Zulfa Zahra El-Faza “Sugeng dalu, Cah Ayu.” Tepat setelah kata itu berbisik di telingaku, buyar sudah rasa kantukku. Tenggorokanku rasanya tercekat dan hidungku kehilangan fungsinya menghirup udara. Aku sampai membuka mulutku menarik masuk udara cukup banyak, jantungku menggila dan aku ingin menenangkannya. Ya Allah …. Ini pertama kalinya aku dan Gus Fatih dekat sedekat ini, tidak dalam mimpi. Darahku rasanya berdesir hebat sekarang. Apalagi bulu romaku, pasti sudah berdiri semua. Udara AC yang tadi sudah kusetel sedemikian rupa tidak terasa, suhu jadi gerah. Sungguh, saat ini aku ingin membalikkan badanku tapi tidak bisa. Tubuhku benar-benar membeku. “Mas?” Sangat lirih aku akhirnya berhasil bersuara. Entahlah, sudah berapa kali tadi aku menelan saliva. Tidak ada sahutan. Hanya a