Vina mendaftarkan Raka sekolah di TK. Raka sangat antusias karena dia akan mulai sekolah dan bertemu teman-teman sebayanya.
"Ma nanti aku mau diantar sama papa"ucap Raka. Dia begitu dekat dengan Harry. Dimanapun ada Harry maka disitu juga ada Raka. Harry juga tidak merasa keberatan dengan keberadaan Raka di dekatnya.
" Mama kan bisa antar Raka ke TK. Papa Harry sibuk sayang" balas Vina.
"Nggak mau!! pokoknya sama papa Harry!! " tegas Raka. Dia berlari menuju kamar Harry. Saat Raka membuka pintu kamarnya, Harry sedang berciuman dengan Raisa. Sontak mereka kaget dan menghentikan aktivitas mereka.
"Raka kamu gak boleh sembarang masuk ke kamar orang" tegur Vina marah. Dia tak enak hati karena anaknya itu mengganggu Harry dan Raisa lagi. Jujur Raisa merasa terganggu dengan anak itu. Dia tidak menyukainya. Anak itu merebut perhatian Harry darinya.
Raisa merapikan kembali pakaiannya yang terbuka. Gagal sudah niatnya untuk bercinta dengan Harry. Raisa mendekat dan memarahi Raka di depan Vina.
"Anak kurang ajar!! cepat pergi dari sini!! Vina awasi anak ini kalau bisa pulangkan saja pada mamanya disana!! " bentak Raisa emosi.
"Raisa!! " seru Harry. Dia tidak suka melihat Raisa memarahi Harry.
"Dasar nenek peyot serakah!!" hardik Raka lalu menjulurkan lidahnya di depan Raisa. Setelah itu Raka berlari menjauh dari sana. Raisa tak menyangka anak sekecil itu mengatai dirinya nenek peyot. Apakah dia setua itu? Raisa langsung berkaca di cermin. Kerutan mata dan area pipinya sedikit terlihat. Sepertinya hari ini dia harus ke dokter kecantikan untuk tanam benang.
"Mas aku harus pergi konsul ke dokter wajah, kamu gapapa kan aku tinggal? " tanya Raisa sambil bersiap-siap untuk pergi.
"Iya tidak apa-apa" Harry lebih memilih bekerja dirumah saja. Malas ngantor mulu.
"Oke aku pergi dulu sayang" Raisa mencium sekilas bibir Harry lalu pergi. Tak lama kemudian Harry keluar dari kamarnya. Tak sengaja Raka menabrak tubuhnya. Dia sedang lari dari kejaran Vina. Raka bersembunyi di belakang tubuh Harry.
"Raka cepat pakai sepatunya. Kita nanti terlambat" ucap Vina dengan nafas tersengal-sengal.
"Tidak mau!! kalau hari ini papa Harry tidak mengantar Raka pokoknya Raka tidak mau sekolah!! " bantah Raka.
"Raka.. dengarkan kata mamamu ya nak. Raka kan anak yang baik tidak boleh melawan apa kata orang tua" nasehat Harry sambil menunduk mensejajarkan tingginya dengan Raka.
"Baik pa" jawab Raka menurut. Dia lebih nurut dengan papanya. Vina menghela nafas legah. Akhirnya Raka mau memakai sepatunya.
"Papa mau antar Raka kan? " tanya Raka.
"Iya sayang ayo ikut papa" Harry menggendong Raka. Vina hanya mengekor dari belakang mengikuti mereka.
Mereka masuk ke dalam mobil. Raka dan Harry duduk di depan sedangkan Vina duduk di belakang. Raka tampak senang sekali diantar sekolah oleh papa dan mamanya. Tanpa sadar air mata Vina menetes. Dia bahagia jika putranya juga bahagia.
Sesampai di TK, Harry menuntun tangan Raka untuk masuk di kelas. Semua mata ibu-ibu disana menatap Harry dengan tatapan mengagumi.
"Papa mama Raka masuk dulu ya" Raka mencium tangan Harry dan Vina bergantian.
"Iya nak belajar yang rajin ya nanti papa jemput lagi. Jangan kemana-mana dan tunggu disini jika sudah pulang ya" pesan Harry.
"Baik pa!! " jawab Raka lalu mencium pipi Harry sebelum masuk ke kelas.
"Aku disini saja pa menunggu Raka. Papa pulang aja duluan" ucap Vina.
"Pulang saja nanti aku akan menjemput Raka sebelum jam pulang. Disini membosankan. Ayo ikut papa" Harry memegang tangan Vina untuk mengikutinya. Vina menurut saja saat Harry mengajaknya pulang.
