Ciuman terakhir

1073 Words
"Bukan nak dia bukan papamu" Vina takut semuanya terbongkar. Raka mendapatkan penerawangan jika om yang ada dihadapannya ini adalah papanya. "Siapa dia Vina?!" tanya Raisa. Wajah Raka mirip dengan suaminya Harry. Kok bisa ada kebetulan seperti ini. "Dia anaknya Stefani temen aku di Australia ma" jawab Vina gugup. "Mama kok bo.. mmpphhhh" belum selesai bicara Vina membekap mulut Raka. "Anaknya Stefani? dia hamil duluan? setau mama dia belum nikah? " Raisa geleng-geleng kepala melihat pergaulan anak jaman sekarang. Untung saja Vina tidak seperti itu. "Ya begitulah ma, tolong jangan bahas itu sekarang tidak enak sama Raka. Aku permisi sebentar ma" Vina membawa Raka keluar dari sana. Dia tidak ingin Raka mengatakan hal yang tidak-tidak. Diluar baru Vina melepaskan bekapannya pada mulut Raka. "Mama kok bohong sih sama nenek, trus om tadi papa aku kan ma? " tanya Raka. "Nak.. jangan beritahu mereka kalau kau anaknya mama" pinta Vina. Dia bukannya tidak mau mengakui Raka sebagai anaknya. Hanya saja Vina menunggu waktu yang tepat. Dia tidak mungkin menghancurkan rumah tangga mamanya. "Situasinya rumit sayang. Berjanji sama mama ya? " Vina mengulurkan jari kelingkingnya pada Raka. "Baiklah ma" Raka mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking mamanya. Setelah itu Vina memeluk Raka. Dia merasa bersalah pada Raka karena tidak bisa memberikan keluarga yang utuh untuk anaknya. Vina mulai berpikir untuk menikah dan mempertimbangkan tawaran Zayn. "Eh anaknya papa Zayn. Ini ada es krim untukmu" Zayn memberikan eskrim yang baru dia beli. Biasanya anak-anak suka makan es krim. "Maaf paman aku tidak makan eskrim. Makan eskrim secara berlebihan bisa menyebabkan obesitas, sakit gigi, gangguan tidur, penyakit jantung, dan kesehatan usus menurun" ujar Raka. Zayn hanya melongo mendengar penjelasan Raka. Anak seusia Raka sudah bisa berpikir dewasa. Vina hanya tertawa geli melihat ekspresi Zayn. "Vina.. kamu ngidam apa sih dulu pas bunting nih anak? kamu makan buku tiap hari? " tanya Zayn sambil menyenggol bahu Vina. "Ya nggaklah!! memang Raka berbeda dengan anak seusianya. Dia juga bisa meramal masa depan loh" "Benarkah?! coba ramal masa depan om dan mamamu sayang!! " tanya Zayn antusias. "Masa depan om rumit.. kusut kayak kaset rusak. Aku melihat seorang wanita tapi itu bukan mama.. wanita itu marah-marah karena om lupa bayar token listrik" ucap Raka. "Hahahahaha" tawa Vina. Raka memang suka sekali mengerjai orang. "Mana mungkin sayang om susah bayar token listrik. Om janji akan membahagiakan mamamu. Kamu mau kan menerima om sebagai calon papamu?! " "Tergantung sih om. Calon papaku itu harus lebih pintar, lebih kuat, dan lebih menyayangi mama daripada aku" "Baik om akan melakukannya sayang" Zayn semangat untuk membuktikan dirinya adalah pria terbaik yang pernah ada. Raka dan Vina hanya tertawa melihat Zayn yang antusias sekali. *** Raka tinggal bersama Vina. Kakek senang sekali ada anak kecil di rumahnya. Dia cepat akrab dengan cucunya itu. Meski dia tidak tau jika Raka adalah cucu kandungnya. Kakek dan Raka bermain di ruang keluarga. Berkali-kali Raka dapat mengalahkan kakek. "Wah kamu hebat cucuku!! bagaimana bisa kamu sepintar ini" puji kakek. "Biasa saja kok kek ini permainan yang mudah " Raka sudah biasa bermain catur dengan paman Gerald. Kakek sampai kehilangan kata-kata. Andai saja Raka cucunya sudah ia sekolahkan setinggi-tingginya dan tanpa pikir panjang dia akan mewariskan perusahaannya yang sekarang dipegang oleh Daniel anaknya yang bandel dan bodoh. Harry dan Raisa baru pulang