Di Tolak

1254 Words
Mendapatkan serangan mendadak dari Hani, Membuat Reiga langsung kalang kabut. Hani memanggilnya dengan kata ‘Ayah’ wajah Reiga mendadak panas, bahkan menjalar sampai telinga. Ternyata Hani tidak berhenti menggodanya, padahal Reiga sudah memohon padanya. Hani sengaja mengatakan jika Reiga sakit, karena telinganya yang memerah. Embun yang mendengar Ibunya, berkata Reiga sedang sakit.Terus mengelus dan meniup telinganya dengan wajah panik. Akhirnya, Hani berhenti juga. Saat Embun berkata pada Ibunya, tidak boleh nakal ke pada pria yang sudah dianggap sebagai Ayahnya. Dia meminta Ibunya, untuk meminta maaf pada Reiga. Manis sekali bukan, si kecil kesayangan, Reiga? “Maaf ya Mas.” “No ... ukan Mas, api Yayah,” ucap Embun, saat Hani meminta maaf. “Oke ... oke. Ayah maafin Ibuk, Ya?” “Iya, di maafkan. Embun mau main apa dulu?” jawabnya cepat, setelah itu mengalihkan perhatian pada Embun. Reiga masih sangat malu, saat menatap wajah Hani. “Mbun au ain cepeda Yah!” “Let’s go baby ...” “Et go ...” Reiga menemani Embun bermain sepeda, sedangkan Hani hanya duduk dan mengawasi. Sesekali dia tersenyum saat melihat Embun berteriak, saat Reiga berhasil menangkapnya. Manis sekali, bukan hanya sekedar manis. Tapi sangat cantik sekali! Membuat Reiga sangat jatuh hati ke padanya. “Buk, ayoo kut ain kejal kejal Mbun!” “Ayok, Han. Kita ini lagi piknik, bersenang-senanglah.” “Hum ... sekarang Anak cantik, mau main apa?” ucap Hani, saat sudah bergabung. “Yayah, adi ampir. Anti kejal Mbun ama Ibuk.” “Apa itu Han, Aku ngak ngerti maksudnya Embun.” “Mas Reiga di suruh jadi Vampire, nanti Hani sama Embun jadi mangsanya.” “Oh ... oke, Siap-siap ya. Ayah udah berubah jadi Vampire nih!” “Wooooo ... ali ayooo ali Buk!” Dengan hebohnya, Embun mengajak Ibunya untuk segera berlari. Reiga mulai mengejar Embun terlebih dahulu, tidak sulit untuk mengejarnya. Tapi ada-ada saja kelakuan anak itu. Tiap Reiga akan menangkapnya, pasti dia akan marah-marah kepadanya. “No ... gak oleh angkap Mbun, anti Mbun angis lohh!” “Mbun sayang, ini kan cuman permainan. Nanti kalau Ayah tangkap, Mbun. Embun akan jadi temen Ayah!” “Mbun adi emen Yayah?” “Iya, nanti kita tangkap Ibuk sama-sama.” “Oke, angkap Mbun Yah!” Dasar anak ini, bisa-bisanya dia mengarahkan ke dua tangannya kepada Reiga. Minta untuk segera ditangkap! Setelah Reiga berhasil menangkap Embun, dia mengajaknya untuk mengejar Hani. Ingin menjadikan Hani sebagai Ibu Vampire. “Ayo, angkap Buk! Woooooo acik.” Embun berteriak saat, Reiga menggendongnya dengan berlari ke arah Hani. “Pelan-pelan Mas, jangan kenceng-kenceng nanti jatuh!” “Ngak bisa dong, masak mau nangkap larinya pelan-pelan.” “Aaaaaaaaaaaaaa ...” teriak Hani saat mereka Hampir menangkapnya. “Ayokkk ... Yah, angkap Ibuk. Ikit agi ikit agi!” “Pegangan yang kenceng ya, kita akan tangkap Ibuk sekarang juga. Oke Sayang.” “Oke, Yayah ... ayoooo!” “Aaaaaaaaaaaaa, ampun-ampun jangan makan aku Vampire.” “Ayo makan Ibuk, biar Ibuk jadi Ibunya Vampire,” ucap Reiga pada Embun, saat keduanya berhasil menangkap Hani. “Nyam ... nyam ... Enak, Yah aem uga!” “Oke Sayang. Hemmm ... nyam ... nyam.” “Yeyyyy, Ibuk dah adi Ibuk Ampir.” “Jadi Ibuk udah jadi Vampire juga nih?” “Iya, jadinya keluarga Vampire udah lengkap. Ada Ayah, Ibuk dan Embun,” ucapnya pada Hani. “Ehemmm, Embun capek ngak sayang. Minum dulu yuk!” Lagi-lagi Hani menghindar, saat Reiga mencoba masuk ke obrolan yang lebih serius. Dia tau perjuangannya, untuk mendapatkan hati Hani tidak akan mudah. Setelah kembali ke tenda, Hani menyiapkan makan siang yang sudah dia bawa dari rumah untuk Reiga dan Embun. Dia juga sudah membawakan, beberapa camilan dan buah-buahan. “Mbun aem cendili Buk!” “Iya Sayang, ini pelan-pelan ya makannya.” “Lengkap banget makanannya, kamu masak dari jam berapa ini?” tanya Reiga pada Hani, saat Hani mengambilkan makanan untuknya. “Masak pagi kayak biasanya Mas, cuman bahan-bahan udah aku siapkan dari semalam. Jadinya cepet tinggal masak aja.” “Makasih,” ucap Reiga, saat menerima piring yang sudah berisi makanan. Reiga selalu merasa di istimewakan saat makan bersama Hani, entah sadar atau tidak. Hani selalu mengambilkan makanan untuknya, tanpa Reiga minta. Apa karena sudah terbiasa, melakukan hal itu pada Embun? Yang pasti Reiga senang sekali dengan perlakuannya. “Mau nambah lauk lagi, Mas?” “Boleh, sekalian sama nasinya. Enak banget ini!” “Terima kasih, Mas. Sekalian sama sayurnya juga ya?” Reiga mengangguk, kemudian kembali melanjutkan makan siang. Selama makan siang, Embun terus saja berkata, bahwa dia sangat senang sekali diajak piknik. Dia pun meminta pada Ibunya, lain kali mengajak Aunty Grizellee, Oma Dean dan Nenek Aisyah. Anak ini benar-benar manis sekali, baik hati juga perhatian, didikan Hani memang luar biasa. Saat dia senang saja, masih mengingat orang-orang terdekatnya. Setelah makan siang, Mereka menghabiskan waktu untuk menggambar dan bercerita pada Embun. Hani mengatakan tidak boleh terlalu lelah, jadinya mereka bertiga hanya bermain di tenda. Untuk menghabiskan piknik akhir pekan ini. *** “Boleh bicara sebentar, sebelum aku pulang Han?” “Em ... boleh.” “Di teras aja ya, Ngak enak kalau lama-lama di dalam rumah.” Malam hari, mereka sudah kembali ke rumah. Sepanjang perjalanan tadi, Embun tertidur. Reiga dan Hani pun tidak ada yang berbicara, keduanya hanya larut dengan pikiran masing-masing. “Mau bicara apa Mas?” “Sebelumnya aku minta maaf, mungkin ini terlalu mendadak. Tapi aku sudah merasa yakin dengan apa yang akan aku katakan." Reiga mengambil kotak kecil dari saku celananya, kemudian memberikannya pada Hani. “Han, will you be my fiance?” Hani hanya diam saja dengan wajah datarnya, Reiga sudah ketar-ketir dengan jawaban yang akan wanita didepannya berikan. “Mas, maaf,” jawab Hani, dengan menundukkan kepalanya. “Maaf untuk apa Han? kamu ngak salah!” “Maaf aku ngak bisa terima ini.” Dia mendorong kotak kecil itu ke arah Reiga. “Kita bisa mulai dari pengenalan awal dulu Han, bisa ya?” Hani tetap saja hanya menggelengkan kepala, dan membuang muka tidak mau menatap Reiga. “Kenapa? Kasih aku alasan Han, Biar aku bisa jadi yang kamu mau.” “Mas ngak perlu merubah diri, ngak ada yang salah sama Mas Reiga!” “Terus kenapa kamu nolak aku? Apa kamu butuh waktu buat perkenalan lagi?” Hani hanya menggeleng sebagai jawaban, sampai akhirnya Reiga pulang pun. Dia tidak mau memberi alasan, kenapa dia menolak lamaran Reiga. Apa karena terlalu cepat? Apa karena Reiga tidak seperti yang Hani inginkan, sebagai Ayah sambung dari Embun? Berbagi pertanyaan berkecamuk di kepala, Reiga saat ini. “Assalamualaikum, ada apa bos. Ganggu banget!” “Waalaikumsalam, dasar sahabat kurang ajar! Kamu lagi dimana?” “Aku lagi kencan, jangan ganggu!” “Kencan sama siapa? Aku lagi di cafe biasa. Aku tunggu 20 menit kamu harus sampai di sini." Sebelum Galang sempat menjawab, Reiga sudah mematikan sambungan telepon. Dia pasti saat ini, sedang mengeluarkan sumpah serapahnya untuk sahabat sekaligus bos-nya. Lagipula, Reiga juga tidak percaya jika dia sedang berkencan. Pasti itu hanya akal-akalan Galang saja, agar tidak di ganggu waktu liburnya. Reiga butuh teman bicara, karena baru kali ini di sepanjang hidup. Seorang Reiga Malik Al-Fathan mengalami penolakan dari seorang wanita. Biasanya dia selalu dikejar-kejar para wanita, namun kali ini berbeda. Ini wanita yang sangat istimewa, seorang ibu tunggal dari anak kecil yang begitu menggemaskan. Memang sangat pantas untuk di perjuangkan. Reiga, tidak akan menyerah hanya karena sudah ditolak oleh Hani. "Akan aku kejar sampai dapat!" seru Reiga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD