat, suara lantunan adzan nan merdu berkumandang. Lagi-lagi kebutuhan akan rasa candunya telah menutup mata hati. Seperti angin lalu dia melanjutkan langkah kakinya. Hanya sekejap kumandangan suara adzan yang besar itu seakan tak terdengar lagi. “Lah Kelvin!, datang juga lo. Ngapa nggak hubungin gue buat minta jemput,” teriak Yuda yang melihat kehadiran sang teman “Olahraga, jauh banget tongkrongan “ balas Kelvin dengan nafas yang tidak teratur. "Pintar lo, kalau jalan kaki ya jauh lah!" Yuda menyikut sedikit perut Kelvin. Sebelum masuk ke dalam, Kelvin dan Yuda berbicara panjang di depan. Yuda harus memastikan tekad Kelvin benar-benar bulat. Karena aksi penjambretan serta pembegalan membutuhkan keberanian yang kuat, tidak boleh ada keraguan sedikitpun. Setelah merasa yakin, Yuda mengajak Kelvin masuk ke dalam markas mereka. Kelvin dikenalkan kepada anggota geng begal itu satu persatu. Mulai dari ketua hingga anggota terendah. Geng begal sekalipun memang selalu memiliki struktur yang rapi. Lokasi markas geng itu cukup jauh dari keramaian penduduk. Berada di kawasan terpencil, serta ditutupi oleh hutan yang cukup lebat. Terdapat sebuah gudang penyimpanan yang sudah tidak terpakai. Gudang yang sudah cukup tua itu, memiliki coretan-coretan dengan menggunakan cat pilox. Tulis-tulisan serta gambar-gambar hampir memenuhi seluruh area dinding gedung tua itu. Di gedung tua itu terdapat sebuah geng motor yang sedang merayakan anggota baru mereka. Beberapa botol bir pun ikut meriahkan perayaan itu. Malam pun tiba, perayaan panjang itu belum berakhir, meskipun telah menghabiskan beberapa botol bir. Kelvin yang baru saja bergabung di geng itu, ditantang langsung untuk melakukan aksi pertamanya malam ini. Di sebuah kota tak jauh dari markas geng itu, ada sebuah konser band. Kelvin bersama geng barunya itu menargetkan anak muda yang pulang dari konser tersebut. Mereka menunggu konser itu berakhir di sebuah perempatan jalan yang cukup sepi. Kelvin merasa gugup, meskipun dia adalah anak yang semena-mena, suka mabuk-mabukan dan pencadu obat-obatan, dia sangat jarang sekali merampas milik orang lain, apalagi sampai menyakiti. Dia merasa harus melakukan ini untuk mendapatkan obat-obatan sebelum kecanduanya kambuh kembali. “Gilaaak!!! lo keringetan Vin, “ sela Yuda khawatir. Dia tidak biasanya melihat ekspresi Kelvin yang seperti ini. “Gue nggak apa-apa, “ balas Kelvin meyakinkan Yuda. “ Yang penting jangan bertindak ragu-ragu." Yuda memberikan sedikit nasehat dijalan yang salah. Yuda mencoba menenangkan Kelvin yang sudah mulai gelisah. Dia tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya. Terlihat dia hanya mondar mandir tak jelas sambil menunggu konser itu selesai. Konser itu pun selesai, sekelompok anak muda itu menunggu mangsa yang melewati jalan sepi itu. Kelvin yang datang di bonceng oleh Yuda dengan sepeda motor, bertugas untuk mengambil kendaraan korban dan membawanya kabur. Motor itu sangat mahal. Sebelum mereka melakukan aksi, pasti mereka memeriksa siapa yang akan mereka begal. Ingat, mereka hanya akan membegal orang kaya saja. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya korban kelihatan dari jauh. Cahaya yang dikeluarkan dari lampu sepeda motor itu terlihat dari jauh. Dengan segera mereka bergerak mendekati korbanya. Dengan kecepatan penuh mereka menggunakan empat sepeda motor mendekati korbanya. Dalam sesaat korban telah dikepung oleh mereka, Yuda dan temanya tanpa aba-aba langsung mengeluarkan sebilah benda tajam dan menodongkan kepada korban. Korban mereka adalah seorang anak muda seumuran kelas 3 SMA. Terlihat geng itu melakukan aksinya dengan sangat professional, setiap orang memiliki andil masing-masing. Kelvin yang belum 24 jam bergabung dengan geng itu, masih bingung akan apa yang harus dilakukan. Dia hanya berdiri di belakang, sedangkan yang lain mengancam serta merampas harta yang dibawa oleh korban. Salah satu anggota geng itu selalu mengacungkan