Aku mengikuti Martini bergerak di belakangnya. Kami keluar dari lorong toilet menuju lorong sempit ke dermaga. Jalan itu bukan jalan utama menuju restuarant, jalan tersebut lebih banyak digunakan oleh para pekerja. Beberapa orang berpakaian koki melihat kami dengan tampang aneh. Ketika kami datang mendekatinya mata peria oriental itu menyipit, menerawang jauh ke belakang. Diapit oleh Gin dan Martini, aku jalan di lorong yang tidak ada habis-habisnya itu. Gin adalah pria yang berdiri di depan lorong hotel waktu aku pertama kali menginjakkan kaki di Dubai, aku masih ingat bagaimana tatapan matanya merendahkan penampilanku hari itu. Martini melihat awas. Senjata di belakang pungungnya. "Hentikan" sebuah suara berasal dari belakang kami Dalam sekejap Martini menarikku ke belakang tubu