Rea mendongak ketika mendengar pintu ruangan Darius terbuka dan menampakkan sosok tinggi dan tegap memasuki ruangan itu. Ia menelan ludahnya seakan dengan hal itu kegugupannya akan ikut tertelan. Ia gugup. Tentu saja. Tapi ia tidak akan menunjukkannya pada Darius. Setelah menutup pintunya, Darius menyandarkan punggungnya di balik pintu, menyilangkan kedua lengannya dengan mata mengamati Rea yg duduk di set sofa yg paling dekat dengan pintu. Bibirnya tertarik ke atas samar. "Apa kau begitu merindukanku, Reaku?" Rea melotot sinis. Seketika ia meratapi kegugupannya. "Kau boleh berharap, Darius." "Lalu?" Darius tersenyum. Menarik dirinya dari bersandar di pintu. Mengangkat kaki kanannya terlebih dahulu ketika melangkah mendekati Rea. Matanya mengunci Rea dengan tatapan mempermainkan. "Apa