*POV AUTHOR* Renata terbangun di tengah malam dengan napas tersengal dan keringat bercucuran. Lagi-lagi dia bermimpi tentang Enrique. Sudah satu bulan ini pria itu tidak menghubunginya sama sekali. Enrique menghilang bagai ditelan bumi. Tidak biasanya Enrique bersikap seperti ini. Seolah ada masalah besar yang sedang disembunyikan oleh laki-laki itu. Biasanya jika berbuat salah, Enrique bukan tipe laki-laki yang segan meminta maaf pada wanita. "Aku kangen kamu, Riq." Renata menangis tersedu, memeluk lututnya sambil berbaring. Sepuluh menit berlalu, Renata beranjak ke dapur karena tenggorokannya butuh sesuatu yang mampu menyegarkan tenggorokannya yang mengering dan mulai serak akibat menangis dalam jangka waktu terlalu lama. Dari dapur Renata berjalan menuju kamar utama di ap