“Kamu ... mau apa kembali ke Bandung?” Usai makan bersama, Bi Sumi menghampiri aku ke rumah dan mengajak bicara. “Sepertinya aku harus menemani Rasya, Bi.” Aku mencoba untuk meyakinkannya. “Emmm.” Bi Sumi terdiam dengan wajah menunduk sedih. “Neng Shanum, maaf jika selama ini kamu mengkhawatirkan bibi dan membuat kamu melakukan semua ini.” Dia memberiku tatapan yang nanar. Aku jadi heran dengan reaksinya. “Memang aku melakukan apa? Semua yang aku lakukan membuat aku bahagia, Bi. Termasuk segala sesuatu yang aku lakukan untuk bibi.” Entah kenapa, suasana mendadak jadi tidak enak begini. Sejak tadi, aku merasakan sesuatu yang membuat tidak nyaman. Bahkan dari pembicaraan paman dan bibi saat kami makan bersama. Bibi tidak menjawab, dia benar-benar hanya mengusap helai demi helai