PACAR PENGANGGURAN

1188 Words
Dia memiliki wajah yang tegas, setiap sudut sudut wajahnya tajam, setiap kali dia memandang sesuatu, dia akan terlihat begitu fokus seakan tidak ada hal lain di dunia ini. Dia sedang menatapku, seolah aku adalah satu-satunya keindahan yang tersisa di dunia ini. Sebagai seorang yang tumbuh tanpa cinta, yang bahkan tidak memiliki cukup uang untuk mencintai diri sendiri. Aku terpana..., aku seakan tidak bisa memeluk cinta yang begitu besar yang disyariatkan dari tatapannya. "Apa kau tahu tahun ini bulan tidak akan bercahaya lagi?" "Hah?" Sejak beberapa bulan ini aku tidak menonton tv lagi karena jadwal kerjaku yang padat di Wmart. Mungkin aku sudah ketinggalan berita yang sangat penting itu. Tentang bulan yang berhenti bercahaya... "Iya karena cahayanya pindah ke matamu" Gombalannya lantas membuatku tersenyum kecil. Aku tersipu dalam pelukannya. Kusembunyikan wajahku dalam dadanya yang keras dan kaku. Dia menyusuri lekuk pungunggku, jarinya turun membangunkan bulu-bulu halus ditubuhku. Caranya menggodaku ketika kami bercinta membawaku terbang ke bulan rasanya. Tangan kasarnya menyapu bagian atas punggangku. "Aku tidak pernah melihat keindahan seperti tubuhmu." Aku masih senyaman itu membaringkan kepalaku di dadanya. Sampai kurasakan kaitan rokku di bagian belakang dilepaskan. Rok yang sudah melonggar itu mengikuti gravitasi jatuh ke lantai. Menyisakan pekikan kecil dariku. Kamipun kembali saling menatap satu sama lain, mata tajamnya adalah bilah yang membuat hatiku patah sekaligus rajam yang tidak bisa kulepaskan. Dia menunduk, tangannya membingkai wajahku, kami berciuman. Wangi maskulinnya seperti kayu yang terkena hujan, ciumannya memenuhi kepalaku. Dia menyesapku, memeras inti-inti dari diriku. Oh, aku jatuh cinta. Kisah cinta kita begitu dewasa, kami tinggal bersama, kami setiap hari bercinta dan setiap hari saling mengoreksi satu sama lain. Dia bisa jadi momok marahku, tapi juga bisa jadi kerinduan terbesarku, bisa jadi penghilang segala lelahku setelah seharian bekerja keras. "Aku mencintaimu" gumamku sehabis kami bercinta Dia tidak membalas pengakuanku, tapi dia memelukku lebih erat, dia mencium puncuk kepalaku. "Aku tidak pernah merasakan yang seperti ini." "Seperti apa?" tanyaku penasaran. Aku menengadah, mataku sudah awas, kalau saja dia bilang hal buruk tentang bagaimana kami bercintah, mengomentari aku, ku congkel matanya. Iya? Karena dialah yang mengambil keperawananku. Bibirnya mengerucut miring seolah mencibir, lalu dia tertawa melihat amarah di wajahku "Biasanya aku tidak menyertakan perasaanku ketika melakukannya, berasama mu membuatku tahu bahwa inilah yang mereka sebut bercinta." Aku sungguh tersentuh, ku jama wajahnya dan mendorong sedikit tubuhku untuk menggapai bibirnya "Aku senang kamu bukan perokok, jadi aku suka sekali berciuman" Mendengar kepolosanku dia tertawa. Adam! *** Aku menghentakkan kakinya kesal, menunggu di lorong Wmart. Ini sudah jam 9 malam aku shift sore hari itu. Aku sudah berdiri sepanjang hari dan aku mengganti dua jam waktu temanku yang izin pulang lebih awal hari ini. Sebagai seorang pengangguran sejati, Adam seharusnya tidak boleh telat menjemputku seperti ini. Aku kan bekerja untuk kebutuhan kita. Tidak lama dia dengan motornya yang bersuara besar masuk ke area parkir Wmart. Berhenti di depanku, menyerahkan helm untukku "Kamu marah?" tanyanya sejenak melirik wajahku. "Ya kamu pikirin aja sendiri, aku kedinginan! aku lapar! aku capek berdiri dari siang." Aku hampir saja berteriak. "Maaf ya." Dengan senyuman malaikat dia mengelus rambutku "Nanti sampai rumah aku pijitin." Aku menghela nafas, memutar bola mataku jenuh. Hubungan kami tidak setiap hari semanis gula, hari-hari di mana aku merasa bosan dan sangat marah sering terjadi. Aku sering sekali ingin meninju perutnya, tapi begitu melihat perut yang seperti patung-patung yunani itu aku jadi merasa akan merusak sebuah karya seni. Meski pacarku pengangguran aku sangat merasa beruntung karena dia tampan. Selain ketampanannya, Adam juga memperlakukan aku seperti seorang putri mahkota calon penerus kerajaan. Kami tinggal di Rusun Asri, di sana tinggal kaum-kaum yang selalu mengandalkan bantuan dari pemerintah. Aku tumbuh di tempat itu, aku dibesarkan ibuku di sana, aku melihat ayahku meninggal karena overdosis dan aku menghadapi getirnya hidup lima tahun lalu ketika mama tidak lagi mau bicara dan lebih suka berteriak tidak jelas. mamaku sekarang dirawat di rumah sakit jiwa. Dia alasan kenapa aku tidak memiliki hari libur, aku harus terus bekerja untuk membayar sewa rusun, untuk makan, untuk membiayai rumah sakit ibuku. Seandainya saja kekasihku yang tampan ini bisa sedikit membantu...bukan menjadi beban baru dalam hidupku. Aku pasti sudah menikahinya. Aku menguatkan pelukanku di pinggangnya. Di udara dingin dia masih bisa mengenakan kaos saja tanpa jaket. "Kenapa gak pake jaket sih?" aku harus setengah teriak karena suaraku bersinggungan dengan angin. "Lupa," katanya, tangannya dingin menggenggam tanganku yang di pinggangnya. Aku selalu berharap menikahi laki-laki kaya atau pacaran dengan bapak-bapak botak gendut yang bisa membebaskan aku dari jerat kemiskinan, nyatanya aku selalu merasa sangat nyaman bersama Adam. Si pengangguran yang mempesona. *** "Dam gaple Dam," teriak Roy dari meja tongkrongan mereka yang berada di depan kios ibuk Elly. Kios itu tidak akan pernah tutup kecuali hari kiamat. Kios ibu Elly dijaga bergantian oleh dua orang pengangguran bernama Nio dan Amit. Aku pernah meminta bu Elly untuk menjadikan Adam salah satu penjaga tokonya, tapi perempuan tua itu menolak karena alasan pacarku terlalu tampan. Huh! Di meja tongkrongan Kios bu Elly Adam sering menghabiskan waktu bersama bapak-bapak nganggur dan pensiunan yang tinggal di Rusun Asri. Mereka bisa menghabiskan malam hingga pagi hanya untuk main gaple. "Di gandeng terus Nar, biarin napa pacar kau main dulu sama kita." Tarjo baru turun dan langsung bergabung dengan Roy Aku menguatkan genggamanku di tangan Adam "Sering main sama kalian pacarku jadi makin nganggur." "Ih dipikir nganggur itu bukan seni," sergah Roy "Pacaran juga seni, main gaple tu yang meresahkan," balasku. Aku mendorong Adam untuk cepat-cepat pergi dari sana, tapi aku bisa melihat Adam memberikan kode-kode pada Roy. Palingan nanti dia turun lagi main sampai subuh di sana. Meski pengangguran Adam bukan pria tidak berguna. Adam memahamiku dengan baik, dia tahu perkara dirinya yang belum dapat pekerjaan selalu membuatku berang, mangkanya dia mencoba meringankan pekerjaanku dengan membantuku dalam hal mengurus rumah. Setelah pacaran dengannya, aku tidak pernah menyentuh pakaian kotor, piring kotor bahkan ketel pemanas untuk membuat kopiku. Adam selalu melakukan semua itu untukku. "Sayang BH mu lebih baik kau ganti." Hanya dia manusia di dunia ini yang perhatian dengan pakaian dalamku. Namun biar begitu aku tetap mengganti BHku dan mengambil yang baru. Ternyata dia diam-diam memperhatikan aku yang sedang mengganti pakaian. Bibirnya tersenyum miring sambil memberikan smirk nakal. "Aku tahu seleraku memang bagus soal perempuan, bodymu yahut sekali sayangku." "Tutup mulutmu, minyak di wajan sudah panas bodoh." Dia sedang memasak sesautu untuk makan malam kami. Dia membalasku dengan tersenyum tipis, misterius, aku suka ketika dia bertampang begitu, dia makin manis. Yang penting jangan berikan aku tampang bodoh penganggurannya, aku benci melihat itu. Setelah mengenakan pakaian rumah yang tipis, aku berjalan ke sisinya "Ada yang bisa kubantu?" "Buat kopimu sendiri?" Dia mengangkat sebelah alisnya, enggan menggunakan intonasi perintah alih-alih sebuah tanda tanya. "Atau berikan aku satu ciuman.." Aku malas menyentuh air untuk membuat kopi, lagian kopiku tidak pernah seenak kopi buatan Adam. "Oke sini ku berikan ciuman panas, sensasional." Dia seketika mematikan kompor. Aku melotot. "Kenapa berhenti memasak?" "Nanti saja," katanya menatapku dengan mata lapar. "Kau bau asap tahu." "tahu." pekiknya mendekapku dan menunduk untuk menciumku Aku terkekeh terlebih dahulu sebelum berciuman. Ciumannya selalu intens, ciuman itu kesana-kemari lalu akhirnya baju yang rasanya susah payah kupasang harus kutanggalkan kembali demi memuaskan rasa lapar pacarku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD