BAB 4

1554 Words
Yogi yang tiba-tiba sadar, dengan cepat tubuhnya menjauh dari Yumi. Yumi bangkit terduduk, matanya melihat Yogi yang sudah berdiri membelakangi nya. "Maaf!"gumamnya yang langsung pergi keluar dari kamar Yumi. Yumi menduduki dirinya, tangannya mengatur bajunya yang sedikit terbuka, akibat permainan panas yang baru saja dilakukannya. Tiba-tiba kedua tangannya menyilang di depan d**a, dengan ekpresi terkejutnya. "Ya ampun! Aku baru saja ternodai" "Ya tuhaaaaaaaaannnnn~" *** Waktu sudah menunjukan pukul 01.00 malam. Sejak kejadian itu Yumi tidak ada niatan untuk keluar dari kamarnya. Bingung. Yumi bingung, bagaimana caranya dia harus menampakan wajahnya di depan Yogi. Pria itu seperti baru saja menjatuhkan harga dirinya. Mengambil jantungnya paksa, memotongnya hingga menjadi potongan-potongan kecil. "Dia yang melakukannya, dan aku yang frustasi karena malu" "Seharusnya kan aku biasa saja" "Bodohnya kau Yumi, kau bahkan tidak menolaknya sama sekali" "Haah! Kau benar-benar terlihat seperti w************n"corocosnya. "Aku menyukainya --sangat. Tapi aku tidak boleh terlihat rendah, walaupun aku sangat menginginkannya" "Kau wanita Yumi, bersikaplah sedikit jual mahal. Jangan terlihat rendah" "Kyaaaa~ aku bisa gila"teriak Yumi frustasi. "Yogi kau benar-benar menyebalkan" Kruyukkkruyukk.. Yumi terpanjat mendengarnya, demoan halus terdengar dari arah perutnya. kedua tangannya memeluk perutnya.reflek. "Aku lapar" *** Yumi menyembul kan kepalanya keluar kamar, matanya mengawasi situasi dengan melirik ke segala arah memastikan tidak ada pria itu di sini. Matanya menatap pintu kamar Yogi yang tertutup. "Dia tidur kan? Pasti tidur" Dengan perlahan Yumi keluar dari kamarnya, kakinya sedikit berjinjit . Menuruni anak tangga menuju dapur rumahnya. Keadaan rumah yang gelap, dan hanya dibantu sinar rembulan yang memasuki rumahnya dari jendela kaca yang tidak tertutup. Membuatnya tak kesulitan untuk berjalan dalam gelap menuju dapurnya. Tangannya meraih pintu kulkas dan membukanya cepat. Tangannya terulur, mengambil sebuah roti, selai, dan s**u coklat kesukaannya, dan menaruhnya di atas meja makan. Yumi menggeser bangku dan mendudukinya, dengan cepat tangannya mengambil satu lembar roti tawar dan mengolesinya dengan selai kacang. Disodorkan roti tersebut ke dalam mulutnya cepat, rasa lapar benar-benar menguasai nya saat ini. "Haruskah aku melaporkanmu ke polisi --pencuri roti selai kacang" Jederrrrr> Lampu dapur menyala dengan terang, Yumi hanya bisa mengeratkan pejaman kedua matanya dengan nafas yang tertahan. Srettt> Dapat dengan jelas Yumi mendengar suara bangku yang tergeser tepat di hadapannya, menandakan ada yang duduk di sana. Brakk! Yumi tersentak, saat tiba-tiba meja yang ditidurinya tergerak. Yogi. Pria itu menatap Yumi dengan smirk diwajahnya, dengan kakinya yang kembali bersiap menendang sisi meja dan membuat hentakan di sana. Braakkk! Lagi-lagi Yogi kembali menendang sisi meja, dan membuat meja tersebut tergerak karenanya. "Bangun kau pencuri, jangan membuatku melakukan hal yang tadi padam...---" Ucapan Yogi terhenti saat dengan cepat Yumi mengubah posisinya menjadi terduduk. Yogi mencoba menahan senyumnya, matanya menatap wanita di hadapannya saat ini yang terlihat acuh dan tidak peduli dengannya. Yumi kembali mengunyah roti selai kacang nya yang sempat tertunda tadi. Dengan mata yang melirik ke arah tembok, menghindari kontak matanya dengan Yogi. Yumi berniat meraih s**u kotak coklat miliknya, namun langkahnya terhenti saat Yogi menjauhkan s**u kotak tersebut darinya. Yumi beralih menatap Yogi protes. "Kau marah"gumamnya yang membuat Yumi menatapnya malas. "Mwoya?" "Kau