“Haruskah kita menikah lagi?” Ucapannya membuat kepalaku sakit. Kata-kata itu membuat pandangan ini terasa berputar hingga aku memejamkan mata. Suara yang kudengar dari mulut Rasya, bagaikan sebuah gema yang terus terulang. Akan tetapi ciuman ini masih belum selesai dan telah membuatku semakin berkeringat. Dia memegangi tanganku hingga aku kesulitan untuk berontak. Belum lagi pandangan mata ini semakin terasa gelap. Aku merasa berada di sebuah mobil, tapi ini terlalu gelap untuk siang hari. “Rasy, pergilah,” lirih aku mencoba untuk mendorong agar dia pergi. Dengan tangan yang masih digenggam olehnya, aku ingin membanting genggaman ini dan berlari menjauh. Tapi nyatanya tangan Rasya semakin menggenggam pergelanganku dan terasa begitu menyakitkan. Kita tidak boleh seperti ini dan ak