Mereka akhirnya masuk kedalam mobil. Tapi mobilnya bukan menuju kerumah tapi ke arah apartemen Harry yang lama. Dimana Harry dan Vina selama ini memadu kasih.
"Pa kenapa kita kesini? " tanya Vina heran.
"Ada barang yang harus papa ambil" jawab Harry beralasan.
"Kalau begitu aku disini saja pa" Vina tidak mau kesana lagi. Banyak kenangan diantara mereka disana.
"Kamu bilang kamu haus. Ayo ikut papa disana ada minuman dingin" ajak Harry. Vina berpikir sebentar. Tidak mungkin juga Harry berbuat macam-macam padanya. Dia akhirnya setuju untuk ikut dengan Harry masuk kedalam apartemen.
Saat baru masuk ke dalam apartemen itu, jantung Vina berdegup kencang. Dia melihat kondisi apartemen itu tidak berubah sama sekali. Bahkan foto-foto mereka saat pacaran masih terpasang disana.
"Kamu ambil saja di kulkas dekat dapur. Papa mau mengambil sesuatu di kamar" ucap Harry kemudian langsung masuk kedalam kamar. Vina masih terpaku melihat foto-foto masa lalu mereka disana. Tanpa sadar Vina menangis. Mengapa takdir tidak bisa menyatukan mereka. Meskipun rasanya masih sama tapi keadaan sudah banyak berubah. Harry sudah menjadi milik mamanya. Dia tidak ingin kebahagiaan mamanya hancur.
"Vina? kamu belum ambil minuman di kulkas? " tanya Harry sambil menghampirinya. Vina dengan cepat menghapus air matanya. Dia tidak ingin Harry tau jika dia habis menangis.
"Kenapa papa tidak membuang foto-foto ini pa? " tanya Vina dengan getir. Harry melihat foto-foto mereka saat pacaran dulu. Dia memang sengaja tidak membuangnya sampai sekarang.
"Mana mungkin aku membuangnya Vina. Sampai saat ini cintaku masih sama untukmu. Aku memilih menyimpannya disini. Berharap jika kamu mau kembali lagi padaku" jawab Harry sambil memegang tangan Vina lalu menciumnya. Vina tak mampu menahan tangisnya. Dia sangat ingin memiliki Harry tapi dia tidak bisa melakukannya.
"Vina aku masih mencintaimu sayang" Harry memagut bibir Vina. Setelah itu Harry mengangkat tubuh Vina dan merebahkannya di atas sofa. Mereka terbawa suasana dan saling melumat satu sama lain. Tiba-tiba saja Vina mendorong tubuh Harry. Dia tidak ingin melakukan perbuatan yang lebih jauh dari ini.
"Pa sudah jangan teruskan. Aku tidak aku menyakiti mama"
"Vina aku ingin dirimu sayang kali ini saja aku merindukanmu" Harry terus memohon dan terjadilah perbuatan terlarang di antara mereka. Harry merasakan kenikmatan yang sudah lama tidak dia rasakan. Milik Vina masih sama seperti dulu. Dia melumat kembali bibir Vina yang selama ini menjadi candu untuknya. Masih terasa manis.
"Ahh papa pelan pa sakit" ringis Vina saat Harry mendorong lebih dalam miliknya.
"Ahhh milikmu sempit sekali sayang.. beda sama punya mama kamu.. sttt.. ouhh" desah Harry sambil memaju mundurkan miliknya dengan cepat. Mereka bercinta selama setengah jam .
"Pa aku mau c*m!! ouhh"
"Bersama baby" mereka mendapatkan klimaks bersama sampai nafas mereka terengah-engah. Vina menyesal melakukan ini. Harusnya dia lebih tegas dan bisa menolak. Tapi pesona Harry tak bisa ia singkirkan begitu saja. Mereka saling menginginkan. Apakah kali ini Vina harus lebih mementingkan egonya?
"Pa jangan lakukan lagi. Ingat mama pa" sesal Vina.
"Jangan pikirkan mamamu. Selama kami menikah dia juga berselingkuh dibelakangku"
"Apa?! tidak mungkin pa. Mama orang yang baik dan setia. Tidak mungkin mama melakukannya!! " ucap Vina tak percaya.
"Dia selingkuh dengan papa kandungmu Vina. Tapi baru-baru ini Edward menghilang. Selama ini aku diam saja karena aku sama sekali tidak mencintai mamamu" Harry kembali mengecup bibir Vina sekilas.
"Tetap saja ini salah pa. Selama papa menjadi milik mama jangan pernah sentuh Vina lagi" peringatnya lalu kembali memakai pakaiannya.