bc

Sebatas Pengantin Pengganti

book_age18+
2.0K
FOLLOW
20.1K
READ
billionaire
HE
playboy
blue collar
sweet
bxg
brilliant
city
substitute
like
intro-logo
Blurb

"Ara, tante mohon jadilah pengantin pengganti untuk Attar ya!"

"Tante janji akan membantu pengobatan ayahmu."

Zahra benar-benar sangat bingung. Ia diminta menikah dengan Attar, kekasih sahabatnya sendiri.

Zahra tahu benar bagaimana sikap Attar padanya selama ini. Zahra tak mau jika harus menikah dengan orang yang jelas-jelas tak menyukainya.

Tapi, Zahra juga ingat pada ayahnya yang sedang sakit dan perlu dana untuk menjalani perawatan.Zahra tak mungkin mengabaikan kesehatan ayahnya yang terus menurun.

chap-preview
Free preview
Sebuah Keputusan Besar!
Di ruangan make up di belakang ballroom hotel, ketegangan mengisi udara saat Zahra dan Liliana saling berhadapan. "Ara, tante mohon jadilah pengantin pengganti untuk Attar ya!" desak Liliana sambil menatap tajam. Zahra menggeleng pelan, "Tapi tante, saya tahu perasaan Attar terhadap saya. Saya tidak mungkin juga menikah dengan calon suami sahabat saya." Liliana meraih tangan Zahra dengan penuh harap, "Tante janji akan membantu pengobatan ayahmu." Zahra merenung sejenak, pikirannya terbagi antara kesetiaan pada sahabatnya dan tanggung jawab untuk ayahnya yang sakit parah. Dia berbicara ragu, "Tapi Attar..." Ketika detik-detik berlalu dan Sandra, sahabat Zahra yang seharusnya menikah dengan Attar, belum juga muncul, ketegangan semakin meruncing. Liliana tidak menyerah, "Ara, Tolonglah. Tante hanya kamu yang bisa menyelamatkan nama baik keluarga tante." Mata Zahra beralih antara Liliana dan pemikirannya sendiri. Kemudian, mengingat penawaran Liliana untuk membantu ayahnya, Zahra akhirnya mengangguk dengan ragu. Senyum merekah di wajah Liliana, dan dia meraih Zahra dalam pelukan erat. "Kamu harus bersiap-siap, sebentar lagi akad harus segera dilaksanakan. Tante tidak mau Attar sial seumur hidupnya." Ketegangan dan perasaan campur aduk masih melingkupi Zahra, namun keputusannya sudah diambil. Dalam beberapa menit, dia akan berjalan menuju ballroom sebagai pengantin pengganti Attar, mengorbankan hatinya demi kesembuhan ayahnya dan nama baik keluarga Liliana. Beberapa saat kemudian, dalam cahaya gemerlap lampu dan hiasan bunga di ruang akad nikah, Liliana tidak dapat menyembunyikan senyumannya saat melihat Zahra berjalan dengan anggun menuju meja akad nikah, mengenakan gaun pengantin yang semestinya akan dipakai oleh Sandra. Senyuman Liliana mencerminkan rasa puas dan kepuasan karena berhasil membujuk Zahra untuk menjalankan perannya. Saat langkah Zahra semakin mendekati meja akad nikah, Liliana mendekatinya dengan langkah hati-hati. Dengan suara pelan, dia berkata kepada Zahra, "Ara, kamu sangat cantik. Terima kasih karena mau membantu tante." Liliana merasakan kebahagiaan mendalam karena berhasil mengendalikan situasi dan meraih apa yang diinginkannya. Kini, dengan Zahra di sisinya, Liliana merasa langkahnya untuk mempertahankan nama baik keluarganya. Attar duduk di kursi meja akad nikah dengan wajah yang terlihat malas, mengernyitkan keningnya saat melihat Zahra mendekat. Namun, ketika Zahra semakin mendekat, Liliana memberikan kode diam-diam pada Attar, yang membuatnya berusaha menyembunyikan ekspresi ketidaknyamanannya dengan tersenyum palsu. Attar pun memperlihatkan senyum yang terlihat dipaksakan saat Zahra tiba di dekatnya. Dia berdiri dengan ragu dan memandang Zahra, mencoba untuk tidak menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap situasi ini. Zahra duduk di samping Attar dengan perasaan bercampur aduk, sedangkan Liliana kembali ke kursinya dengan wajah lega. Setelah beberapa saat, prosesi akad nikah pun dimulai. Mereka berdua duduk dengan tegang, tetapi berusaha untuk menunjukkan kedamaian dan kerelaan di hadapan tamu-tamu yang hadir. Pandangan Attar dan Zahra bertemu beberapa kali, mencerminkan perasaan yang saling bertentangan di dalam hati mereka. Wali nikah Zahra diwakilkan oleh penghulu, karena saat itu ayah Zahra tak memungkinkan berada di sana. Sementara ibu Zahra sulit dihubungi karena sedang berjualan keliling. Zahra menikah tanpa dihadiri kedua orang tuanya. Hingga akhirnya dengan satu tarikan nafas dalam-dalam dengan suara yang agak bergetar namun tetap tegas, Attar mengucap, "Saya terima nikah dan kawinnya Zahra Azizah binti Budiarto..." Kata-kata itu keluar dari bibirnya dengan lancar, dan dia mencoba menjaga keteraturan suaranya walaupun hatinya masih terasa berat. Penghulu yang mengawal prosesi ini bertanya