Tanganku ragu untuk menekan tombol ikon panggil dalam layar ponsel karena ibu jari ini sedikit bergetar. Bukan, aku tidak menderita tremor, aku hanya gugup dan merasa tak mampu melakukannya. “Aku harus bicarakan ini dengan Bu Laura! Setidaknya, jika aku harus bekerja lagi di yayasan, sebaiknya aku masuk ke pusat saja daripada harus di sini,” gerutuku tidak mengubah apa-apa. Hal itu malah menjadi bumerang, karena terdengar oleh ‘senior’ berponi melengkung yang tiba-tiba mengetuk ujung mejaku. “Hei! Baru masuk saja sudah berlaga! Ayo cepet diberesin barang-barangnya sendiri, pekerjaan kita banyak! Jangan dipikir orang yayasan itu lebih santai dari guru, ya!” Dia berkata usai aku mendengar tiga ketukan di atas meja. Bibirnya menebal dan menipis ketika bicara. Aku jadi tidak bisa menan