marah padaku, atas kejadian tadi" Yumi menarik paksa s**u kotaknya dan meminumnya. "Kau hampir memperkosaku?"ucap Yumi sarkatis. "Mana mungkin aku tidak marah?"ucap Yumi kesal. "Perlu kau ingat, kau juga menikmatinya" Yumi menatap Yogi kesal, dengan matanya yang menyipit. "Kau menyebalkan kau tahu -huh!" "Heyy, kau harus berterima Kasih padaku. Mendapatkan ciuman dari Yogi adalah hal yang luar biasa" "Kau terlalu percaya diri"ucap Yumi sarkatis. "Lagi pula, itu adalah hukuman untukmu. Jangan berani berciuman dengan pria lain"Yumi beralih menatap Yogi malas, tubuhnya sedikit terpanjat saat menatap mata Yogi yang sangat tajam dengan aura kelam yang menyelimuti. "Ini privasiku" "Kau istriku" "LALU APA MASALAHNYA!" Yogi terdiam. Tak lama Yumi sadar pria di hadapannya ini terlihat sangat marah akibat bentakannya barusan. "Tidurlah besok kuliah" Yogi pergi ke lantai atas, menuju kamarnya. Meninggalkan Yumi yang terdiam ditempatnya dengan rasa penyesalan dalam benaknya. "Pabo Yumi" *** Lagi. Yogi menemukan gadis itu tengah berbaring di sofa, seperti biasa. Tapi untuk hari ini berbeda. Gadis ini mengigau tepat di jam 3 pagi. Pengigau ini, benar-benar merepotkan. Yogi meraih tubuh Yumi, dengan sangat mudahnya, Yogi mengangkat tubuh Yumi dan membawanya ke dalam kamarnya. Yogi membaringkan tubuh mungil itu di atas ranjang tempat tidurnya. Yogi terduduk di sisi ranjang Yumi. Tangannya terulur menyisikan helaian rambut Yumi ke belakang telinganya. "kenapa kau membuatku begini dasar gadis bodoh. Bagaimana bisa kau membuatku tak bisa berhenti untuk menatapmu!." Yogi menatap Yumi dengan lamat, bibirnya tertarik membentuk senyum kecil di wajahnya. Rasanya menyenangkan melihat wanita itu tertidur. Yogi terus menatapnya hingga dengan perlahan wajahnya mendekat ke arah Yumi, tatapannya jatuh dengan lamat menatap bibir dan wajah lelap wanita itu. Ketika bibirnya menempel di bibir ranum milik Yumi. Kepala Yogi terdorong, menekan bibirnya lebih dalam. Yogi dapat merasakan tubuhnya bergetar, sudah lama ia tak merasakan sensasi ini. Tangannya berada di sekeliling tubuh Yumi dengan tubuhnya yang sedikit membusung. Menekan lebih dalam bibirnya yang bergerak melumat lebih dalam. Yogi tidak mau wanita itu merasa tidak nyaman dengan tidurnya dan memergokinya tengah melakukan sesuatu padanya. Tadinya ia hanya berniat untuk melakukan hal ini beberapa detik, tapi ini sudah terjadi hampir 15 menit, seakan sebuah candu baginya. Kini niatan untuk melepaskan tahutan bibir tersebut musnah begitu saja, tergantikan dengan rasa menginginkan yang begitu meluap-luap. Yogi terus melumat bibir Yumi, menghisapnya beberapa kali dengan nafsu yang membara. "Eunghh." *** "Hoaaammmm."Yumi merentangkan kedua tangannya, merenggangkan otot-ototnya yang terasa begitu kaku. Kedua tangannya melebar dengan bibirnya yang menguap. "Malam ini, tidurku nyenyaaaakkkk sekali."gumamnya bersemangat. Tidak seperti malam-malam sebelumnya, walau tidurnya memang selalu nyenyak, namun malam ini terasa begitu berbeda. Yumi terdiam, bibirnya mengecap beberapa kali. Entah kenapa bibirnya terasa begitu berbeda. Bibirnya terasa asing dan basah.Yumi menyentuh bibirnya sendiri, kepalanya bergerak miring, merasa sedikit bingung. Rasanya aneh. Yumi langsung bergerak bangkit dari tidurnya, berjalan memasuki toilet dengan kecepatan super kilat. Yumi berdiri tepat di depan cermin, Yumi dapat melihat bibirnya yang membengkak dan terlihat kebas. "APA!!." "Huaaaaa~~ ada apa dengan bibirku, apa ada lebah di sini. Bibirku seperti di sengat lebah."gerutunya heboh. "Huaa~ bibirku. Aishh jinjja!."geramnya frustasi seraya mengacak rambutnya. "Aishhh.. eomma." *** Yogi memainkan jarinya bosan, sudah hampir 5 menit wanita itu belum juga menunjukan batang hidungnya. Yogi akan menatap ke arah pintu kamarnya, lalu memalingkan wajahnya menatap jam dinding dengan wajah malas. Ini sudah terlalu lama baginya. Brak>> Yogi menoleh ke sampingnya. Alisnya bertahut bingung ketika mendapati wanita yang sedari tadi di tunggunya, terlihat sangat tertutup saat ini. Bagaimana tidak sweater hitam, dengan masker hitam yang menutupi wajahnya. Yogi menghela nafas seraya memalingkan wajahnya ke arah lain sebelum kembali melemparkan pandangan malas padanya. "Kau kira kau artis, saat ini kita seperti sepasang artis yang sedang berkencan diam-diam." "Sudah jalan saja jangan banyak bicara."gerutu Yumi sebal. Ia berjalan mendahului Yogi dan pergi keluar rumah dengan langkah cepat. Yogi hanya menatap wanta itu dan mendengus remeh sebelum berjalan mengikutinya menuju keluar rumah untuk pergi ke kampus, *** Yogi dan Yumi menuruni mobil. Parkiran terlihat sepi, itulah sebabnya kedua pasangan ini berani keluar dari dalam mobil secara bersamaan. "Aku duluan okey."Yumi membuka pintu mobil dan loncat keluar dengan cepat. berlari menjauh dari mobil Yogi sebelum berjalan dengan santai seolah tak ada hal yang sedang ia tutup-tutupi. Yumi terkejut ketika Yogi berjalan beriringan dengannya. Yumi menghentikan langkahnya tiba-tiba, hal itu membuat Yogi menoleh padanya dan berhenti di hadapannya. "Yak. Apa yang kau lakukan!." Yogi mengalihkan tatapannya sebelum kembali menatap Yumi. "Apa maksudmu?." "Kita tidak boleh berjalan bersama, kau melupakannya. Tsk! aneh."Yogi menyerngit, matanya menatap Yumi bingung ."Memangnya kenapa!." "Kalau ada yang melihat kita, ini bisa gawat."Yumi menjauh dengan mengibaskan tangannya, menyuruh Yogi menjauh darinya.Yumi menoleh ke kanan dan ke kiri, matanya melirik ke sekeliling memastikan tidak ada yang melihat mereka saat ini. Yogi mendekati Yumi, berdiri tepat di hadapannya. Deg!! Yumi terkejut, jantungnya kembali bergemuruh. Yogi berdiri terlalu dekat dengannya saat ini. Wajahnya hanya berjarak beberapa cm dari wajahnya. Yumi dapat dengan jelas melihat wajah Yogi yang begitu dekat. Matanya menatap lekat mata yang tajam itu. "Jangan mendekat. tidakkk. Yak Yumi cepat pergi, apa kau sudah gila. Kenapa dia berdiri begitu dekat."batin Yumi menjerit. Yumi terdiam, entah kenapa ia tidak bisa menggerakan tubuhnya. Yumi ingin menyingkirkan wajah itu, mendekat ke arahnya dan berani-beraninya membuat jantungnya berdebar-debar. "A... apa yang mau kau lakukan. Jangan mendekat."Yogi tidak mendengar nya, pria itu tetap berjalan mendekat hingga benar-benar dekat. Yumi merasa ia dapat mendengar debaran jantungnya yang begitu keras, berdentum-dentum di telinganya. Bagaikan alat drum yang dipukul dengan keras-keras. Yumi mengedipkan matanya beberapa kali, hal ini membuatnya gelisah. "kau pikir, apa yang akan aku lakukan."ucapannya membuat kedua mata Yumi membesar terkejut. "YOGIIIIII."Yogi menjauhkan wajahnya, matanya menatap tidak suka pada pria yang baru saja datang dan mengganggu acaranya. "Teo. Kenapa kau kemari-huh!." "June..... June... Sesuatu terjadi padanya... gawattt." Yogi terkejut dengan matanya yang melebar, Yogi melirik Yumi. Wanita itu terlihat bingung sekarang. "Kau pergilah ke kelas, Teo tunjukan tempatnya cepat." Teo menganggukan kepalanya cepat, Yogi berlari meninggalkan Yumi yang terdiam di tempatnya. Wajahnya penuh dengan rasa penasaran, otaknya terus berpikir tentang kejadian apa yang sedang terjadi dapat Yumi lihat, wajah Yogi tadi begitu tegang. "Ada apa sebenarnya?."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD