Pada akhirnya, aku pun mengalah dan bangun untuk membuatkan Rasya secangkir kopi. Pria itu sendiri kini sedang berada di depan. Menghabiskan waktu dengan permainan di ponselnya, sambil sesekali berteriak, entah itu teriak kegirangan, entah itu teriakan berkeluh kesah. Membuat secangkir kopi itu tidak lama, hanya butuh beberapa menit saja, semua sudah tersaji. Tapi yang membuat lama adalah menghadirkan rasa kantuk lagi. Meski aku berbaring dan memejamkan mata, rasanya otakku masih saja sadar dan tidak mau terlelap. Segala bunyi yang terjadi di sekitar, terasa menjadi irama pengganggu dan membuat aku terus membayangkan sumber bunyi itu. Balik ke kanan, balik ke kiri, balik bantal ke belakang, balik lagi ke depan, sampai posisi kepala ini di bawah bantal pun masih saja tidak bisa terp