Ada perasaan kehilangan, ketakutan, dan juga bersalah. Semalam, orang yang dikirim oleh Bu Laura untuk menjemput Rasya datang dan membawa dia dari puskesmas. Baju-baju Rasya sebagian sudah aku kemas dan dibawa oleh mereka. Tapi sebagian lagi masih perlu disetrika dan ada di rumahku. Setiap melihat ke arah kamar depan, aku selalu teringat pada Rasya. Kepergiannya yang mendadak benar-benar menyisakan lubang di hati. Tidak ada satu pun yang menjelaskan padaku kenapa Rasya seperti itu. Paling lama orang pingsan hanya satu sampai dua jam, tapi ini .... Dia berjam-jam tak sadarkan diri. Dari pihak kesehatan di puskesmas pun tak berkata apa-apa kepadaku mengenai penyebab Rasya seperti itu. “Neng!” Suara panggilan dari luar membuat aku tersadar dari lamunan. “Sudah makan?” tanya orang