“Bibi hanya salah dengar saja.” Rasya pun mendekati bibi dan memegang pergelangannya. Sementara di posisiku, aku merasa tak karuan dan bingung harus menjelaskan apa. “Lantas, yang bibi dengar barusan? Hubungan siapa yang kandas kalau begitu?” tanya bibi yang masih menunjukkan ekspresi tak percaya. “Tidak ada, Bi!” timpal Rasya sambil menengok ke arahku. Maka aku pun mengangguk untuk mengiyakan ucapan Rasya. “Benar, Bi! Tidak ada! Hubungan siapa yang kandas? Bibi hanya salah dengar saja!” Aku berjalan mendekat ke arah bibi. Lalu dia mengulurkan tangan untuk memelukku. “Bibi takut sesuatu yang buruk menimpamu, Neng!” ujar Bibi yang tampak begitu mengkhawatirkan aku. Dia mengusap perlahan pada bahu dan juga belakang kepala ini. Bagaikan seorang ibu yang merasa terpukul jika sesuatu