When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Gladis tak begitu memusingkan penampilan Artha setelah sekian lama tak berjumpa, dia pikir carut-marutnya Artha karena tengah dirundung kesedihan akibat persalinan Helena yang tak berjalan mulus. Gladis melihat lagi Artha yang tengah duduk dihadapannya. Tubuh lelaki itu bertambah kurus, kantung mata begitu ketara dikedua kelopak miliknya. Rambut Artha panjang, tidak seperti dulu yang akan selalu ia potong setiap dua minggu sekali, ada sedikit jamban pada wajah Artha. Entah mengapa Gladis menilai penampilan Artha sangat menyedihkan. “Gue harus mulai dari mana?” “Dari awal.” “Waktu itu...”Artha menggantungkan ucapannya, melirik ke arah Gladis yang tampak serius lantas berpindah pada Kirana yang belum sadar sedari menyelesaikan operasi. Tampaknya kali ini Artha harus mengungkapkan semu