pada para saksi, "Bagaimana saksi sah?" Suara beliau penuh dengan wibawa dan ketenangan. Para saksi, yang sudah disiapkan dengan seksama, menjawab dengan lugas, "Sah!" Suara mereka berkumpul menjadi satu, memenuhi ruangan dengan kepastian yang mendalam. Dengan ucapan itu, penghulu mengumumkan bahwa pernikahan ini sah. Suasana meriah segera mengisi ruangan. Sorakan dan tepuk tangan riang menggema di antara dinding-dinding. Zahra dan Attar menjalani sesi pemotretan dan dalam sesi foto itu Attar sama sekali tak senyum. Setelah prosesi akad nikah selesai, suasana bergeser menuju resepsi pernikahan yang meriah. Tamu-tamu mulai berkumpul di ruangan yang dihias dengan indah untuk merayakan momen bahagia Zahra dan Attar. Musik mengalun lembut di latar, menciptakan atmosfer hangat dan penuh kegembiraan. Sebelum dimulainya resepsi pernikahan, Attar dan Zahra memasuki sebuah ruangan make up untuk berganti pakaian. Attar terlihat sangat dingin. Wajahnya menunjukkan ketidaknyamanan dan jarak yang jelas. Dia bahkan menghindari untuk melihat wajah Zahra, menciptakan suasana yang terasa tegang di antara keduanya. Sementara itu, di ruang make up, Zahra merasa sangat bingung dan cemas. Hidupnya berubah dengan cepat, dan tiba-tiba dia menjadi istri dari Attar Mahendra. Pikirannya berkecamuk antara perasaan takut, keterkejutan, dan kewajiban yang muncul begitu mendadak. Ketika resepsi pernikahan akhirnya dimulai, Zahra dan Attar tampil bersama di depan para tamu dengan senyum yang terpaksa. Meskipun canggung, mereka berusaha menampilkan keramahan di hadapan semua orang yang hadir. Namun, suasana tegang antara keduanya masih terasa, menciptakan ketidakpastian di balik senyuman mereka. Zahra dan Attar berdiri di depan para tamu undangan, menerima ucapan selamat dan doa restu dengan senyum terpaksa di bibir mereka. Beberapa tamu undangan saling berbisik-bisik dengan raut wajah yang penuh pertanyaan. "Pengantinnya kan seharusnya Sandra?" Sepertinya ada kebingungan mengenai status hubungan pengantin yang sebenarnya. Beberapa bisikan tersebut terdengar samar, namun cukup untuk menciptakan ketidaknyamanan di udara. Zahra merasa sangat malu dan tidak nyaman mendengar bisik-bisik tersebut. Dia merasa seperti sedang diperhatikan dan dijatuhkan pendapat oleh orang-orang di sekelilingnya. Namun, pandangan Liliana yang penuh dengan harapan membuatnya mengerti bahwa ia harus menjaga citra yang telah diciptakan. Liliana memberikan isyarat pada Zahra dengan senyum lembut, mengisyaratkan agar Zahra tetap tersenyum dan tidak memperlihatkan kekhawatirannya. Melihat pandangan dari Liliana, Zahra mencoba untuk mengatasi perasaannya sendiri. Akhirnya, dengan tekad yang kuat, dia mengabaikan bisikan-bisikan dan fokus pada momen bahagia ini. Zahra pun tersenyum dengan tulus, mengabaikan kata-kata orang yang berbicara di belakangnya. Dia memilih untuk menghargai momen ini dan menjalani perannya sebagai pengantin pengganti. Sementara itu di tempat lain Sandra perlahan membuka matanya dan merasa kaget saat menyadari dirinya berada di dalam ruang rumah sakit. Dengan tangan yang mengusap kepalanya yang terasa sakit, ia mencoba mencari jawaban atas situasi ini. Tapi saat itu juga, seorang perawat laki-laki memasuki ruangan itu dan menghampiri Sandra. "Saudari, mohon untuk tenang. Anda harus tetap berbaring dulu. Saya akan memeriksa keadaan Anda," ucap perawat itu dengan penuh perhatian. Sandra mencoba untuk duduk, namun perawat dengan lembut mencegahnya, mengingatkannya untuk tidak tergesa-gesa. Dengan hati-hati, perawat memeriksa kondisi Sandra. Di tengah pemeriksaan itu, ingatan mulai kembali kepada Sandra. Dia mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Dia menyadari bahwa seharusnya saat itu dia berada di ballroom hotel, siap untuk menikah. Namun, sekarang dia berada di rumah sakit, dengan keadaan yang sangat berbeda dari yang diharapkannya. Sandra mengangguk kepada perawat dengan ekspresi campuran kebingungan dan kecemasan. Setelah perawat selesai memeriksanya, Sandra pun mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia meminta izin pada perawat, "Pak, bisakah saya meminjam ponsel Anda sebentar?" Perawat itu mengangguk dan memberikan ponselnya pada Sandra, memberinya kesempatan untuk mencari tahu informasi lebih lanjut tentang apa yang telah terjadi selama dia tidak sadarkan diri di rumah sakit ini.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
115.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
202.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook