Bab 2

1247 Words
Dale Harvey memeriksa arlojinya. Pukul sembilan lewat lima belas menit. Pesta makan malam telah berakhir dua jam yang lalu dan sekarang para tamu undangan tengah menyibukkan diri di atas lantai dansa bersama pasangan mereka. Kakaknya, Bryant Harvey, tampak begitu senang ketika ia mengisi lima dari sepuluh kartu dansa milik Michelle Sharon yang dipuja-puja - seolah Dale peduli saja. Sharon adalah setan dari masa lalu Dale. Wanita itu mendekati Dale karena berpikir Dale akan mewarisi sebagian tanah milik Marquess of Cumberland[1], ayahnya, di London. Nyatanya, Dale bahkan tidak mendapat seperempat bagian-pun selain gelarnya sebagai Earl of Cumberland yang terbuang. Sementara Bryant, kakaknya, bukan hanya akan mewarisi gelar sang Marquess melainkan juga mendapat lebih dari setengah harta kekayaan di Manor Cumberland. Dale tidak peduli. Sejak dulu, Dale tidak tertarik dengan semua itu. Terlahir sebagai putra bungsu dari wanita bangsawan asal Inggris, dan menjalani masa kecilnya di London di bawah aturan ketat dan tata krama seorang bangsawan membuat Dale merasa hidupnya tidak akan bisa menjadi lebih buruk lagi. Bryant berpikir sebaliknya. Sebagai putra sulung Cumberland yang akan meneruskan gelar sekaligus menjadi pewaris utama seluruh estat Cumberland , Bryant sangat menikmati kehidupannya sebagai seorang bangsawan. Bryant adalah laki-laki elite yang hidup di bawah aturan ketat. Laki-laki itu nyaris tidak pernah terlibat dalam pertarungan fisik. Suka berdansa dan berpesta, menikmati kemewahan yang mengelilinginya dan laki-laki modern yang masih berpikir bahwa tiap-tiap orang dibedakan dari kastanya. Bukan hanya karena sikapnya yang selalu dibanggakan, tapi juga karena Bryant menjadi satu-satunya putra yang cukup dekat dengan John Clifton Harvey, Marquess of Cumberland, ayahnya. Diusia remaja, Bryant telah menjadi kesayangan sang Marquess. Laki-laki yang terpaut usia tiga tahun lebih tua dari Dale itu lulus sebagai mahasiswa dalam Universitas tebaik di London. Kemudian, Bryant membuat John bangga ketika laki-laki itu memutuskan untuk menggeluti semua kegiatan politik demi meneruskan gelar John Clifton sebagai seorang senator. Bukan berarti Dale tidak berbuat apa-apa untuk kemajuan Harvey. Dale senang bekerja dalam pemerintahan. Ia pernah menghabiskan lima tahun dalam hidupnya dengan mengabdi sebagai seorang mata-mata yang bekerja untuk negara. Tapi hanya lima tahun sebelum pekerjaan itu akhirnya menyeret Dale ke dalam masalah yang tak terhindarkan. Kesalahan Dale ia berada di waktu dan tempat yang salah sehingga ketika seorang pengkhianat dalam birokrasi menuduh Dale terlibat dengan para pelaku kriminal, Dale tidak punya alibi untuk menyanggah tuduhan itu. Karena peristiwa itu Dale dikeluarkan dari pekerjaannya. Kesalahan itu seakan tidak pernah termaafkan di mata John Clifton. Sekeras apapun Dale berusaha membuktikan kebenarannya, John hanya akan memandang Dale sebelah mata. Tapi setelah tiga tahun berlalu, Dale sudah membiasakan diri dengan sikap John. Suatu hari ketika Dale semakin tidak tahan dengan sikap John, ia memutuskan untuk kembali menempati penginapannya di Boston. Dale hanya pernah menempati penginapan itu dalam beberapa tahun, saat ia masih bersekolah di MIT[2]. Berbanding terbalik dengan kehidupannya di London, Dale cukup yakin kalau ayahnya akan berkomentar keras terkait tempat tinggal dan teman bergaulnya. Tapi John tidak cukup peduli. Kelihatannya Dale tidak akan menempati bagian terkecil di hati John sekalipun. Bryant telah menjadi satu-satu putra yang dimilikinya. Dale cukup beruntung karena ia mengenal Hugh Davisson. Seorang alumni MIT dan kini menjadi pemimpin dalam organisasi penyelidikan swasta yang baru berdiri sejak dua tahun yang lalu. Hugh adalah pria misterius dengan sejumlah pengalaman buruk yang dialaminya semasa ia masih bersekolah di MIT. Pria itu bersama teman terdekatnya Clay, menolak untuk menceritakan masa lalu mereka yang kelam dan memilih hidup untuk apa yang mereka hadapi sekarang. Baik Dale dan agen lainnya yang bekerja untuk Hugh menolak untuk menggali hal itu. Dale berpikir bahwa masing-masing dari mereka memiliki pengalaman buruk yang lebih baik jika mereka simpan sendiri. Kini, berdiri di atas lantai dansa dan memandangi orang-orang berkeliaran di hadapannya sambil menggandeng pasangan mereka masing-masing membuat Dale tidak bisa merasa lebih bodoh lagi. Sejak acara makan malam itu dimulai dengan Bryant sebagai tuan rumahnya, Dale sudah berniat hengkang secepat mungkin. Tapi Dale mengurung niatnya begitu melihat John berdiri di sudut ruangan dan terus menatap dengan sinis ke arahnya: seolah pria itu tau kalau tidak berbeda dari sebelumnya, sikap Dale yang suka meninggalkan pesta akan mempermalukannya di hadapan tamu undangan. Clay, Judd dan Ben saat itu datang sebagai penolong. Masing-masing dari mereka mengenakan setelan yang seragam dengan Dale berupa kemeja, cravat[3] dan jas yang tampak mencolok. Tampilan itu membuat mereka terlihat aneh ketimbang memesona. Pasalnya, mereka mengaku tidak pernah menghadiri acara pesta sebesar dan seresmi itu dan mereka tidak punya cukup ide tentang pakaian yang cocok. Jadi, mereka tampil seadanya. Clay menjadi orang kedua setelah Dale yang tidak berhenti mengeluh di sepanjang pesta. Laki-laki itu terlahir dan dibesarkan oleh seorang peternak asal Texas. Ia tidak berpakaian sopan dan berbicara lembut setiap saat. Pengalamannya sebagai seorang pemukul yang bekerja untuk bankir asal Amerika, ditambah lagi deretan keterlibatannya dalam kasus ilegal, membuat Clay merasa bodoh ketika ia harus hadir di antara para bangsawan elite asal London. Tapi Dale telah memaksa Clay berjanji untuk menghadiri pesta itu. Hasilnya tidak begitu baik. Dengan reputasinya sebagai pecandu alkohol dan seseorang dengan tempramen yang tinggi, Clay mabuk di sepanjang pesta sembari terus mengeluh. Dale berharap Hugh hadir di sana untuk membantunya menenangkan Clay, tapi Hugh berhalangan untuk hadir. Dale hanya perlu mensyukuri keberadaan Judd dan Ben yang setidaknya membuat situasi menjadi sedikit lebih menyenangkan untuknya. "Pria cantik itu menggandeng tangan pacarmu, apa kau tidak cemburu?" Ledek Clay ketika ia, Judd dan Ben bergabung bersama Dale di tengah pesta. Dale mendengus cukup keras. Ia tahu persis panggilan khusus yang diberikan Clay untuk Bryant. Dale merasa berdosa karena ia menyetujui hal itu. Bryant memang seperti 'pria cantik' dengan wajah bersih tak bercela, sepasang bola mata berwarna biru terang seperti milik ibu mereka dan telapak tangan yang lembut juga kuku-kuku jari yang terawat. Dale tidak ingat kalau ia pernah melihat Bryant bercukur, tapi laki-laki itu nyaris tidak memiliki rambut yang tumbuh di sekitar rahangnya yang panjang. Segala hal tentang Bryant menggambarkan sosok bangsawan pada umumnya. Dale berani bertaruh untuk hidupnya kalau Bryant juga tidak pernah memegang senjata. Itulah mengapa John lebih menyayangi Bryant. Pria itu membutuhkan seorang putra yang tidak melibatkan diri dalam kegiatan berbahaya seperti berurusan dengan para kriminal dan senjata berbahaya. Tidak seperti kau.. "Kalau yang kau maksudkan adalah Michelle Sharon, aku sama sekali tidak merasa cemburu." "Benarkah?" Clay memandang ke lantai dansa tepat di mana Bryant dan Sharon berputar dengan keanggunan seorang putri dan pangeran. Mereka memang cocok, pikir Dale. Mungkin mereka diciptakan untuk satu sama lain. "Aku beruntung sekali hadir di sini," Ben yang tampil memukau dengan setelan jas tampak tidak mengacuhkan perdebatan teman-temannya. Laki-laki itu terus memusatkan pandangannya pada seorang wanita berambut pirang dengan balutan gaun satin berwarna hijau terang yang berdiri di sudut ruangan. Seluruh hal tentang wanita itu persis seperti yang diinginkan Ben: cantik dan bertubuh montok. Ben nyaris tidak melewatkan saat-saat untuk memikat setiap wanita. Tapi itu adalah hal yang biasa. Masalahnya Ben menyukai semua wanita dan Dale tidak akan mempertanyakannya. "Kau kenal wanita itu?" Bisik Ben yang berdiri bersampingan dengan Dale. "Itu Lady Philippa." "Philippa.." Ben mengulangi nama itu seolah tengah berusaha mengingatnya. "Hati-hati. Ibunya tidak terlalu ramah." Ben tertawa cukup keras. "Aku tidak datang untuk bicara dengan ibunya. Kalau kalian ingin menghabiskan sisa pesta ini dengan hanya berdiri seperti orang bodoh, silakan. Aku ingin menikmati pestanya." Jauh sebelum Dale memberi peringatan lebih, Ben telah berjalan menghampiri sang Lady. Dale memerhatikan rekannya dan merenggut ketika mengetahui Ben mampu begitu cepat memikat sang Lady dan membawanya ke atas lantai dansa. Sementara Judd sibuk membenahi keliman jasnya, Dale mendengar Clay mengerang di sampingnya. "Di mana kamar kecilnya?" ujar Clay. "Aku mau muntah."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD