Suara nyamuk memecah keheningan. Musim hujan di daerah pesisir, rentang dengan kedatangan nyamuk untuk mengeroyok tempat tinggal kami. Masih bertatapan dengan sejuta tanya dalam kepala. Rasya memegangi tanganku tanpa berkata apa-apa. Seakan diamnya menunjukkan jika dirinya sedang menaruh harapan besar dalam jawabanku. Dia meminta kesediaanku untuk kembali bersamanya, bila aku sudah tahu alasannya. Hanya saja, aku tak berani untuk memastikan itu. Apa pun penyebab dia pergi, itu hanya masa lalu. Sementara hati ini sudah terlanjur luka dan tak bisa sembuh begitu saja. “Setidaknya aku tahu dulu apa yang menjadi alasanmu, Rasy. Apa pun itu, aku ... butuh waktu. Kau harus mengerti,” ucapku dengan suara yang bergetar. Genggamannya melemah, tapi belum terlepas. Namun aku yang terburu-buru