dari rumah sakit. Harry memutuskan untuk rawat jalan. Dia bosan berada di rumah sakit apalagi tidak melihat Vina. "Papa!! " Raka berlari ke arah Harry lalu memeluknya sampai membuat Harry kaget dibuatnya. "Sayang dia bukan papa kamu" ucap Raisa tak nyaman saat ada seorang anak memanggil Harry papa. "Ini papaku!! " tegas Raka tak ingin melepaskan pelukannya. Harry berusaha menggendong Raka dengan sebelah tangannya. Entah kenapa hatinya menghangat melihat bocah laki-laki itu. Takdir sudah membawanya untuk bertemu Raka yang mirip dengan dirinya saat masih kecil dulu. Apakah ini jawaban Tuhan untuknya. "Sayang tangan kamu kan masih sakit" tegur Raisa. "Tidak apa-apa sayang" ucap Harry. Raka juga tidak terlalu berat dalam gendongannya. "Siapa nama kamu nak? " tanya Harry pada Raka. "Namaku Raka Anugerah pa" jawab Raka. Harry teringat pada masa lalu saat ia berpacaran dengan Vina. Mereka dulu berandai-andai jika memiliki anak laki-laki akan memberikan nama Raka dan jika perempuan namanya adalah Rika. "Nama yang bagus nak. Siapa nama mama dan papamu? " "Nama mamaku... " belum selesai Raka bicara Vina datang dan mengambil Raka dari gendongan Harry. "Raka.. kamu gak boleh minta gendong KAKEK Harry. Tangannya kan sakit" tegur Vina. "Maaf ma" "Minta maaf sama kakek Harry" suruh Vina. "Maaf ya kakek Harry" ucap Raka membuat Raisa tertawa terbahak-bahak. "Aduh perutku. Tidak terasa kita berdua sudah jadi kakek nenek sayang. Yasudah papa kan butuh banyak istirahat. Ayo kita ke atas dulu" Raisa kemudian menuntun tangan Harry untuk naik ke atas kamar. Malam harinya... Vina membacakan dongeng pengantar tidur untuk Raka. Setelah memastikan Raka tidur Vina keluar dari kamar karena tidak bisa tidur. Zayn sudah pindah ke rumah barunya. Vina kesepian di rumah besar ini. Saat Vina berjalan-jalan di taman dia melihat Harry duduk di bangku taman sendirian. "Vina" panggil Harry. Vina awalnya ingin berbalik pergi tapi karena Harry memanggilnya dia urung melakukannya. "Ada apa pa? " tanya Vina. "Duduklah disini" Harry memintanya duduk disampingnya. Vina berjalan mendekati Harry dan duduk di sampingnya. Baru kali ini mereka duduk sedekat ini. "Kamu tidak bisa tidur? " tanya Harry basa-basi. "Iya pa" jawab Vina canggung. "Maafkan aku Vina. Dosaku terlalu besar padamu. Aku benar-benar pria b******n yang tak bertanggung jawab" sesal Harry. "Tidak apa-apa pa. Semuanya hanya masa lalu. Tolong bahagiakan mama dan lupakan aku. Sekarang aku adalah anakmu pa" Vina merasa dadanya sesak saat mengatakannya. Harry begitu merindukan Vina. Ingin sekali dia memeluk dan mencium Vina untuk terakhir kalinya. "Boleh papa minta sesuatu untuk terakhir kalinya? " tanya Harry ragu. Bisa saja Vina menolaknya "Apa itu pa? " tanya Vina. "Papa ingin memelukmu untuk terakhir kalinya" pinta Harry. "Baiklah pa" Harry senang Vina mengizinkan dirinya untuk memeluknya. Ia dekap tubuh Vina dalam pelukannya. Wanginya masih sama. Perasaan Harry masih berdebar saat berdekatan dengan anak tirinya itu. Tiba-tiba saja Harry mencium Vina. Awalnya Vina kaget dan ingin melepaskan ciumannya tapi Harry memohon untuk agar Vina tidak pergi "Sebentar saja" pintanya memohon. Vina memejamkan matanya. Hanya kali ini saja dia membiarkan Harry menciumnya. Mereka berciuman kembali melepaskan rasa rindu selama 5 tahun berpisah. Harry kemudian berhenti dan mengusap bibir basah Vina. "Bibirmu selalu terasa manis" puji Harry hingga membuat Vina memalingkan wajahnya malu. Dari jauh ada yang memperhatikan mereka. "Menarik" gumam orang itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD