“Kak Bella!” Samar-samar suara itu terdengar di indera Bella. Pandangannya mulai stabil, menatap langit-langit ruangan berwarna putih. Masih dirasakannya genggaman di jemarinya. Suara nada khawatir yang sangat familiar. “Kak Bella di sini dulu, biar aku panggil dokter!” Saat pria muda itu hendak pergi, tangannya ditahan oleh genggaman lemah Bella. “Sebentar, Ndra!” Andra, adik kandung Bella itu duduk kembali. Betapa khawatirnya dia sebab sang kakak semalaman lebih, enggan membuka mata. “Bebi gimana?” “Apaan, sih!” Andra menggerutu. “Kenapa si Bebi yang Kak Bella tanya? Dia baik-baik aja, kok. Aku ungsikan dia ke rumah tante karena kemarin Kakak sakit.” Masih jelas di ingatan Bella bagaimana api itu melalap habis seisi dapur, menuju ruang tengah. Sibuk mencari kucing kesayangannya, l