Mendadak ruangan ini pun hening. Semua menatap ke arah Rasya. Termasuk si poni melengkung dan juga orang-orang di sekitarnya. “Barang siapa yang ada di mobil Pak Rasya?” “Pak Ketua sedang ngomong sama siapa?” “Itu yang diajak ngomong Bu Shanum, bukan?” Orang-orang bertanya-tanya, tapi karena tatapan mata Rasya tertuju padaku, hal itu pun membuat aku pura-pura tak tahu. Dengan santai aku menghampiri Bella dan juga Pak Wira yang sudah usai mengobrol. “Mana berkasnya?” tanya Bella padaku. “Oh, itu, tadi Pak Rasya suruh orang untuk membawa ke ruang arsip.” Kalau aku tidak mencatut nama Rasya, bisa dipastikan bibir orang ini akan ikut melengkung seperti poninya. “Oh, gitu! Itu tadi beliau ngomong sama siapa? Barang-barang kamu yang sudah ada di mobil Pak Rasya? Kok bisa?” Sambil b