sebilah pisau di arah muka sang korban untuk menyukainya saja. Aksi seperti ini biasa hanya disaksikan Kelvin di layar televisi. Dia cukup syok dengan keadaan ini. Tubuhnya bergetar , kakinya tak sanggup melangkah ke depan, sesekali dia menutup mata ketika pukulan kembali melayang ke korban yang sempat melakukan perlawanan. “Wooii Vin, cepat rampas motornya,“ teriak Yuda menyadarkan Kelvin. Kelvin yang sempat termenung beberapa saat, tersentak melihat korban sudah jatuh dari motornya karena ditarik oleh beberapa rekannya. Saat melihat keadaan itu, reflex Kelvin langsung maju dan menaiki kendaraan korban yang sudah tidak melawan lagi itu. Hanya dalam hitungan detik, Kelvin bersama geng barunya telah meninggalkan korban yang terduduk pasrah ditepi jalan. Sampai sekarang geng Yuda hanya melakukan perampasan harta dan tidak membunuh. Selama melakukan aksi, tidak ada korban mereka yang terbunuh. Semua mereka lakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan hidup orang yang membutuhkan. Yang ada dipikiran mereka hanyalah bagaimana cara mendapat uang, uang, uang dan uang. Setelah melakukan aksi, mereka kembali ke markas dengan membawa motor yang baru didapat. Sebuah motor yang berharga 60 juta. Kelvin tau harganya karena dia juga mempunyai dahulu sebelum mobil sport pemberian ayahnya. Tetapi semua telah lenyap bagai ditelan bumi. Mereka tidak perlu repot mencari pembeli yang mau membeli barang curian itu, sudah ada agen yang akan mengambilnya dengan harga yang lumayan. Setelah selesai, maka pembagian uang pun dilakukan. Setiap orang yang mengikuti aksi mendapatkan uang sebesar 10 juta. Kelvin tersenyum puas memandang uang yang ada di tangannya. "Ketawa lo," goda Yuda. "Berisik!" balas Kelvin. Pagi pun hampir menjelang, mereka semua kembali kepada habitatnya masing-masing. Kelvin diantar oleh Yuda untuk pulang ke kosan Feri. "Vin mampir dulu ya," ucap Yuda sambil membelokkan motornya ke arah gang sempit. "Lo ya, kalau tau lo mau mampir mending gue sama Edo!" protes Kelvin. Yuda tidak menanggapi ucapan Kelvin yang sepertinya sedang kesal. Semakin dalam menelusuri gang sempit itu maka mereka menemui sebuah gubuk tua berlapiskan triplek rapuh dengan alasan kardus. Kelvin sejenak terdiam, dia tau kalau Yuda pernah bicara mengenai anak asuhnya tetapi Kelvin hanya mengira itu omong kosong belakang. Ada sekitar 10 anak berlarian mendekati Yuda, sesekali Yuda mencium pucuk kepala anak itu. Bingung, heran, seperti orang bodoh itulah Kelvin sekarang. Bagaimana dia tidak terlihat bodoh. Aksi Yuda seperti drama di televisi saja. Kelvin tidak terlalu menanggapi anak-anak itu, sesekali mereka menanyai Kelvin tetapi Kelvin menjawab acuh tak acuh. Yuda memberikan beberapa lembar uang kepada anak yang paling besar. Setelah Yuda mengobrol, mereka pun meninggalkan tempat kumuh itu. Hari semakin siang, terik matahari kian meninggi. Sudah seharian Kelvin tidak bertemu dengan Feri. "Lo baik-baik aja kan?" teriak Feri yang baru pulang dari kampus. "Lo liat gue baik-baik aja. Jangan lebay lo," balas Kelvin sambil memukul pelan kepala Feri. "Gue khawatir odong, udahlah jangan  ikut Yuda. Lo beli obat pakai duit gue aja," Feri selalu mengkhawatirkan temannya itu. "Ngakak sumpah, beda lo sama gue apa? Lo balapan juga nyawa taruhannya. Mending lo nggak usah balapan, makan pakai duit gue aja," balas Kelvin meniru ucapan Feri. "Serah lo deh, asal lo bisa jaga diri aja. Lo harus coba berhenti sama obat-obatan itu Vin. Mau sampai kapan lo hidup gini?" Feri mencoba membawa Kelvin untuk bicara lebih serius mengenai hidup temannya itu. "Gue juga mau berhenti, tapi lo liat gue kalau nggak pake kayak orang gila kan?" jelas Kelvin. "Percaya sama gue lo bisa sembuh kalau lo mau, gue akan cari dokter yang bagus buat nyembuhin lo," ucap Feri yakin. "Alah gak usah lebay lo, urus hidup lo sendiri. Gue nggak mau buat lo menderita karena hidup gue hancur gue."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD