bc

The Future Doctor

book_age16+
885
FOLLOW
14.1K
READ
love-triangle
sex
friends to lovers
doctor
drama
bxb
like
intro-logo
Blurb

Dia selalu bekerja "seperti biasanya". Memeriksa pasien "seperti biasanya". Dan menghabiskan jam istirahat di salah satu ranjang pasien, atau terjaga hingga pagi hanya untuk melewati jam jaga malam "seperti biasanya". Namun tanpa dia sadari, ternyata Ichiharada Nanase sudah meninggalkan banyak hal di masa lalunya.

Dia tidak pernah berpikir kalau kehidupan "seperti biasanya" yang dia jalani akan berubah.

Semua orang yang dia kenal selalu bisa membuatnya tertawa, bercanda bersama, berlari penuh semangat, dan mengejar waktu untuk nyawa seseorang. Sama seperti suara sirine ambulance yang selalu membuatnya bersemangat, semua hari yang dia habiskan terasa penuh tawa. Sampai hari yang tidak "seperti biasanya" datang pada Nanase, membawa seseorang yang mengatakan kalau dia mengenalnya.

"Seperti biasanya", harusnya kata itu yang pertama kali ke luar saat seseorang datang dan berkata kalau dia mengenalnya, harusnya "seperti biasa" juga mereka akan dipenuhi canda dan tawa, berpacu dengan waktu dan nyawa seseorang, tapi ... sejak orang itu datang, hari-hari Nanase tidak pernah terasa "seperti biasanya" lagi.

Amnesia Lakunar yang Nanase pikir tidak akan sembuh, perlahan kembali dan membawa rasa sakit itu lagi.

chap-preview
Free preview
Bab. 0.0
Tokyodai Hospital. 22/03/2015. 15:45 PM "Maaf, aku tidak melihat dia datang hari ini." Itu adalah jawaban dari orang kesekian yang Tomoyoshi tanyai, namun tak ada satupun yang mengatakan kalau mereka melihat orang yang sedang dia cari selama dua hari terakhir. Padahal, dia sudah mencari hampir kesemua tempat yang dia tahu saat dia tidak bisa menemukan orang itu di rumah sakit atau di kampus, atau toko makanan yang biasa dia datangi, tapi Tomoyoshi benar-benar tidak bisa menemukannya. Dia sudah berkali-kali coba menelepon nomer orang itu, namun ponsel dari nomer yang sedang dia hubungi selalu tidak pernah aktif, membuatnya hampir menyerah juga karena ponselnya terus ikut berdering setiap dia berhenti menelepon orang yang dia cari, membuatnya mengabaikan ponsel itu dan menaruhnya rapat dalam saku celana. Tomoyoshi tidak peduli pada siapapun saat ini, dia memilih mengabaikan seluruh dunia hanya untuk orang itu. Meski dia tidak bisa menghindari kesalahpahaman mereka, tapi setidaknya dia ingin punya kesempatan untuk meminta maaf. [{ "Aksi demonstrasi Anti Nuklir yang diadakan di depan perusahaan TEPCO - Tokyo, pagi tadi berlangsung ricuh. Demo yang dimulai sejak tanggal sembilan belas itu menjadi tidak terkendali, saat ada beberapa kelompok orang mulai melempari petugas dengan batu-batu kerikil dan botol-botol kaca berisi minyak tanah yang disulut api, hingga memicu petugas untuk melakukan tindakan. Dalam kejadian tersebut sedikitnya sekitar lima puluh orang terluka dan baru satu orang yang dilaporkan meninggal. Beberapa diantaranya adalah relawan medis yang bertugas memberikan air dan obat-obatan ringan untuk para petugas dan peserta demonstrasi." }] Televisi yang dipasang menggantung di dinding kafé itu jelas terdengar oleh semua orang termasuk Tomoyoshi. Seorang penyiar membawakan berita penuh kehati-hatian, suaranya bergetar setiap kali dia membacakan satu kalimat panjang, tapi tidak seorang pun sadar kalau kemudian dia menarik napas panjang untuk mulai mengatakan kalimat panjang lainnya yang menguras paru-paru. Demo serupa pernah dilakukan tahun 2011 lalu. Para pengelola perusahaan PLTN Fukushima yang masih rusak akibat gempa dan Tsunami di tahun sebelumnya. Pada masa itu, para pekerja dari KIPNWA — perusahaan Penyedia Listrik Tokyo — terus berjuang keras untuk memulihkan dan terus menstablikan pasokan listrik ke seluruh negeri, tapi karena bahaya yang dijanjikan oleh radiasi nuklir lebih besar, masyarkat lebih memilih untuk menolak pembangkit listrik itu kembali beroperasi. Dan sejak tiga hari lalu, demo kembali terjadi, untuk memprotes hal yang sama. Orang-orang itu bahkan terlihat lebih konyol dari sekedar membawa spanduk, tulisan-tulisan di atas karton warna-warni, atau hanya sekedar memakai kostum-kostum aneh untuk memprotes bahaya radiasi. Puncaknya, hari ini insiden itu terjadi. Satu orang tewas dan hampir delapan puluh orang terluka, siapa yang mengira kalau rumah sakit di sekitar sana akan sangat sibuk karenanya. Bahkan, beberapa tim dan staff medis dari rumah sakit Universitas Tokyo pun diminta untuk membantu beberapa rumah sakit di sana untuk menangani pasien-pasien tersebut. Sebenarnya, itu juga yang harus dilakukan oleh Tomoyoshi Katou, datang ke lokasi demonstrasi untuk membantu korban dan menjadi relawan medis untuk kegiatan tersebut. Namun, karena dia terlalu disibukan dengan orang yang tidak temukan selama dua hari ini membuat Tomoyoshi mengabaikan kalau kegiatan demonstrasi itu ternyata sudah memakan korban. Saat pembawa berita di televisi itu masih terus membacakan berita, telinga Tomoyoshi mulai mendengar beberapa orang yang mulai berkomentar tentang berita tersebut. Mereka memprotes semua kelakuan pemerintah yang tidak becus menangani masalah ini sejak awal, juga tentang bagaimana mereka memprotes kebodohan orang-orang yang melakukan aksi memalukan dan sia-sia seperti demo yang mereka lakukan. Semua protes yang mereka suarakan hanya akan seputar bagaimana mereka menagih janji pemerintah sebelum naik ke parlemen dan lain-lain, bahkan setelah itu obrolan orang-orang di kafé tersebut mulai menjalur pada hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan berita yang sedang mereka lihat. Semua omong kosong itu membuat telinga Tomoyoshi terasa sakit. Kepalanya juga terasa seperti mau pecah. "Maaf, tapi jika kau melihatnya datang, tolong hubungi aku." Suaranya terdengar serak. "Baiklah." Lonceng kafé itu berdenting saat Tomoyoshi membuka pintu. Kemana lagi dia harus mencari? Semua tempat sudah dia datangi, orang-orang yang mengenal Nanase bahkan sudah semua dia tanyai, namun tak ada satupun yang tahu di mana pria itu atau pergi ke mana? Ponsel dalam sakunya kembali berdering. Dia sangat ingin mengabaikan panggilan-panggilan dan pesan-pesan yang masuk ke sana sejak kemarin dari orang yang sama, namun saat dia ingat kalau dia meminta orang-orang yang dia tanyai untuk menghubunginya jika mereka melihat orang yang sedang dia cari sejak kemarin, Tomoyoshi memilih mengalah. Jemari lentik, panjang dan kurusnya meraih ponsel yang dia simpan rapat di dalam saku celana sejak tadi dan saat dia melihat siapa yang meneleponnya, Tomoyoshi kembali memasukan ponsel itu seolah dia tidak ingin berurusan dengan orang yang terus mencoba meneleponnya tersebut. Tangan Tomoyoshi bergetar saat dia mengusap wajah. Putus asa, kebingungan, dan marah sedang tercampur menjadi satu di kepalanya saat ini. Semua orang sudah dia tanyai sejak kemarin, ya, semuanya ... tapi masih ada satu orang yang juga belum dia lihat hari ini yang mungkin saja tahu tentang keberadaan orang yang coba dia cari? Kakinya yang sudah terasa lelah dia abaikan. Saat nama Prof. Asanami Tadaichi terlintas di kepalanya, berharap kalau orang yang dia cari memang sedang berada bersama Prof. Asanami Tadaichi, Tomoyoshi langsung berlari menuju ke Universitas Tokyo — gedung fakultas kedokteran, berharap mendapat jawaban. Namun, saat dia tiba di sana Prof. Asanami Tadaichi tidak ada di ruangannya, bahkan sejak pagi Profesor yang bertanggung jawab untuk fakultas kedokteran itu pun tidak datang untuk mengajar. Tangannya mengepal kuat, seolah ada segenggam kemarahan yang coba dia hancurkan di sana, mengubahnya menjadi kerikil pasir, melumatnya, lalu meniupnya seperti debu kemudian menganggap tak pernah ada apapun di sana. Tapi, apa jika dia benar-benar melakukan itu, semuanya tetap terasa sama? Jika saja dia masih diberi kesempatan, dia ingin meminta maaf pada orang itu, memeluknya dan mengatakan kalau yang terjadi hanya sebuah kesalahpahaman semata.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
122.1K
bc

The Prince Meet The Princess

read
183.4K
bc

Mrs. Rivera

read
47.1K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
123.0K
bc

True Love Agas Milly

read
199.6K
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
118.4K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook