BALLROOM PHOENIX

1365 Words

Akhirnya kami harus masuk ke salah satu kamar. Bukan, bukan karena syahwat tuan mafia sedang tidak terbendung hanya saja, Brandy tidak mengizinkan aku ke kamar mandi umum, aku tidak mengerti kenapa, aku memang selalu tidak mengerti! Dia duduk di ranjang, tangannya mekar menyangga tubuhnya, aku bisa merasakan tatapannya di punggungku. Sementara aku berusaha untuk tenang, mengalihkan seluruh perhatianku pada dandananku, rambutku, dan polesan di bibirku. “Dari belakang sini kau sungguh mengesankan sayangku.” Pembual, aku mengenal caranya membuatku luluh, beberapa kali berhasil tapi kali itu tidak karena pikiranku kacau, selain itu kata-katanya hanya terdengar omong kosong. Aku yakin dia mengatakan hal yang sama pada perempuan-perempuan kaya lainnya. Senyumku sungguh palsu, menutupi be

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD